Chapter 8

7.7K 547 1
                                    

Sultan membantuku turun dari mobilnya, kini kakiku yang cidera telah dipasang perban elastis. aku menjalan sedikit pincang menuju depan rumahku, aku memincingkan mataku memastikan pandanganku saat aku melihat Ali duduk tertunduk di depan pintu. 

"ngapain kesini ?" tanyaku dingin 

ali  mengadahkan kepalanya lalu menatapku dan sultan bergantian kemudian ali menghampiriku khawatir.

"lo kenapa ? kaki lo kenapa ?" tanyanya khawatir 

"gpp biasa aja" ucapku masih bersikap dingin. 

"ya udah aku pulang ya prill, besok aku jemput" ucap sultan 

aku tersenyum dan menganggukan kepalaku. "makasih ya tan buat semuanya hari ini. kamu hati hati ya" ucapku tulus

"iya sama sama kamu istirahat ya, li gue cabut" ucap sultan lalu pergi. 

"thanks tan. lo hati hati" ucap ali.

Kini sultan sudah tak terlihat lagi. Aku membuka knop pintu untuk masuk ke dalam rumah namun ali menahanku. "Prill." Lirihnya.

Aku menatap ali.  tak tahu apa yang harus ku lakukan. Sementara aku berjanji untuk tak menampakan diri lagi di depan sahabat atau mantan sahabatku ini.

"Kenapa ?" Tanyaku pada akhirnya setelah beberapa saat menunggu ali yang tak mengucapkan sepatah katapun lagi setelah memanggilku.

Ali hanya terdiam menundukan kepalanya. Sedangkan tangannya masih menahan tanganku.

"Gue harus masuk. Permisi." Ucapku akhirnya melepas genggaman ali dan masuk kedalam rumahku.

Tidak tidak aku tak boleh menangis. Aku tak boleh serapuh ini dengan hanya melihat Ali barusan. Cukup sudah aku harus benar benar memulai hidup baruku tanpa Ali.

Kurebahkan diriku di tempat tidur dan mulai memejamkan mataku untuk tidur.

_________________________________

Kakiku berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku buku yang telah aku pinjam. Sudah lebih dari dua bulan aku tidak ke tempat ini semenjak insiden waktu itu.

Minggu ini adalah minggu tenang sehabis ujian nasional sekolah. Dan aku pun sudah di nyatakan lulus dari sekolah ini. Dan mungkin ini terakhir kali aku menginjakan kakiku disini sebelum acara perpisahan. Biasanya para siswa sudah tidak ada yang kesekolah minggu minggu tenang seperti ini. Terkecuali hari ini karena akan ada pengumuman soal acara perpisahan nanti yang mungkin juga tak akan ku hadiri. Karena aku harus mengurus segala keperluanku untuk daftar kuliah di australia. Tempat dimana sekarang orang tuaku berada.

Sedih memang. Kenangan disekolah ini seperti klise. Semuanya muncul tiba tiba di pikiranku. Cukup lama aku tak bertegur sapa dengan Ali bahkan aku sudah jarang melihatnya.

Aku duduk melamun di salah satu bangku perpustakaan. Iseng membaca baca sebuah buku novel disana.

"Kamu udah makan ?" Tanya sultan yang entah sejak kapan dia berdiri di depanku.

"Mm" aku hanya berdeham.

"Kapan ?" Tanyanya lagi.

"Nanti aku makan." Ucapku masih fokus pada apa yang ku kerjakan.

"Makan dulu yuk" sultan terus membujukku. Membuat akupun mengalah. "Baiklah ayok kita makan." Ajakku.

Aku menuju kantin bersama sultan. "Bareng dong. Boleh gak ?" Ucap gritte

"Boleehhh dong..." akupun merangkul dia dan kami bertiga menuju kantin.

"Prill, Ada Ali." Bisik gritte. Lengannya menyenggol lenganku.

I LOVE YOU MY BEST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang