Part 13 || Meniduri Gadis?

53 6 2
                                    

Sinar matahari mulai menembus celah jendela yang masih tertutup gorden. Waktu menunjukkan sudah pukul 10.00 siang. Cowok yang tertidur dengan pengaruh alkohol perlahan mulai terusik akibat sinar matahari yang menembus jendela kamar mengenai matanya.

Nichol, perlahan membuka mata. Penglihatannya sedikit remang-remang, ditambah kepalanya yang sedikit pusing. Mungkin ini efek semalam dia minum-minuman dengan jumlah yang banyak.

Nichol menatap keadaan sekitar, terakhir dia ingat masih berada di club dengan sebotol minuman dan di sebelahnya ada wanita. Entahlah dia tidak ingat, kenapa sekarang dia bisa berada di rumah? Siapa yang membawanya kemari? Nichol tidak bisa mengingatnya, karena kepalanya masih sangat pusing.

Pintu kamar Nichol  terbuka dengan kasar, Nichol melirik orang yang baru masuk ke dalam kamarnya.

"Heh, curut! Baru siuman lo. Semalam habis berapa ronde?" tanya Arvin dengan songongnya.

Vando memukul pundak Arvin untuk mengontrol mulutnya. Nichol menatap sinis kepada Arvin sambil memegang kepalanya yang tambah pusing dengan kedatangan mereka. "Gue cuma minum, gak main begituan."

"Yakin lo?" tanya Arvin.

"Nih ya gue kasih tau Jengkol-"

Nichol langsung menatap tajam Arvin, kala Arvin menyebut namanya dengan sebutan Jengkol.

Arvin meneguk ludahnya kasar, nyalinya tiba-tiba menciut. "Berisik lo tau, kepala gue tambah pusing," ucap Nichol kesal.

Vando menghela nafas kasar. "Lo boleh meluapkan masalah lo ke minuman Nichol, tapi lo jangan berlebihan. Hampir  saja lo merusak masa depan gadis!" jelas Vando menatap serius ke arah Nichol.

Nichol menaiki alis tanda tidak mengerti. "Untung gue dan Arvin lihat mobil lo yang terparkir dan kebetulan gue lewat arah sana. Biasanya lo ngajak kita dan malam itu tumben lo datang sendiri," heran Vando.

"Gue ada sedikit masalah," lirih Nichol.

"Gue tahu," jawab Vando.

"Makanya gue sama Arvin masuk ke dalam buat cari lo, ternyata lo gak ada di tempat biasa yang kita nongkrong. Akhirnya gue tanya pelayan di sana dan dia lihat lo masuk ke kamar-"

"intinya kalau gue berdua gak datang lo ena-ena," potong Arvin cepat. Menurutnya Vando terlalu menjelaskan secara detail.

"Apaan si main potong aja lo," protes Vando.

Nichol hanya mendengarkan, walaupun tidak terlalu fokus. Tapi, dia bisa menyimpulkan bahwa dia hampir memperkosa seorang gadis.

Sebrengsek-brengseknya Nichol, di dalam hidupnya dia tidak ingin meniduri seorang wanita. Apalagi wanita itu masih gadis, baginya cukup mencium saja.

Nichol tidak mau menjadi papah muda, dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa berjaya tanpa bantuan siapapun. Sudah sejak dia terapkan hal itu saat dirinya ditinggal sendirian, tanpa keluarga berada didekatnya.

"Heh, ngelamun ya lo sekarang," tegur Arvin besidekap dada.

"Gue gak percaya ada seorang gadis di tempat itu, mungkin orang yang hampir gue perkosa bukan gadis lagi, melainkan wanita penghibur, ngada-ngada lo," ucap Nichol datar, dia tidak mau ditipu oleh dua sahabat kampret-nya ini.

"Ya ... terserah lo si mau percaya apa enggak, gue ngomong faktanya," jawab Vando tidak mau ambil pusing.

"Eh ... eh ..., tapi dia nangis tau terus dia malah bilang terima-kasih lalu minta bantuan ke kita," jelas Arvin.

Nichol mengerutkan alisnya. "Bantuan?"tanya Nichol.

"Iya buat bebas dari tempat terkutuk itu." Bukan Arvin yang menjawab melainkan Vando

FUCKBOY VS FUCKGIRL (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang