14 ♪♪

3K 207 12
                                    

Setelah malam itu, semua tak akan sama lagi.

Seberapa keraspun kamu berusaha memperbaiki semuanya...

Aku sudah tidak memperjuangkan jalan yang sama denganmu.


.


.


.





Berbagai kenangan menyerang ingatannya ketika menapakan kaki di gerbang mansion Hyuga yang terakhir ia datangi saat menjemput Himawari bersama Naruto yang baru pulang dari misi. Tak menyangka kalau saat itu adalah terakhir kalinya ia bertemu dengan Tou-sama, Hanabi dan juga Hyuga lainnya !

Walaupun Naruto menempatkan beberapa penjaga di sekeliling Mansion dan beberapa orang untuk mengurus dan membersihkan mansion setiap hari, tetapi tetap saja, rasanya....

Kosong !

Sunyi !

Bangunan kayu kokoh, megah, nan luas itu kini ditinggalkan pemiliknya.

Tidak ada Hanabi yang akan menyambutnya dengan ceria, menggodanya dengan berbagai candaan. Atau Tou-sama yang akan mengajaknya berbincang dan minum teh, juga anggota klan lain yang menyambutnya dengan hangat.

Mereka tidak ada, tidak menyisakan kehangatan sedikitpun disini, Terasa dingin dan hampa.

Semua kenangannya semasa kecil berputar bak kaset rusak.

Dengan mata yang sudah basah sedari tadi, bahu bergetar dan nafasnya yang memburu. Tempat pertama yang ia tuju adalah kamar adik kecilnya 'Hanabi '. Menggeser pelan pintu kayu kokoh didepannya, wangi khas Hanabi menyeruak dalam penciumannya.

Melangkahkan kakinya yang di topang tongkat dan perlahan masuk kedalam, duduk di sisi ranjang yang rapi. Melihat Hinata kecil yang datang ke kamar Hanabi setelah latihan yang berat, Tubuh kecilnya yang ringkih terlihat lusuh dan lemas. Walaupun begitu ia tetap berusaha menepati janjinya untuk bermain bersama walau dalam keadaan lelah. Tetapi karena badannya sangat lemas dan terasa remuk, ia malah tertidur dengan posisi duduk menyender pada dinding. Membuat Hanabi kecil yang melihatnya agak murung, namun sesaat kemudian menyelimutinya dengan selimut berwarna orange lalu memeluk tubuh ringkih Nee-sannya itu.

Beralih ke tempat kerja ketua Klan 'Hiashi Hyuga' ia melihat Hiashi yang memberikan nasehat padanya menjelang pernikahan. Nasihat yang tidak akan pernah Hinata lupakan sampai kapanpun. Hinata remaja duduk di depan Hiashi yang masih sangat bugar dengan garis rahang yang tegas.

Walaupun Ayahnya tidak memperlakukannya bagai seorang ayah pada anak perempuan pada umumnya. Yang akan berbicara lemah lembut penuh kasih sayang, merayu saat anak perempuannya merajuk, juga memberikan pelukan hangat dikala anak perempuannya sedih. Bahkan setelah dewasa pun, anak perempuan selalu di perlakukan bagai putri kecil oleh ayah mereka. 

Tidak, Hiashi tidak melakukan itu. Tapi...jauh dari semua itu Hinata tau, kalau ayahnya sangat menyayangi dan menjaganya. Walaupun mungkin dengan cara yang tidak semanis ayah-ayah lain.

Hinata terkekeh kecil dengan air mata yang keluar deras dari kedua Amethysnya. Teringat ditempat ini, untuk pertama kalinya ia melihat Hiashi Hyuga menangis, mengusap lembut rambutnya, dan memberikan pelukan hangat seorang ayah.


Berjalan keluar mengitari koridor yang memperlihatkan halaman samping yang terdapat air mancur kecil disana. Bagaimana Hanabi melompat dan mengagetkannya yang waktu itu tengah dilanda ragu dan gugup karena berniat menyatakan cintanya pada Jinchuriki yang sekarang telah menjadi suaminya itu.

RhapsodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang