Hari ini Johnny tidak pulang ke apartmennya seperti biasa dia harus pulang ke rumah karena permintaan sang ibu atau lebih tepatnya sebuah paksaan. Bisa dibilang Johnny sudah hampir dua tahun ini tidak pulang ke rumah orang tuanya. Ia sudah sangat muak sekali dengan sikap orang tuanya yang selalu memaksa Johnny untuk dijodohkan dengan anak teman mereka.
Tin
Terdengar suara klakson mobil yang membuat penjaga rumah berlari untuk segera membuka pagar. Sang penjaga pagar nampak senang melihat tuan mudanya kembali ke rumah ini. " Selamat datang kembali tuan muda." Yang disapa hanya membalas dengan senyuman dan sedikit membungkukkan badan.
Tok tok
" Silahkan masuk tuan muda. Anda sudah ditunggu tuan dan nyonya di ruang makan."
Johnny berjalan di belakang mengikuti sang asisten rumah tangga.
" Ini dia anakku. Kemarilah." Ucap Tuan Seo.
" Johnny, kemarilah ibu sudah menyiapakan makanan kesukaan mu. Ibu benar-benar merindukanmu nak."
" Apa yang sebenarnya kalian inginkan?" Tanya Johnny tanpa basa-basi.
" Nak, tunggulah sebentar teman ayahmu akan segera datang bersama istri juga anak mereka."
" Maaf bu, tapi masih banyak urusan di kampus."
" Johnny dengarkan ibumu."
Johnny hanya mampu menghela napas. Ia tidak sanggup jika harus melawan permintaan ibunya.
" Tuan, keluarga tuan Lee sudah datang." Ucap salah satu asisten rumah tangga.
" Baiklah segera ajak mereka ke ruang makan."
" Waaah, lama sekali kita tidak berjumpa tuan Lee." Kedatangan Tuan Lee langsung disambut pelukan hangat oleh tuan Seo.
" Benar sekali tuan Seo. Oh iya kenalkan ini istriku dan ini putraku."
" Putra anda sangat manis ya. Siapa nama mu nak?"
" Nama saya Ten Lee, nyonya."
Mendengar suara lembut itu, Johnny mengalihkan pandangannya dari handphone ke depan sumber suara. Tak disangka, Ten juga ikut bertatapan dengan Johnny.
" Eh sunbae." Ten membungkuk sedikit pada Johnny.
" Kalian saling terkenal ternyata? Wah, bukankah kalau begini kita percepat saja pernikahan mereka."
Perkataan nyonya tersebut mampu membuat Ten terdiam dalam pikirannya sedangkan Johnny sudah menahan amarah dengan menggenggam tangannya sangat kuat.
" Aku tidak setuju." Jawab Johnny lantang, sontak membuat semua orang di sana terkejut.
" Johnny apa salahnya sih kau turuti permintaan ayah sekali ini saja. Ayah janji akan ku berikan semua perusahaan atas namamu."
" Aku tak peduli dengan semua ini. Aku ingin bekerja dengan hasil jerih payahku sendiri bukan pemberian dari mu."
"Johnny!"
"Kalian berdua sudah cukup. Apa kalian tidak malu ribut di depan tamu?"
Dan pada akhinya mereka makan malam bersama walau suasana terasa sangat dingin. Ten sendiri tidak tahu harus berbuat seperti apa. Karena yang dia tahu, ayahnya diajak teman lama saat bisnis di Korea dulu untuk makan malam bersama bukan untuk membahas tentang pernikahan. Apalagi ternyata ia akan dijodohkan dengan Johnny. Ini sama sekali di luar kepala Ten.
Malam sudah sangat larut, Ten sudah berada kembali di dalam kamarnya. Setelah beberapa kali mendengar debat antara Johnny dan Tuan Seo akhirnya mereka mendapat satu titik terang. Ten dan Johnny akan menikah dua minggu lagi. Mereka tak perlu panik karena Tuan dan Nyonya Seo sudah mengatur segalanya.
