Ayok klik bintangnyaaaaaa
🥀
"Hati-hati di jalan kak. Titip salam sama mama Choi," ucap Lintang ketika hanya tinggal mereka berdua di depan pintu restoran.
"Iya, kamu hati-hati di jalan."
"Ah ya, kak Soobin kenapa ga nemuin dia aja?"
Pertanyaan itu datang saat Soobin sudah hampir berbalik. Jarak mereka sekarang cukup jauh. Angin malam ikut menjaga jarak antara mereka.
Lelaki itu tersenyum.
"Kalo sekarang sepertinya kamu yang harus ketemu sama dia."
Lintang mengernyit. "Aku?"
"Iya." Soobin tersenyum. "Luka di hatimu itu harus sembuh Lintang. Caranya kau sendiri yang menemukan. Tapi tidak sekarang. Biar dia saja yang menemuimu terus."
"Heh... Gak mungkin," elaknya.
"Kakak tau ini berat. Tapi mau lari kemanapun, kamu harus bisa berdamai dengan masa lalu. Seperti mamamu."
Sunyi itu datang lagi. Dinginnya malam sepertinya tak cukup membuat mereka berdua goyah dari tempat.
Soobin melangkahkan kakinya mendekat. Ia mengusap bahu gadis di depannya ini dengan pelan. Memberikan kekuatan hati melalui sentuhan. Ia kembali tersenyum di depan wajah murung itu.
"Kakak percaya sama kamu, sama kalian. Kalian berdua tetap adik kecil yang lucu di mataku. Kakak yakin kamu kuat seperti mamamu, kakak percaya sama kamu untuk membuat dia kembali. Membuat kita kembali," ucap Soobin meyakinkan.
Dua tepukan lembut lalu mampir di bahu Lintang. Sang pelaku kini benar-benar berbalik dari hadapannya. Menyisakan figur belakang lelaki tersebut.
Tak dirasa buliran hangat itu kembali mengalir di pipi. Membuat tatapan sang gadis sedikit mengabur.
🥀
"Kamu gila mas?!"
"Aku tau itu semua kesalahan! Aku gatau sekarang gimana!"
"Selama ini aku sabar sama kamu tapi apa yang aku dapet?! Dasar gila!"
Brakk
"Berani kamu bilang aku gila?!"
"Pergi kamu! Pergi sana sama wanita itu!"
Hujan deras beserta kilat malam ini agak menyeramkan. Lintang terbangun dari tidurnya. Mimpi buruk kembali menghantui pikirannya. Napasnya sesak keringat membasahi tubuhnya.
Lintang buru-buru turun dari kasur langkahnya bergegas menuju dapur untuk mengambil segelas air putih. Ditegaknya dengan cepat air di dalam gelas besar—habis dalam sekejap.
Ia menormalkan kembali laju napasnya dan memejamkan mata seperti biasa.
Hujan di luar sangat deras. Membuat seisi ruangan terasa dingin. Lintang mengusak rambutnya kuat. Lagi-lagi rasa pening itu menyerang. Tangannya dengan cekatan mencari obat untuk meredakan sakitnya.
Entah kenapa kenangan yang tak ingin dia ingat harus ia mimpikan. Mungkin pertemuannya dengan orang lama membuka paksa kenangan pahit yang harus ia selesaikan masalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Poem •Hueningkai•(Revisi)
FanfictionHidup bagai genre dalam puisi. Dan hal hal rumit lain yang harus dilewati Kamal. Demi menjaga harga diri. Start April 2020 ©tatann_