꒰ 06 : rencana pertama, gagal? ˎˊ-⁣

547 93 73
                                    

- 𑁍 - 𑁍 - 𑁍 -

'Eh? Ini kan makamnya? Eh tunggu dulu otakku, ini kan makam warga' pikiran Aoi saling beradu argumen.

"Pak, terima kasih udah di jaga dan di bersihkan makamnya" Inosuke menundukkan badannya untuk berterima kasih.

"Iya sama-sama nak Inosuke, saya tinggal dulu ya" jawab Pak Aji meninggalkan mereka.

"Ino, maaf kalo tersinggung. Tapi, ini makamnya siapa?" tanya Aoi.

"Ini, makamnya papa" jawaban dari Inosuke terdengar lirih dan menyakitkan bagi Aoi.

"A-ah, ma-maafkan aku" Aoi merasa tak enak karena pertanyaannya bisa saja membangkitkan kenangan Inosuke dengan almarhum papanya.

"Eh? Gak papa lagipula, ah kapan-kapan saja ku ceritakan. Aku ke sini cuman mau mendoakan dan kasih kembang itu" mata Inosuke menunjuk ke arah keranjang bunga yang dipegang Aoi.

Inosuke dan Aoi menaruh kembang bunga tersebut di atas batu nisan yang ada di depan mereka. Lalu, keduanya mendoakan papa Inosuke agar tenang di sana.

"Yuk ah, nanti keburu malem lagi" ajak Inosuke menarik pergelangan tangan Aoi.
Aoi hanya mengangguk. Mereka pamit ke Pak Aji dan menaiki taksi yang kebetulan lewat di situ, dan segera pulang.

Suasana di dalam taksi sangat hening. Hanya suara radio yang bersuara, sedikit menghidupkan suasana. Lampu-lampu jalan yang berwarna-warni, setidaknya bisa membuat mereka terhibur (?).

Taksi yang mereka kendarai tiba-tiba berhenti. "Maaf mas, mbak jalannya di tutup ada pasar Minggu. Kalo jalan lain, jauh takutnya nanti sampai tengah malam, bagaimana?" tanya si sopir.

"Turun sini aja pak, ongkosnya berapa ya?" Inosuke merogoh dompetnya.

"Seratus ribu aja mas, total sampe rumah dua ratus ribu" jawab pak sopir.

Inosuke memberikan uang dua lembar dengan total seratus lima puluh ribu. "Waduh mas, ini kebanyakan". "Gpp pak, anggap aja itu rejeki buat bapak" jawab Aoi. "Terima kasih ya mbak, mas". Inosuke dan Aoi segera turun dari taksi.

"Mumpung di sini, sekalian aja kita ke sana yuk?" ajak Inosuke. Aoi menganggukkan kepalanya.

Tidak ada yang menyadari. Dari tarikan pergelangan tangan, lama-lama menjadi genggaman tangan.

Sekarang, mereka sedang duduk sambil memakan dari banyak kedai yang mereka kunjungi.

"Wi, mau ke km tunggu bentar ya" Inosuke melangkahkan kakinya ke kamar mandi yang ada di ujung. 'udah jam setengah sembilan, bentar lagi pulang'.

7 menit waktu untuk Inosuke di kamar mandi. 'Huft, untung ada pasar malam ini. Lupa kalau ini udah 5 tahun papa pergi, tadinya mau ngajak Aoi ke itu. Gpp deh, gak sepenuhnya gagal rencanaku'.

Inosuke menghembuskan nafasnya. Matanya menatap ke papan yang terpasang di tengah jalan. "Eh? ada wahana juga toh, ajak ah".

"Kakak cantik~" Aoi berhenti mengunyah makanan. Ia melirik tapi, tidak menanggapi panggilan orang itu, ia lebih memilih mengunyah kembali makanannya.

"Kakak cantik, sendirian ya? Sini aku temenin. Apa mau di tempat yang lain atau yang lebih kosong?" pertanyaan itu tak dijawab satupun oleh Aoi. Cewek itu hanya menganggap nya sebagai angin lalu.

"Kakak kok diam aja si? Ikut aku yuk. Kita berdua main bareng pasti seru banget deh dijamin" ajak orang itu, lagi.

30 detik tak ada jawaban, orang itu duduk di samping Aoi. Tangannya sedikit demi sedikit meraba ke arah kaki, lebih tepatnya paha Aoi.

❝𝐁𝐀𝐑-𝐁𝐀𝐑、伊アオ❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang