Happy Reading ❤️❤️***
Sabtu pagi memang terbaik. Sejak tadi Lintang menikmati jalan-jalan sendirinya di taman. Dengan segelas kopi dingin di tangan.
Rencananya hari ini ia ingin mencoba me time. Kehidupan kampus yang melelahkan, membuatnya ingin bernafas sejenak.
Tangan kirinya sibuk menahan halaman buku yang sedang ia baca. Agak kesulitan memang, jadi dia putuskan untuk mencari bangku atau apapun yang bisa ia duduki di sekitar taman.
Hap! Dapat!
Lintang mendapatkannya. Bangku panjang yang kosong. Letaknya agak jauh dari keramaian, namun disekelilingnya dipenuhi tanaman. Membuat suasananya juga nyaman.
15 menit berlalu, Lintang merasakan bangku yang ia duduki berderak sedikit. Menandakan orang lain duduk di sebelahnya. Ia tak ingin kepo karena buku yang ia baca ceritanya seru sekali.
"The Last Breath?"
Suara berat yang tidak asing. Gara-gara itu Lintang sedikit kesal karena fokusnya pecah.
"Aku nyelesaiin itu tiga bulan. Susah banget soalnya," sambungnya.
Lintang mendengus. Tak bisakah ia menikmati waktunya sendiri?
Ia menolehkan wajahnya pelan. Dan mendapati sesosok adam dengan poni yang menutupi mata. Dan bajunya yang aneh.
'ini bukannya cowo aneh yang di kafe itu kan?' batinnya.
Sang adam mengernyit. Yah meskipun tak bisa dilihat, tapi dia memang melakukannya. Seperti sadar dengan perubahan ekspresi Lintang.
"Masih kenal sama gue?" Sang adam bersuara lagi.
Lintang hanya diam. Ia bingung ingin menyahut apa.
"Lo mau tau nama gue?" tanyanya.
Lagi-lagi Lintang hanya diam. Dalam hati ia tidak asing dengan suara berat namun lembut? Entahlah.
"Salam ya, Kamal."
Lintang terdiam. Ia seperti terhempas jauh sekarang. Ucapan lelaki itu membuat kepalanya tiba-tiba pusing, dadanya sesak, matanya panas.
"Eh, kamu kenapa nangis?"
Dan lagi-lagi pertanyaan itu membuatnya kaget.
"Kenapa..... Saya nangis?" Suaranya bergetar. Disusul dengan dadanya yang sesak.
Lalu semuanya gelap.
***
Tiga panggilan tak terjawab. Yeonjun menatap layar hp-nya nanar. Wajahnya kini terlihat berantakan karena baru bangun tidur.
Beomgyu tertidur nyenyak di kasur satunya. Ditemani boneka oranye yang suka ia lupa namanya.
Rian? Ryan? Entahlah, persetan!
Ia lalu bergegas untuk mencuci muka, setelah itu mandi. Namun niatnya urung ketika satu panggilan masuk.
"Halo?"
"......"
***
"Lintang!"
"Lintang!"
"Ayo kita main!"
"Kamu lupa sama aku?"
"Ayo ikut aku! Kita main!"
"Lintang!"
"Lintang!"
Seperti tertarik ke belakang. Raga itu terkesiap, matanya mengerjap. Kepalanya berdenyut parah. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah panik seorang adam dan beberapa peralatan medis.
Lintang terdiam, ia berusaha meredam sakit kepalanya yang luar biasa.
"Kamu gapapa? Aku panggilin dokter ya," ucap sang adam.
Lintang masih terdiam. Rasa sakit di kepalanya mulai memudar, namun rasa penasarannya membesar.
Tentang bagaimana ia bisa pingsan, siapa yang membawanya, dan kenapa Yeonjun bisa ada di sampingnya.
Entahlah, kepalanya tambah pusing saja.
Tak berapa lama seorang dokter dan perawat mendatanginya. Melakukan berbagai cek di seluruh tubuhnya. Setelah dirasa cukup, mereka pergi setelah memberi sedikit penjelasan tentang penyebab pingsannya Lintang.
"Katanya ini karena trauma kecil di kepalamu," ucap Yeonjun pelan.
Ini adalah ucapan pertama yang keluar di antara mereka setelah 15 menit membisu di mobil.
Lintang hanya diam. Ia sendiri bingung mau menjawab apa. Hal ini tak pernah terjadi.
Yeonjun menghela nafas. "Jangan lupa minum obatnya ya."
"Kamu kok bisa tau aku di rumah sakit? Terus yang bawa aku ke rumah sakit siapa?"
Yeonjun sedikit terkejut. Baru kali ini dia mendengar Lintang yang banyak tanya.
"Aku ditelpon rumah sakit karna katanya di kontak kamu yang banyak dihubungin aku. Terus siapa yang bawa kamu ke sini katanya laki-laki?" Yeonjun sedikit berhati-hati dengan perkataannya yang terakhir. Ia tadi ingin menanyakan itu namun melihat Lintang yang masih kebingungan ia mengurungkannya.
"Laki-laki? Aah....."
"Kamu gapapa? Apa dia yang ganggu kamu sampe pingsan?" tanya Yeonjun langsung ke intinya.
"Ga, aku ga sengaja ketemu dia. Terus kayaknya aku pingsan tiba-tiba," jelas Lintang.
Yeonjun mengernyit, "kamu yakin?"
"Iya, aku tadi pagi jalan-jalan. Oh iya, kemaren kamu udah tidur duluan ya? Aku telpon ga diangkat,"
Sang adam membeku. Ia lupa jika suatu saat pertanyaan itu akan dikeluarkan.
"Semalam... Aku udah tidur duluan,"
Bohong.
"Tumben? Kamu ngapain aja emang kemarin?" tanya Lintang.
"Kamu mending tiduran aja ya. Kita masih lama nyampenya," jawab Yeonjun.
Lintang hanya mengangguk. Sebenarnya ia ingin mengobrol lebih lama. Karena sudah lama mereka tak bicara. Tapi hari ini ia merasa sangat lelah entah mengapa.
"Maaf...."
"Aku, benar-benar minta maaf."
***
TBC
Ada yang masih nungguin? Maunya kemaren dabel apdet, tapi mood sedang tidak bagus :'))
Nyelesaiin satu bab ini aja berhari-hari. Maapken daku :')
Kedepannya bakal coba dabel apdet dimohon kesabarannya untuk menunggu 🙏
Vote dan komen juseyoo ❤️❤️❤️
[Revisi]
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Poem •Hueningkai•(Revisi)
FanfictionHidup bagai genre dalam puisi. Dan hal hal rumit lain yang harus dilewati Kamal. Demi menjaga harga diri. Start April 2020 ©tatann_