Eps 6: Unexpected Turns

24 3 67
                                    

❄❄❄

"Takdir tak selalu menunggu kita siap. Kadang, ia datang seperti badai yang memaksa kita untuk berdiri tegak, meskipun kita belum tahu ke mana arah selanjutnya."

❄❄❄

Chiara akhirnya tiba di sebuah apartemen yang terletak di pusat kota, menawarkan pemandangan yang indah dari balkon yang menghadap ke skyline kota.

Perempuan itu masuk dengan wajah yang sedikit lelah, menandakan bahwa ada beban yang ia bawa sepanjang hari.

Liora, Irena, dan Hana sudah menunggu dengan penuh antusias, dan begitu Chiara muncul, suasana berubah menjadi hangat dan meriah.

Liora segera menyambut Chiara dengan pelukan hangat. "Akhirnya lo sampe juga!" serunya, penuh semangat.

Irena dan Hana juga bergerak mendekat, wajah mereka berseri-seri dengan rasa penasaran yang tak tertutupi.

Di tengah ruangan, terdapat sebuah sofa berbentuk L yang empuk berwarna abu-abu gelap, dipadukan dengan bantal-bantal pastel lembut.

Sahabat-sahabatnya menuntun Chiara ke sofa, dan ia duduk, merasakan kelegaan setelah seharian beraktivitas.

Irena, dan Hana ikut duduk di sekelilingnya, menciptakan suasana hangat dan nyaman di ruang tamu, sedangkan Liora bergerak cepat ke area dapur.

Chiara menarik napas panjang. "Gue capek banget," katanya, sambil meregangkan tubuhnya yang letih.

Liora berjalan mendekat sambil meletakkan segelas air di atas meja, menatap Chiara. "Lo ke sini dianterin Harvie, kan?"

Chiara menggeleng pelan. "Harvie tiba-tiba harus balik ke kantor."

Irena yang duduk di dekat Chiara mengerutkan kening. "Terus lo ke sini sama siapa?"

Chiara terdiam, hatinya bimbang. Apakah ia harus mengakui yang sebenarnya?

Hana, yang duduk di kursi sebelah, menatap Chiara dengan penuh minat. "Jangan bilang kalau...?"

Chiara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab, "Gue dianterin Diero."

Ketiga sahabatnya langsung saling bertukar pandang dengan senyum menggoda, siap untuk menyambut cerita Chiara dengan penuh antusiasme. Dengan suasana yang hangat dan nyaman, mereka memulai sesi curhat yang terasa penuh dukungan dan keakraban.

"Diero sekarang jadi arsitek? Keren banget. Gak nyesel dulu gue dukung lo sama dia, ya, walaupun ujung-ujungnya sekarang lo masih jomblo gini," kata Hana, sambil mencubit keripik kentang dari mangkok dan melemparkan beberapa ke arah Irena.

"Biarin sih Chiara jomblo, malah jadi orang sukses kan sekarang. Karirnya bagus," sahut Irena sambil mengambil sepotong kue dari piring dan memakannya dengan penuh kepuasan.

"Tapi gue lebih dukung Chiara sama Harvie sih," ujar Liora, memasukkan beberapa keripik ke mulutnya sambil memandang Chiara dengan tatapan penuh perhatian. Sambil berbicara, dia menggenggam beberapa potongan buah kering dan melemparkannya dengan hati-hati ke arah Hana.

"Mulai deh mulai." Chiara merasa tertekan oleh percakapan yang sudah mulai melenceng. "Gue cuma mau cerita, bukan minta voting kalian harus pilih siapa," tambahnya, mencoba mempertahankan fokus pada topik utama.

Charmolypi 2 : CarapherneliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang