Eps 9: Unresolved Past

22 5 43
                                    

❄❄❄

"Rahasia dari masa lalu sering kali bersembunyi di balik pintu-pintu yang tidak ingin kita buka."

❄❄❄

Diero melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana, sementara tangan lainnya memegang ponsel, memeriksa apakah ada pesan dari Chiara. Namun, layar tetap kosong.

Lobby kantor yang biasanya dipenuhi karyawan yang hilir mudik kini mulai sepi, dan hanya ada beberapa orang yang berlalu-lalang.

Diero merasakan kekosongan yang menekan, seolah-olah sepi yang melingkupinya adalah cerminan dari kegelisahannya sendiri.

Pandangannya terus bergerak ke arah lift, berharap melihat sosok yang dinantikannya. Namun, alih-alih Chiara, yang muncul adalah Liora yang tampak tergesa-gesa.

Diero menghela napas dalam, lalu menghampiri Liora dengan senyum yang sedikit dipaksakan. "Liora, lo liat Chiara gak? Dia belum pulang kan?"

Liora yang terkejut melihat Diero menghentikan langkahnya. "Chiara? Oh, dia udah balik duluan, kayaknya buru-buru banget. Gue gak sempet nanya banyak tadi," jawabnya dengan nada bingung.

Diero mengernyit, hatinya langsung tak tenang. "Lo tau dia ke mana?"

Liora menggeleng. "Gak tau, dia cuma bilang ada urusan penting. Sorry ya, gue lagi buru-buru juga." Liora melangkah pergi, meninggalkan Diero yang kini semakin gelisah.

Diero memandangi ponselnya, mencoba menelepon perempuan itu. Nada sambung terdengar, namun tidak ada jawaban. Berkali-kali dia coba, hasilnya tetap sama. Chiara tidak mengangkat teleponnya.

❄❄❄

Di saat yang sama, di sebuah kafe yang cukup sepi, Chiara duduk tenang di dekat jendela, pandangannya menerawang jauh ke luar. Sinar lampu jalan yang temaram menyapu wajahnya, memberikan sentuhan misterius pada suasana malam itu.

Di atas meja, segelas ice matcha latte yang tinggal setengah menemani dia, es yang mulai mencair menandakan lamanya perempuan itu menunggu di sana.

Sesekali, pandangannya beralih pada ponsel yang bergetar di atas meja. Nama Diero terpampang jelas di layar, namun Chiara hanya meliriknya sekilas sebelum kembali memandang keluar jendela.

Ada ketegangan yang jelas terpancar di wajahnya, seolah ada beban berat yang sedang ia coba hadapi sendiri.

Pintu kafe tiba-tiba terbuka dengan bunyi lonceng kecil, menarik perhatian Chiara. Seorang laki-laki dengan jaket kulit hitam masuk, matanya menyapu ruangan seolah mencari sesuatu. Ketika tatapannya bertemu dengan Chiara, dia langsung tersenyum lebar dan melambai.

"Hi, Sister!" Laki-laki itu menyapa dengan antusias, sambil mengangkat tangannya ke udara.

Chiara mengangkat tangan sambil tersenyum tipis, sedikit lega melihat kedatangan laki-laki itu. "Lama banget lo, Bar. Pesen minum dulu gih!" Ia memperhatikan wajah Bara yang berkeringat.

"Iya sorry gue telat, gue pesan minum dulu deh, bentar ya." Bara berkata sambil menuju ke kasir.

Setelah beberapa menit, dia kembali dengan segelas es teh yang meneteskan embun dingin di sekitarnya. "Macet banget, anjir! Tenggorokan gue sampe kering," katanya sambil meneguk minuman itu dengan cepat.

Charmolypi 2 : CarapherneliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang