Extra Chapter 2 End

4.3K 221 19
                                    

Sudah seminggu, dari semenjak Hinata mengajukan pengunduran diri, ahh, maksudnya acara berhenti mendadaknya dari pekerjaan yang tidak dikabulkan, ia sudah tidak mendapati Naruto lagi.

Tidak ada ocehan gila pria kuning itu, tingkah konyol dan pemaksa atau gangguan-gangguan lainnya. Pria yang juga adalah bosnya itu tidak datang ke Cafe seperti beberapa bulan belakangan.

Hinata merasa senang dan tenang, tapi sisi lainnya merasa kehilangan. Terasa ada ruang kosong yang ditinggalkan pemiliknya.

Melihat kedalam netra biru yang tak disangkalnya memang luar biasa indah itu, ia merasa seperti pulang. Menemukan jalan ke tempat yang di penuhi kerinduan dan keserakahan ingin menetap.

Tapi kenapa ?

Bertemu Naruto rasanya bisa serindu itu ? bak sepasang kekasih di masa lalu yang sudah menunggu untuk bertemu selama ribuan tahun. ck, tolong maafkan Hinata dan hobi menonton drama nya.

Berfikirlah dengan benar Hinata...

'Hhhhhhh..' Hinata menghela nafas panjang, menghempaskan dirinya di atas futon kecil dalam flat miliknya. Ia tinggal di kawasan cukup padat yang ditinggali orang-orang berpendapatan rendah, dan flat kecil ini adalah yang paling murah. Kendati begitu, ia bersyukur masih memiliki tempat singgah setelah penat bekerja seharian.

Setelah sebelumnya tumbuh dan menetap di panti asuhan yang sama dengan Itachi, sebelum pria itu memutuskan untuk terlebih dahulu hidup mandiri dan bekerja serabutan sedari usia anak sekolah menengah.

Kami-aku dan Itachi adalah sama. Tidak mengenal siapa yang telah membawa kedunia, apakah di buang dan tidak di inginkan ? Ataukah anak orang kaya yang di culik oleh rival bisnis ayahnya, di tinggalkan di tengah hutan, di temukan seseorang dan di serahkan ke panti asuhan ? Hhhh...drama sekali pemikiranmu Hinata.

Hinata memukul mukul kepalanya, muak pada pemikirannya sendiri. Tolong coba bantu ia berfikir rasional.

Tetapi kembali lagi, walaupun hidup di panti asuhan, semuanya berjalan bahagia. Sampai pemahamannya mengenai seorang anak yang seharusnya tinggal di rumah dengan kedua orang tua yang menyayangi. Kenapa ia tidak bisa seperti teman-teman sekolahnya ? Kenapa tidak ada ayah yang menjemputnya pulang sekolah ? atau ibu yang menjewer anaknya ketika berbuat nakal ?

Dan semua pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah terjawab sampai sekarang. Tapi satu hal besar yang benar-benar Hinata syukuri adalah kehadiran Itachi. Dia mampu menghadirkan rasa memiliki seorang saudara, seorang kakak, tempat berlindung dan mengadukan semua suka dan luka yang ia terima.

Hidup ini adil kan ?

.

.

.

Dan kehadiran bos Cafe baru yang menyebalkan itu benar benar membuat Hinata tidak bisa tidur dengan nyenyak, pria gila itu akan menari-nari dalam kepalanya setiap ia mencoba memejamkan mata.

Hinata kesal setiap kali si kuning itu bersikap seenaknya padanya. Tapi ke absenannya beberapa hari ini justru membuatnya tidak bisa berbohong kalau ada harap untuk bertemu dan menatap kedua shapire jernih yang menyala-nyala setiap kali mengajaknya berbicara itu.

Entah kenapa, tapi rasanya berbeda dengan saat ia menatap Itachi, ada debaran menyenangkan yang selalu coba ia sangkal kehadirannya.

Apa ia sakit jantung setiap kali bertemu Naruto ?

.

.

.

Sedangkan...

RhapsodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang