CHAPTER 4

8.7K 970 45
                                    

SUASANA di ruangan kerja si lelaki bermarga Jung itu semakin mencekam, tidak ada satu pun bawahannya yang berani menatap iris tajam sang atasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUASANA di ruangan kerja si lelaki bermarga Jung itu semakin mencekam, tidak ada satu pun bawahannya yang berani menatap iris tajam sang atasan.

Netranya kembali menatap Lucas, orang yang selalu ia percayai untuk mengurus sang putra semata wayangnya, yang kini entah dimana keberadaannya.

Selang beberapa lama, pintu ruangan sang pria berlesung pipi itu terbuka menampakan seorang laki-laki bergigi kelinci yang kini telah berjalan menghampiri meja kerjanya seraya membungkukan badannya sopan.

"Aku telah menemukan keberadaan putramu, dia berada di sebuah flat sederhana di daerah gangnam." lelaki bergigi kelinci langsung memberikan selembar kertas berisikan alamat seseorang.

"Terima kasih Doyoung-ah." ucap nya dengan segera membuka lembar kertas itu.

"46 Apgujeong-ro 79-gil." gumamnya setelah menelisik satu persatu kalimat di dalam kertas itu.

"Ah, ku dengar Jeno menelepon mu lewat ponsel seseorang. Apa yang ia katakan?" Lelaki bernama lengkap Kim Doyoung itu mulai membuka pertanyaan.

Sang atasan menghela nafas sejenak, "Anak itu meminta ku untuk menjemput nya. Entah kenapa akhir-akhir ini sikapnya tidak biasa, terlihat seperti ingin selalu di perhatikan oleh ku."

"Bukankah itu hal yang wajar bagi seorang anak untuk meminta banyak perhatian dari orang tuanya? Kau Ayahnya, jadi Jeno berhak untuk memintanya darimu Jung. Kau terlalu sibuk bekerja sehingga Jeno jarang sekali kau perhatikan." Jelas si lelaki bermarga Kim itu, sedikit geram.

"Pergi lah dari ruangan ku Kim, suaramu semakin membuat kepala ku sakit." usirnya kepada sang sepupu; Kim Doyoung.

"Ya, memang aku akan pergi. Lagi pula waktu ku berada di sini hanya akan terbuang sia-sia untuk membuatmu sadar akan sikap workholic mu itu." ujarnya tidak mau kalah.

"Maka pergilah. Kenapa masih berdiri di depanku?"

"Yak! Ah, kim Doyoung kau harus sabar menghadapi sepupu sialan seperti nya." gumamnya.

"Aku permisi."

▒▒▒▒▒▒▒▒▒

"Mark ku mohon."

Sang adik yang sedari tadi mendapatkan rengekan dari yang lebih tua akhirnya mendesis.

"Astaga Hyung berhenti merengek seperti anak kecil. Kau tau? Jika merengek seperti barusan, kau tidak jauh berbeda dengan anak seusia bocah yang kau bawa tadi siang."

"Jeno mempunyai nama Mark! Kau ini—" perkataannya terpotong jika saja sang adik tidak menyambar.

"Ya,ya,ya. Baiklah aku akan menjaganya untukmu tapi dengan syarat."

Yang lebih tua langsung merotasikan bola mata, adiknya itu selalu saja membuatnya jengkel seperti ini "Hm, apa itu? Jangan bilang kau ingin aku menyatakan perasaanmu kepada Haechan lewat perantaraku?"

Let's Live Together • Jaeyong  [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang