Bab 4

225 35 1
                                    


" Ten, sepulang kelas nanti kau berangkat duluan saja ke rumah papa dan mama. Aku masih ada kerjaan dari dosen Kim. Tidak masalahkan?"

" Iya hyung aku tak masalah nanti aku akan pesan taksi saja."

" Jangan naik taksi, aku sudah menyuruh sopir untuk mengantar mu."

" Ne hyung."




" Ten, ayo pergi ke mall bersama Xiao Jun juga."

" Maaf, Hendery aku harus segera pulang."

" Ya sudah lah tak apa. Kalau gitu aku duluan ya."


Ten sudah berada di dalam mobil bersama sang sopir, ia juga sudah mengirimkan pesan pada Johnny kalau dia sedang dalam perjalanan menuju rumah mertuanya. Ini pertama kali bagi Ten mengunjungi rumah mertuanya. Jantungnya berdetak sangat tidak karuan ketika mobil memasuki halaman rumah yang sangat luas.

" Silahkan tuan."


" Waaah menantuku akhirnya datang juga. Mana Johnny kenapa tidak datang bersamamu?"

" Iya, mama. Johnny hyung bilang dia masih ada tugas dari dosennya."

" Ya sudah kau langsung makan saja ya. Mama yakin seharian kuliah pasti membuatmu lapar."

Tak berselang lama, seorang pemuda datang dan ikut makan siang bersama keluarga Seo. Ten terkejut melihat pemuda yang duduk di seberangnya. Pemuda itu adalah orang yang Ten tabrak kemarin saat di kampus.

" Kau bukankah yang waktu itu?" Ucap Ten sambil menunjuk pemuda di depannya.

" Iya, tak kusangka kita bertemu di sini." Baru saja pemuda itu ingin menggenggam tangan Ten namun sudah dihalangi oleh setumpuk buku yang tak lain pelakunya adalah Johnny.

" Hai bro, sendirian saja tidak mengajak istrimu?"

" Dia ada di sini."

Jawaban dari Johnny membuat pemuda itu celingukan mencari sosok istri Johnny yang katanya ada di situ.

" Mana? Kau berbohong?"

" Yang ada di depanmu."

" Dia. Dia istrimu hyung. Wah aku kalah start ternyata."

" Johnny, Jaehyun kalian makan yang benar ceritanya nanti saja."

"iya ayah/paman." Ucap mereka bersamaan.






Setelah mengetahui siapa sosok dan nama istri sang sepupu, pemuda bernama Jaehyun itu tak pernah melepaskan pandangannya dari Ten hingga membuat Ten sendiri tak  nyaman. Johnny yang sadar akan hal itu mendaratkan telapak tangannya ke pipi Jaehyun. Suara nyaring terdengar cukup kencang dari ruang keluarga.

" Yak hyung pipiku jadi perih sekarang."

" Siapa suruh memandang istri orang seperti itu."

" Ya maaf."

" Jae, bagaimana studi kedokteranmu?"

" Aku sudah lulus bibi dan besok aku akan mulai praktik di rumah sakit Seoul."

" Syukurlah bibi ikut senang mendengarnya."

" Lalu kau ingin mengambil spesialis apa Jae?"

" Aku mengambil spesialis obgyn paman."

" Kau yakin mengambilnya?"

" Iya, setelah apa yang terjadi pada ku dan mendiang kekasihku dulu aku semakin bertekad untuk mewujudkan cita-citaku."

" Baiklah Jae apapun itu bibi dan paman hanya bisa mendoakan yang terbaik."

" Sekarang kau Johnny, kapan ayah dan ibu bisa menimang cucu dari kalian?"

Diberi pertanyaan seperti itu Johnny dan Ten hanya bisa saling bertatapan. Mereka menikah bukan karena cinta dan pernikahan mereka juga belum genap 6 bulan. Selama ini mereka hidup layaknya teman satu asrama bukan sebagai suami istri pada umumnya.

" Sedangkan kami usahakan." Jawab Johnny sekenanya.

" Jangan membuat ayah menunggu terlalu lama nak. Kau tau kondisi kesehatan ayah akhir-akhir ini seperti apa."







Dalam perjalanan pulang, mobil Johnny terasa sangat sepi. Tak ada percakapan atau suara radio yang menyala. Johnny fokus pada jalanan dan Ten memejamkan matanya, ia tidak tidur hanya saja perkataan ayah mertuanya tadi terus terngiang di dalam kepala.

" Hyung." Ten memanggil dengan suara yang pelan namun masih bisa di dengar oleh Johnny.

" Ada apa?"

" Soal perkataan papa tadi sore. Apa tidak ada salahnya jika kita mencoba walau sekali saja?"

Johnny menepikan mobilnya, kemudian menatap Ten dengan tajam.

" Sudah ku bilang, untuk saat ini aku ingin fokus dengan karirku  masalah anak kita pikirkan nanti saja."

" Tapi hyung-"

" Tidak ada tapi-tapian, Ten. Terserah kau sekarang, kau ingin menuruti ku sebagai suami mu atau kau mau kita berpisah saja kembali seperti dulu dimana kita tak pernah saling kenal."

Mobil kembali melaju, Ten menahan tangisannya tak ingin Johnny tau kalau dia sedang menangis. Mungkin keinginan Ten terlalu tinggi, ia hanya ingin Johnny memperlakunnya seperti istri-istri di luar sana. Apakah itu terlalu sulit untuk kehidupannya dengan Johnny? Jika bukan karena ke dua orang tuanya mungkin Ten sudah lama pergi dan memilih tinggal dengan kebebasan.


 

Flower Message: Hydrangea (JohnTen-JaeTen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang