Chapter 1

13.6K 672 2
                                    

BRUKKKK

"Awww" jeritku saat aku merasakan lututku perih. Kulihat darah segar mengalir dari luka akibat aku terjatuh dari sepedaku barusan. Ya aku selalu saja ceroboh membuatku selalu kehilangan keseimbangan.

Aku berusaha berdiri kali ini aku tidak menangis lagi akibat terjatuh. Karena aku lumayan sering merasakan perih seperti ini. Yah seperti yang ku bilang, aku ceroboh. Ah sudahlah. Kini aku mulai menyandarkan sepedaku di tepi jalanan komplek rumahku.

Aku duduk di trotoar melihat lututku yang mulai keram. darah tidak berhenti mengalir dari sana. Perih sangat perih. Aku meniup niup lukaku sendiri berusaha mengeringkan darahnya.

"Bisa gak sih gak ceroboh" Ucap seseorang yang membuatku sedikit terhentak kaget. Aku melihat ali yang kini berjongkok di hadapanku membalut lukaku dengan sapu tangannya.

"Bisa gak sih gak ngagetin. Nyapa dulu kek" gerutuku.

"Hai" ucapnya singkat dan masih fokus pada kakiku.

"Aawwww..." aku meringis saat ali memberikan obat merah dilukaku.

"Tahan dikit ya biar cepet kering lukanya." Ucap ali. Dia memang selalu perhatian padaku.

Aku mengangguk. "Makasih ya li"

"Okee selesai. Lain kali lo harus lebih hati hati. Gila ya uda gede masih aja ceroboh. Lagian ngapain pake sepeda mulu sih ? Udalah lo kan bisa gue anter jemput." Omelnya padaku.

"Iyaa iyaa" jawabku.

"Ya udah sekarang lo mau kemana ?" Tanyanya

"Gue mau ke tempat biasa nih. Mau selesaiin tugas juga disana. Lo sendiri ngapain disini ?" Tanyaku balik.

Ali mengangkat sebuah CD game. "Nih abis beli kaset PS baru. Ya udah lo mendingan pulang deh liat kaki lo, gak mungkin kan lo bawa sepeda dengan keadaan kaya gitu."

"Iyaa gue balik deh. Thanks ya li." Ucapku sembari berusaha bangun dibantu oleh ali.

"Iyaaa sama sama" ucapnya sambil mencubit pipiku.

"Sakiittt" teriakku.

"Sorry" ucapnya mengangkat kedua tangannya dan berjalan mundur ke arah motornya.

"Ya udah hati hati yaa. Besok gue jemput lo sekolah. Inget jangan kesiangan" ucapnya lagi sebelum mengemudikan motornya.

Aku membalasnya dengan anggukan. Ali paling tau kalo aku sangat sulit bangun pagi. Aku sedikit tertawa kecil mengingat tingkahku yang susah bangun pagi. Padahal aku adalah anak perempuan.

Motor ali sudah tak terlihat. Aku memutuskan untuk kembali ke rumahku yang kebetulan tidak terlalu jauh. Ali benar dengan keadaan kakiku yang terluka aku tak akan cukup kuat mengayuh sepeda.

_____________________________

Dering suara handphoneku berbunyi. Sumpah ini sungguh mengganggu tidurku. Aku meraba-raba mencari barang sialan itu. Hingga akhirnya aku menemukannya dan mengangkatnya tanpa aku lihat siapa yang menghubungiku sepagi ini aku sudah tau kalo pengganggu ini adalah ali.

"Apaan ?" Ucapku tanpa membuka mataku.

"Benerkan lo masih tidur gue tau banget. Bangun pemalas. Satu jam lagi gue ke rumah lo. Dan gue gak mau telat lagi gara gara lo."

Kurang ajar Ali. Biarpun aku susah bangun begini aku paling tidak suka di katakan pemalas. Siapa yang lebih pemalas antara aku dan ali. Padahal aku sering mengerjakan tugasnya. Seketika aku langsung membuka mata.

"Iyaa bawel deh. Gue bangun koq nih." Ucapku yang kini duduk di tempat tidurku.

"Oke bagus."

Tut.. teleponpun terputus begitu saja. Aku membating pelan handphoneku kesamping.

I LOVE YOU MY BEST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang