❄❄❄
"Ada saatnya kita tersesat dalam perasaan sendiri, terjebak antara rahasia yang disimpan dan keinginan untuk mengungkap semuanya. Ketika semua terasa kusut, mungkin bukan jawaban yang kita cari, tapi keberanian untuk mengakuinya."
❄❄❄
Pagi itu, Chiara baru saja duduk di belakang meja kerjanya ketika pintu ruangannya terbuka. Liora masuk dengan langkah tergesa, wajahnya bersinar penuh semangat. Dia hampir saja menjatuhkan tasnya saat meletakkannya di kursi sebelah meja Chiara.
"Ra, kemarin malem lo pulang jadi dianterin sama Harvie?" Liora bertanya dengan nada penuh harap, tubuhnya sedikit condong ke depan.
Chiara mengangkat alis, tersenyum tipis. "Gak jadi lah."
Bahu Liora merosot. "Yah, kirain jadi."
"Tapi dia ngajak gue ke suatu tempat nanti malem. Katanya mau obrolin sesuatu."
Mendengar hal itu, Liora tiba-tiba melompat ke depan meja Chiara, mencondongkan tubuhnya lebih dekat, suaranya menurun menjadi bisikan dramatis. "Nanti malem? Berdua doang?"
Chiara mengangguk pelan, mencoba menahan senyum. "Iya, tapi gue gak tau mau ngomongin apa."
Liora menepuk tangannya, matanya berbinar-binar. "Jangan-jangan ...."
Chiara langsung menepis. "Jangan mikir aneh-aneh deh!"
Namun, sebelum Liora bisa melanjutkan spekulasinya, suara ketukan ringan di pintu membuyarkan percakapan mereka. Aileen berdiri di ambang pintu, satu alisnya terangkat dengan senyum yang sulit diartikan.
"Eh, Aileen." Liora menyapanya dengan suara yang tiba-tiba berubah, lebih dingin. "Tumben ke sini pagi-pagi? Ada schedule meeting sama Chiara?"
"Bukan. Harvie nyuruh lo ke ruangannya sekarang," jawab Aileen dengan nada santai, matanya menatap Liora dengan tatapan datar.
Liora mendengus pelan, jelas tidak senang dengan pesan itu. Dia mengambil tasnya dengan gerakan cepat, lalu berjalan melewati Aileen tanpa berkata apa-apa lagi, hanya meninggalkan ruangan dengan langkah yang lebih berat dari sebelumnya.
Ketika pintu tertutup kembali, Aileen melangkah masuk, berjalan perlahan ke meja Chiara. Dia diam sejenak, memandangi Chiara dengan sorot mata yang sulit dibaca, kemudian mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat, seolah mencari sesuatu di wajah Chiara.
"Keliatannya lo deket banget ya sama Harvie. Lo suka sama dia?" Nadanya terdengar datar, namun penuh pengamatan.
Chiara menatapnya tajam, mencoba menahan detak jantungnya yang tiba-tiba sedikit lebih cepat. "Bukan urusan lo gue suka sama dia atau enggak."
Aileen menyeringai, seolah sudah menduga jawaban itu. "Kalo lo gak suka sama dia, terus lo suka sama siapa? Diero?"
Chiara mencengkeram ujung meja, berusaha keras untuk tidak membiarkan emosinya meledak. Dia menarik napas panjang, menjaga nadanya tetap tenang meski dalam hatinya ada bara yang menyala. "Kok lo ikut campur banget ya sama perasaan gue. Ganggu tau gak!"
Aileen tersenyum tipis, matanya menyipit sedikit, seperti kucing yang mengincar mangsanya. "Gue gak akan biarin lo deket sama keduanya."
Chiara tahu dia harus tetap tenang, tapi tangannya bergetar sedikit di bawah meja, berusaha mengendalikan amarah yang hampir meluap. "Mending lo kasih tau gue deh. Sebenernya lo masih dendam sama gue karna masalahnya apa sih? Lo suka Harvie? Yaudah ambil aja. Atau lo masih suka sama Diero? Yaudah ambil juga aja. Tapi lo harus kasih tau gue apa masalahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi 2 : Caraphernelia
Romance[Sequel Charmolypi] Update Kembali 2 November 2024 ❤️ 🕊🕊🕊 Bukan perjalanan hati kosong yang menemukan isinya, bukan pula dua belahan hati yang saling melengkapi. Ini hanyalah kisah dua hati yang bertemu dengan kehancuran---entah akan diperbaiki a...