Happy Reading ❤️
"Ini aja neng?"
"Iya pak," sahut Lintang.
Tangan tua itu cekatan membungkus tumpukan buku yang Lintang beli.
"Kamu sudah besar ya, terakhir bapak liat kamu masih kecil sering ke sini sama temenmu itu, siapa namanya?" tanya si bapak.
"Ah, saya ga yakin sama namanya, tapi saya inget sering ke sini," jawab Lintang.
Sang bapak hanya tersenyum maklum. Mungkin memang sudah lama sekali jadi menurutnya memori Lintang sudah banyak dan beragam di kepala.
"Yasudah pak, ini uangnya."
"Gausah neng," tolaknya halus.
"Eh? Kenapa pak?"
"Anggap aja hadiah ya neng. Eneng udah lama ga ke sini. Jadi ini hadiah aja untuk eneng." Sang bapak tersenyum tulus. Tentu Lintang sangat tak enak hati. Tapi ia juga tak munafik, buku segini banyak dikasih gratis, kapan lagi?
"Hem... Kalo begitu makasih ya pak. Mudah-mudahan saya bakal sering main kesini," ucap Lintang. Setelah itu ia beranjak keluar dari toko buku. Dan berhenti sejenak di depan pintu.
Matanya menelaah setiap inci dari toko buku itu. Baginya tempat ini adalah kenangan yang hampir saja ia lupakan. Dan entah angin apa yang membawanya kembali ke sini.
"Kamu udah inget aku belum?"
***
"Jun."
"Ha?"
"Lo ga jemput Lintang?" tanya Bima. Sedari tadi ia sibuk melihat miniatur kecil punya Yeonjun. Mereka saudara sepupu jadi wajar saja jika Bima sering main ke rumahnya.
"Emang Lintang kemana?" tanya Yeonjun.
Mendengar itu Bima hanya menepuk dahi. Ia ingin mengatai kakak sepupunya ini dengan sebutan bodoh sekarang juga.
"Bodoh, Tadi lo liat statusnya Lintang pasang poto di depan toko buku," ucapnya frustasi. Yeonjun mendelik mendengar kata bodoh.
"Dia ga nelpon gua, bodoh. Gua ga mau ganggu dia yang lagi mau sendiri," dengus Yeonjun.
"Kalian ada masalah?" selidik Bima.
Yeonjun hanya diam. Ia mengacak rambutnya kasar lalu beranjak dari kasur.
"Mau kemana?"
"Dapur. Mau minum," jawab Yeonjun pelan.
"Nitip yak, gua tadi beli es krim. Terus gua taro di kulkas. Ambilin ehe..."
"Cihh.... Gua gibeng juga lu!"
"Yayayaya sanaaaa cepat!"
***
Sudah lebih dari tiga hari Yeonjun dan Lintang tak saling menyapa. Bahkan untuk sekedar menanya kabar lewat pesan juga tidak.
Dalam hati Lintang juga heran dan hal seperti ini tidak biasa. Mereka memang pernah bertengkar tapi tak selama ini.
"Apa gue kelewatan ya kemarin?" Tangannya sibuk menulis sesuatu pada kertas. Atau lebih tepatnya coretan yang tak jelas.
"Kak, tadi ada yang telpon." Reen tiba-tiba muncul di depan kamar. Hampir saja Lintang terjungkal.
"Ish, kamu nih jangan suka bikin kaget gitu ah. Siapa?" Lintang mengelus dada.
"Gatau kak aneh. Gaada suara, lama banget aku tungguin, terus langsung mati telponnya," ujar Reen.
"Orang iseng kali dek, lain kali kalo ada org yg diangkat ga jawab matiin aja," kata Lintang.
Reen hanya menjawab dengan anggukan lalu berlalu dari kamar kakaknya.
Kembali ke Lintang. Ia memandang ponselnya dengan tatapan bingung. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Saling diam selama ini tidak baik. Meskipun sebenarnya Lintang tidak terlalu peduli dengan hubungan ini. Tapi tetap saja.
Ia berhadapan dengan manusia. Manusia punya hati bukan?
Lintang lalu mencoba membuat satu panggilan pertama.
Tidak diangkat.
Panggilan kedua.
Tidak juga.
Panggilan ketiga.
Sama. Lintang mengernyit bingung. Kenapa tidak diangkat? Batinnya. Lintang melirik jam dinding.
"Belum terlalu malam, apa dia capek ya? Tapi jam tujuh malem udah tidur?" Lintang menghembuskan nafas. Ia memilih untuk melakukan hal lain saja. Toh, mungkin Yeonjun akan menghubunginya besok.
***
"Udah siap?"
"Udah."
"Kita mau kemana hari ini?" Senyum Seina terulas indah. Malam ini sepertinya akan jadi malam yang tak akan ia lupakan.
Di sebelahnya seorang lelaki sudah siap dengan setelan santainya, memegang kemudi. Ia menoleh ke sumber suara dan memasang senyum manis.
"Aku mau ajak kamu ke tempat favorit aku. Pokoknya ikut aja," jawabnya. Yang disertai anggukan oleh Seina.
"Makasih ya udah mau ngajakin aku jalan, Yeonjun."
Sang adam hanya terdiam. Lalu tersenyum singkat.
***
Nah loh haaaaa :v
Please vote-nya gaes :')) aku tau akun inj kentank satu vote dari kalian sangat berharga bagi akun kentank ini :')))
[Revisi]
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Poem •Hueningkai•(Revisi)
FanfictionHidup bagai genre dalam puisi. Dan hal hal rumit lain yang harus dilewati Kamal. Demi menjaga harga diri. Start April 2020 ©tatann_