Menikah. Ten sama sekali belum pernah kepikiran untuk melangkah sejauh itu. Bahkan pacar saja ia tak memilikinya, bagaimana mungkin dalam hitungan dua minggu dari sekarang ia akan menjadi pengantin terlebih dengan sang presiden mahasiswa. Ten sudah berpikir kalau nanti sampai seluruh kampus mengetahui hal itu, dirinya pasti akan mendapat musibah atau bullyan dari penggemar Johnny.
" Mama, aku mau mati saja huweee."
" Ten, kenapa menangis nak?"
Tak disangka ibunya sudah berada tepat di samping tempat tidur. Ten segera memeluk ibunya dengan sangat erat.
" Ibu, aku tidak siap dengan semua ini bisakah kita membatalkannya saja."
" Ten, ibu mengerti perasaanmu. Tapi maaf sayang, ibu tak punya kuasa untuk menolak ini semua. Ibu akan selalu ada di sampingmu. kapan pun kau merasa kesulitan datanglah pada ibu. Aku akan membantu sesuai kemampuanku."
" Terima kasih ibu. Aku menyayangi mu."
Jika Ten perlahan mulai menerima takdirnya berbanding terbalik dengan Johnny. Setelah makan malam, ia pergi begitu saja tanpa pamit. Dan di sini lah Johnny sekarang berada, di sebuah bar yang penuh dengan orang-orang penmuas nafsu semata. Bahkan tak tanggung-tangung, Johnny membiarkan seorang wanita duduk dengan meliuk-liukan tubuhnya di atas pangkuannya.
"Kau kenapa sayang dari tadi melamun saja?" Tanya wanita itu.
" Tidak ada. Pergilah, aku sudah transfer gaji mu."
" Tapi kita belum melakukannya."
" Pergi."
Mendengar geraman Johnny, wanita itu memilih untuk segera berlari menghindar sebelum dirinya menjadi sasaran amarah dari Johnny.
-----------------------
Saat akan keluar kelas, Ten dikejutkan dengan satu pesan dari Johnny yang memintanya untuk datang di halaman belakang kampus.
" Sunbae ada perlu apa memanggilku?"
" Aku punya beberapa peraturan untukmu setelah menikah nanti, baca isi kertas ini."
Ten memulai membaca satu-persatu tulisan yang ada di kertas tersebut. Judul paling atas yaitu aturan setelah pernikahan.
Bersikap tidak kenal saat di sekitar universitas, Tidur di kamar yang berbeda, Saat berkunjung ke rumah orang tua jangan sampai mereka curiga, Tidak ada anak sampai kapan pun.
" Bagaimana?"
Ten mendongakkan kepala, ia tak masalah dengan tiga poin awal tetapi yang terakhir permasalahan anak. Mengapa Johnny tak ingin memiliki anak? pertanyaan itu yang mengganggu pikiran Ten.
" Maaf sunbae, perkara anak apa kau benar-benar tidak menginginkannya?" Tanya Ten perlahan takut membuat Johnny marah.
" Aku suka sendiri dan adanya anak itu sangat mengganggu." Setelah berucap seperti itu Johnny meninggalkan Ten berdiri sendirian sambil memeluk kertas tadi.
" Jika kau tak ingin memiliki anak lalu kenapa kau menerima ku, hyung."
Ten menengadah berusah menahan air matanya. Ini belum saatnya ia menumpahkan kesedihan. Ini masih terlalu awal, akan ada saatnya tersendiri untuk air mata tersebut jatuh menunjukkan segala kesedihan yang terpendam.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Message: Hydrangea (JohnTen-JaeTen)
FanfictionBerkisah tentang sebuah harapan dari sepasang suami-istri yang menginginkan kehadiran seorang anak di antara mereka. Namun, ketika ujian datang mampukah mereka melewati ujian tersebut atau akankah mereka mengkhianati janji suci yang sudah terucap? T...