Chapter 16

7.5K 474 6
                                    

Prilly Pov

Aku mengunci pintu kamarku. Dan terduduk dibalik pintu, berusaha memeluk lututku sendiri. Aku menenggelamkan wajahku di antara kedua lututku. Aku menangis merasakan lubang di dadaku. hatiku seolah terasa pecah. Aku merasakan jutaan anak panah yang menghujam dadaku. Sesak, perih, sakit, marah dan kecewa semua bercampur jadi satu.

Cukup lama aku menangis mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Kejadian yang membuat dadaku seolah membuat lubang yang semakin dalam. Aku memutuskan untuk membaringkan tubuhku di lantai dengan tetap berusaha memeluk tubuhku sendiri. Aku memejamkan mataku berharap ini semua hanyalah mimpi buruk.

Hingga tidak sadar pagi pagi aku terbangun dari tidurku. Merasakan pegal di seluruh tubuhku karena aku ketiduran di lantai balik pintu.

Aku mengusap pelan dadaku yang masih terasa perih. Segera aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku. Barulah setelah itu dengan segera aku mengambil koperku dan meninggalkan tempat ini secepatnya.

.

Cukup sudah aku menangis. Aku tak menyangka Ali akan mengakhiri ini begitu saja. Semudah itu dia melepaskan ini semua. Kali ini bukan rasa sedih yang ada di hatiku namun rasa kecewa. Ya aku kecewa dengannya.

Setelah sampai bandara aku sesegera mungkin menuju tempat cek in. Agar aku bisa langsung menunggu pesawatku di ruang tunggu.

.

Ali Pov

Aku masih duduk di balkon kamarku merasakan hembusan angin pagi. Entah sudah berapa jam aku disini terakhir aku mengingatnya adalah semenjak kejadian kemarin sore.

Aku seolah depresi sekarang. Pikiranku sangatlah kacau.

Tokkk... tokk...tokk...

"Den Ali." Panggil bi nani dari luar kamarku. Namun aku masih terdiam. Aku tak ingin bicara apapun. Aku merasa aku sudah kehilangan semangatku.

"Den Ali.. sarapan dulu." Ucap bibi yang sudah masuk ke kamarku. Aku hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

Bibi yang sudah ku anggap ibuku sendiri itu menghampiriku.

"Den. Maaf sebelumnya. Tapi den Ali harus makan." Ucapnya terlihat khawatir dengan keadaanku.

Aku tetap menatapnya lalu mengampirinya. Kemudian aku memeluk perempuan yang sudah separuh baya ini dan menangis di pelukannya. Biarlah orang mengataiku laki laki cengeng sekarang yang ku inginkan hanya menangis. Menangis untuk mengeluarkan semua beban di hatiku.

Bi nani mengusap punggungku. Dia ikut menangis melihatku seperti ini.
"Den Ali yang sabar yaa.. non prilly pasti kembali." Ucapnya.

Mendengar nama prilly di ucapkan seolah ulu hatiku tersayat. Aku tak tahu bagaimana lagi mendeskripsikan bahwa aku sakit hati. Mengingat begitu mudahnya dia meninggalkanku.

Aku merasa tubuhku lemas seketika. Aku tak mampu lagi menahan bobotku tubuhku sendiri dan mulai merasakan gelap di sekitarku. Aku menyunggikan bibirku. Ada rasa senang di hatiku. Mungkin aku akan mati.

.

Author Pov.

Ali mengerjapkan matanya mencoba melihat disekelilingnya kosong. Ia merutuk ternyata dia tidak mati. Ia hanya terbaring lemah di kamarnya. Sekarang air matanya kembali menetes merasakan luka yang teramat. Dia mengusap dadanya sendiri lalu berusaha bangun dan mengusap tetesan air matanya.

Pintu kamar Ali terbuka. "Den Ali sudah sadar. Makan dulu ya den. Tadi dokter budi datang kesini memberikan obat juga. Den Ali harus banyak istirahat." Ucap bi nani yang membawakan makanan ke kamar Ali. Ia menaruh makanan itu di nakas. "Di makan dulu ya den. Bibi tinggal dulu" Ucapnya lagi.

I LOVE YOU MY BEST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang