|17| Malam Yang Damai

46K 6.2K 598
                                    

Chapter 17 : Malam Yang Damai

Setelah Malam Yang Naas, sekarang ada Malam Yang Damai.

Oke, haii.

Udah siap baca part ini?

Sebelum itu hidupkan data seluler sebentar lalu tekan bintangnya ya.

Kasih awan juga buat semua karakter ☁️

Oke, makasih.

Happy Reading ✨

•••

"Have fun, guys."

•ABINTARA STORY•

Langkah demi langkah membawa pasangan muda itu sampai ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langkah demi langkah membawa pasangan muda itu sampai ke rumah. Ketika sampai di rumah, keduanya langsung disuruh berganti pakaian karena sebentar lagi acara akan di mulai. Adik laki-laki Aru yang usianya baru 7 tahun akan disunat malam ini. Selain adik laki-laki, Aru juga punya adik perempuan yang usianya 14 tahun.

Di ruang depan, Abin yang sudah memakai baju koko lengkap dengan sarung milik Pak Karyo duduk di sebelah Ardan, adik Aru yang akan disunat sebentar lagi. Sementara Aru ada di dapur untuk membantu urusan makanan yang akan diberikan untuk para hadirin.

"Ardan kenapa mau disunat sekarang?" tanya Abin saat Pak Karyo baru saja beranjak dari sana.

"Biar bisa pacaran, Bang," jawab Ardan membuat Abin menelan ludahnya.

Abin membuang mukanya ke samping lalu bergumam, "Bocah piyik udah tau pacaran aja."

"Ngapa Bang?"

"Gak ada, gue cuma salut aja sama keberanian lo. Dulu gue disunat pas umur 14, karena—" Abin menggantung kalimatnya takut salah ngomong.

"Karena apa?" Ardan bertanya lagi.

"Gue takut sama goloknya, Dan," bisik Abin.

Mendengar bisikan dari Abin, Ardan langsung berdiri spontan dari rebahannya. "Golok? Jadi sunatnya pake golok?" ujar Ardan dengan suara yang besar. Sampai-sampai seisi rumah bisa mendengar.

Abin mengangguk datar. "Iya golok!"

"Ibu, Bapak, Kakak... Ardan gak mau disunat," teriak Ardan yang langsung berlari ketakutan.

"Eh anjir, mau kemana lo." Takut disalahkan, Abin segera berlari menyusul Ardan.

Untung saja Abin bisa menangkap Ardan tepat di bawah pohon jengkol samping rumah.

"Jan ngadi-ngadi lu, gue bisa kena semprot sama Kakak lo." Abin bicara dengan napas yang sedikit tersengal karena panik.

"Lo apain adek gue?" todong Aru melihat Abin memeluk Ardan dari belakang.

BINAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang