꒰ 17 : PTS day 1 ; jarak kita melebar 50% ˎˊ-⁣

232 38 8
                                    

"Letakkan tas kalian di depan, pastikan tidak ada kertas atau buku di dalam loker bangku kalian. Hanya tempat pensil, papan ujian, botol minum, dan kartu ujian yang boleh ada di meja." terang Pak Karasuma, sebelum membagikan lembar soal dan jawaban.

"Berdoa sebelum memulai ujian, mulai..."

"Berdoa selesai." Pak Karasuma mengakhiri kegiatan berdoa sebelum memulai ujian, "kerjakan dengan teliti, jangan terburu-buru. Waktu kalian ada 2 jam untuk mengoreksi lagi."

- 𑁍 -

"Buset anjir, nangis gue. Untung aja senbud disuruh rangkum sama Bu Utahime," Zenitsu meracau sambil membuka-buka buku paket pjok.

"Eh Tan, Pak Gojou ada kasih materi emang?" tanya Zenitsu pada Tanjirou.

"Seinget gue, langsung praktek deh," jawab Tanjirou tanpa melepas pandangannya pada buku paket pjok.

"Sialan, gue mana paham kalo praktek doang,"

"Gue sebenernya kesel, kalo si babi bacot. Tapi, gue heran sekarang dia banyak diemnya," memang ya, yang namanya Zenitsu Agatsuma, tidak lepas dari kebacotan nya.

"Bacot." singkat, padat, jelas, itulah yang keluar dari mulut Inosuke menanggapi sahabatnya itu.

"$#)_/&?!_('+" semua umpatan keluar dari mulut Zenitsu, tapi, sekarang mulutnya sudah di tutup Tanjirou dengan buku paket pjok milik Zenitsu.

"Berisik lo Zen," ancam Tanjirou.

- 𑁍 -

"Wi,"

"Hmm?"

"Gak ngelerai itu mereka bertiga?" jempol Kanao mengarah ke tiga biang kerok di anak tangga dekat kelas.

"..." Aoi diam sejenak, "terserah mereka, mau berisik terus di hukum Pak Muzan baru tau rasa nanti," lanjutnya.

Kanao diam, sebenarnya cewek itu gemas ingin meminta penjelasan Aoi yang akhir-akhir ini banyak tidak bertindak ke trio biang kerok kelas mereka.

- 𑁍 -

Aoi menaruh sapu di rak kebersihan yang ada di pojok kelas, kemudian mengambil tasnya dan bersiap pulang.

"Ah, sialan, buku Bahasa Inggris gue bisa-bisanya ketinggalan di loker," suara itu, suara yang sangat dikenal Aoi.

Suara Inosuke Hashibira.

Mata Inosuke melirik ke samping, kaget karena cowok itu tidak lihat-lihat kalau ada orang lain di kelasnya.

"Nih," Aoi menaruh kunci di bangku yang dekat dengan Inosuke, "kunci kelas kayak biasanya," sambungnya tanpa sedikitpun melihat Inosuke. Lalu, melangkah keluar untuk meninggalkan cowok itu sendirian di kelas.

"Aoi..."

- 𑁍 -

"Shit, buku IPS gue ketinggalan," umpat Zenitsu lari ke kelasnya.

"Apa? Cepet ngomong, gue mau pulang." ucap Aoi, sinis.

'Eh? Mereka berantem? Oh pantesan diem-diem-an tau-tau nya lagi kadeerte toh' batin Zenitsu.

"Y-yang hari Minggu kemarin, itu semua bohong." ucap Inosuke, menatap Aoi.

"Bohong?" Aoi mengangkat wajahnya dan memasang tatapan remeh, "kalau iya itu semua bohong. Jelasin siapa tuan muda itu dan orang itu kemarin."

"I-itu," Inosuke tak bisa menjelaskan, tak mungkin ia bawa-bawa masalah kehidupannya ke orang lain.

"Itu apa? Itu emang beneran kan? Udah, gak usah pura-pura lo." ucap Aoi meninggalkan Inosuke di kelas sendirian.

Zenitsu langsung sembunyi di balik tangga menuju ke lantai atas, dengan terburu-buru tapi tak terdengar langkah kakinya.

Setelah mendengar suara langkah kaki Aoi menjauh, Zenitsu segera kembali ke kelasnya sebelum dikunci Inosuke.

"Gue tau, lo denger semua tadi," sambut Inosuke tanpa membalikkan badannya.

"Haa," Zenitsu menghela nafasnya, "gue gak tau masalah kalian apa. Gue harap, lo bisa jelasin yang jujur ke di-".

"Tadi lo denger kan? Dia gak percaya. Terus gue bisa apa? Ngejar sambil ngemis minta percaya? Gue masih ada harga dirinya ya, jangan lo kira se onar nya gue. Harga diri gue gak ada." potong Inosuke, masih tetap dalam posisinya. Namun, tangannya dikepal, entah untuk apa.

"Gue tau, semua orang punya harga diri. Beda lagi, kalo yang nganggep harga diri itu segalanya. Gue cuman harap, masalah kalian berdua cepetan kelar." Zenitsu menghentikan perkataannya sebentar.

"Ini lagi peaes, habis itu ada festival sekolah. Jangan sampe lo gak fokus, ini tentang masa depan lo, ujian. Dan untuk festival, lo harus fokus sama tampil panggung kita." sambung Zenitsu.

"Ah satu lagi," langkah Zenitsu berhenti, kemudian memutar tubuhnya ke arah Inosuke.

"Saran gue, jangan lewat chat. Ngomong di depan dia. Kalo di chat, percuma, makin gak percaya dia."

"Iya, gue tau."

- 𑁍 -

"Haah~" Aoi menghela nafasnya panjang, pusing dengan latihan soal ekonomi yang menurutnya susah.

"Duh, udah tengah malem lagi. Sambung nanti pagi aja deh," gumamnya sambil merapikan buku-bukunya yang ada di atas meja.

Aoi merasa haus, dengan pelan-pelan ia membuka pintu kamarnya, menuruni anak tangga dan ke dapur untuk mengambil segelas air putih.

Kenapa pelan-pelan? Karena ayah dan bundanya sudah tidur lelap. Aoi tak ingin membangunkan mereka karena berisik.

.
.
.

p

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

p.s : kesal? axixixi waktunya bermain dengan fanta :D

❝𝐁𝐀𝐑-𝐁𝐀𝐑、伊アオ❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang