11 ♪♪

3K 212 4
                                    

Tidak semua orang beruntung mendapatkan jalan keluar dari permasalahannya 

.

.

.

Semilir angin mulai sedikit menusuk kulit, di atas gedung kantor Hokage itu, sang Nanadaime masih termenung, menyaksikan langit konoha yang sudah gelap dengan banyak bintang menghiasinya.

Alam memberikan suasana tenang, mengabarkan pada tubuh tubuh yang lelah bahwa kekhawatiran sudah berakhir. Dendam dan kebencian yang melenyapkan Hyuga tidak akan menimbulkan perang atau tragedi memilukan setelahnya.

Hyuga berwajah lugu dengan segala ketenangannya itu sudah lebih dari menjelaskan semuanya. Bagaimana ia menggunakan jutsu terlarang untuk membawa kabut hitam mematikan itu untuk melenyapkan Hyuga, melepaskan segala amarah dan dendamnya pada apa yang ia alami di masalalu.

Naruto tidak buta dengan api amarah yang dirasakan Hyuga Rei yang diperkirakan sedikit lebih muda darinya itu. Tidak mempunyai orang tua sejak lahir, dan dibenci oleh seluruh warga desa karena dianggap monster, semua yang dialaminya tidak lebih baik dari yang dialami Rei.

Ia bukan tidak pernah ingin menyerah dan melampiaskan amarahnya pada orang-orang yang memperlakukkannya bagai sampah dulu, tapi sepertinya ia sedikit lebih beruntung karena di hadiahkan teman-teman yang mampu membuatnya tetap di jalan yang benar dan tidak terjerumus ke lembah dendam. Tidak ikut terjatuh kedalam jurang yang gelap, karena diterangi cahaya dari teman-teman dan orang-orang yang selalu menyayanginya.

Kakek Hiruzen, Iruka Sensei, Rookie 12, Kakashi Sensei, dan yang paling terang adalah Hinata, wanita yang dengan sukarela mau menjadi keluarganya dan memberikannya keluarga kecil.

Tetapi amarah yang melingkupi Hokage ketujuh itu belum sepenuhnya reda, bagaimana Hyuga itu dengan segala ketenangannya menjelaskan apa yang ia lakukan pada Hinata.

"Hiashi adalah orang yang bertanggung jawab atas semua penderitaan dan kegelapan dalam hidupku, aku merasa akan puas kalau melakukan hal yang sama yang dialami ayahku pada nya dan semua Hyuga sialan itu." Kalimatnya datar dan pembawaannya yang tenang, tidak mencerminkan dosa yang telah ia perbuat.

"Dan..sedikit bermain-main dengan bagian dari dirinya. Hinata-sama, malam itu aku melihatnya menangis di pemakaman Hyuga. Aku menyerap seluruh chakranya yang beruntungnya sedang kalut itu, membawanya ke reruntuhan Hyuga, tempat yang sama dimana mereka menghancurkan hidup seorang bocah kecil yang melihat langsung bagaimana ayahnya di ambil nyawa secara paksa. Aku menyayat sedikit demi sedikit tubuhnya agar membuatnya merasakan kesakitan itu perlahan dan lama, dan mengikat kakinya dengan tali chakra dengan posisi kepala dibawah." Hyuga dengan wajah lugu itu menjelaskan dengan detail siksaan macam apa yang ia lakukan pada Hinatanya.

Tidak ada yang tidak tercengang mendengar bagaimana kalimat itu terdengar begitu tenang mengalir dari mulut pria Hyuga itu

"Sialan kau brengsek " Naruto yang geram merasakan amarah yang sangat besar, ia kembali menghadiahi Hyuga itu dengan siksaan yang tidak bisa dibilang remeh.

Membuat Rei tersungkur ke pintu yang ikut roboh terkena hantaman tubuhnya. Dengan darah segar keluar dari mulut dan hidungnya, ia masih sama tenangnya.

Sorot matanya datar seolah tidak merasakan sakit pada sekujur tubuhnya yang remuk. Membuat siapa saja tidak akan dapat membaca apa yang dia rasakan dari ekspresinya. Semua terlalu gelap, tertutup dengan rapat. Tidak terjamah oleh siapapun.

RhapsodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang