Hidup ini rumit bagi beberapa orang. Kejadian yang ada di dalamnya suka terjadi tiba-tiba dan di luar nalar. Kamal menyadari ini setelah ingatannya kembali.
Hidupnya terbilang rumit. Hidup sendiri dan harus memutar otak melunasi hutang yang ditinggalkan orang tuanya.
Mengharapkan keluarga?
Tidak mungkin.
Ia bahkan tak pernah melihat orang bertandang ke rumah untuk sekadar menjenguk. Yang artinya, tak ada keluarga yang peduli padanya.
Kamal menatap ke samping, wanita berambut hitam legam dengan mata menawan yang tak asing menatapnya sendu.
Ia mendapatkan reaksi itu setelah menceritakan apa yang baru saja terjadi, dan alhasil membuatnya bersedih juga.
"Kamu gausah khawatir," ucap Kamal.
Lintang menoleh dan dahinya mengernyit.
"Bagaimana bisa aku ga khawatir? Kita bisa jalanin ini sama-sama." ujar Lintang yakin.
Kamal tersenyum. Sebenarnya ia masih bingung dengan suasana hari ini. Ia juga bingung bagaimana melunasi hutang itu. Jujur, Kamal tak ingin ini. Ia tak mau melihat orang yang ia cintai bersedih karena dirinya. Mereka berdua hanya diam setelah itu.
"Kita cari jalan keluarnya sama-sama," ujar Lintang yakin. Kamal hanya diam saja. Bahkan sampai Lintang beranjak dari kediamannya ia hanya meninggalkan senyum tipis.
Entah bagaimana nanti ia menyelesaikan ini semua, tapi Kamal hanya ingin berbaring sebentar.
Sebentar saja
🥀
Yeonjun memandang dokumen di tangannya dengan serius. Di depannya duduk seorang wanita dengan terusan sutra putih. Tangannya sibuk merapihkan kukunya karna habis di cat.
"Mama mau main-main lagi?"
Ditanya seperti itu wanita tadi berhenti sebentar lalu menatap Yeonjun dengan heran.
"Rumah ini," Yeonjun menunjukkan dokumen tadi. "Mau mama apain ini rumah?"
Wanita tadi tersenyum antusias. Ia lalu menghentikan aktivitasnya.
"Ini rumah bagus banget, liat interior di dalamanya juga perabot yang antik. Ini punya orang yang punya hutang di bank. Sebenernya jatuh tempo sudah lewat tapi karna pemiliknya rada cacat jadi ya aku mau rumah ini sebagai pelunasan." Jawabnya.
"Terus rumahnya mau diapain kalo udah diambil?" tanya Yeonjun lagi.
"Entahlah, mungkin bisa jadi tempat main baru?"
Yeonjun hanya termenung, sebenarnya ia sudah biasa saja dengan kebiasaan ibunya yang suka menghamburkan uang ke sana ke mari tapi ini seperti aneh saja. Sang ibu ingin memiliki rumah baru yang berasal dari hutang bank.
Namun tiba-tiba ia membeku ketika melihat nama yang tertera pada pemilik surat tanah.
🥀
Pagi ini Lintang melihat ke cermin. Ia termenung sejenak karena semalam tak bisa tidur memikirkan nasib teman lamanya, Kamal.
Ia baru saja menemukan masa lalunya namun berakhir aneh sekali. Sifat Kamal sekarang tidak seperti dahulu.
Di satu sisi ia masih bisa memaklumi jika pertemuan terakhir mereka adalah saat mereka masih sama-sama kecil. Tentu perubahan sikap dan sifat terlihat jelas berbeda saat kecil.
Tak dipungkiri juga masa lalu yang dialami keduanya sangat membekas.
"Dia pernah dendam ga ya?"
Pertanyaan yang selalu terlintas di kepala Lintang.
Wajar saja, sang ayah yang berselingkuh dengan ibunya Kamal dan membuat mereka semua hilang.
Hilang dan tak kembali.
Namun, Lintang hanya bisa berandai-andai. Ia tak tahu bagaimana mengatasi semua masalah itu sendirian.
Ia bisa bangkit merelakan kejadian lama tapi Kamal tidak. Ia menderita.
Lintang menghela napas. Ia lalu bersiap karna sebentar lagi kelas akan dimulai.
🥀
HAIIIIII GILAK DAH LAMA BANGET INI GA LANJUT-LANJUT. KIRA KIRA ADA YANG MASIH NUNGGUI? KALO ADA MAAP BANGET 😭😭😭😭😭😭
SEMOGA MASIH ADA YANG NUNGGUIN INI BUKU KARNA KESIBUKAN DUNIA YANG FANA INI, TIDAK BISA DIPUNGKIRI BOOK INI MANDEK 😭
PLUS HAMPIR NYERAH JUGA BUAT LANJUTIN. TAPI SEMOGA SAYA BISA ISTIQOMAH SELESAIN SATU BUKU DI WATTPAD INI. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
TERIMAKASIH BUAT YANG UDAH NUNGGU SEMOGA KALIAN SEHAT SELALU I LOP U ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Poem •Hueningkai•(Revisi)
FanfictionHidup bagai genre dalam puisi. Dan hal hal rumit lain yang harus dilewati Kamal. Demi menjaga harga diri. Start April 2020 ©tatann_