Begitu banyak pertanyaan di kepala Prem. Hanya saja ia merasa tidak pantas untuk menanyakannya. Tetapi karena rasa penasaran yang begitu besar. Ia memberanikan diri untuk bertanya.
"Phi boleh aku bertanya sesuatu ?" Boun menatap Prem dan mengangguk sambil tersenyum.
"Phi bilang phi pergi karena ingin berubah demi seseorang. Tetapi phi bilang itu terlambat. Apa maksud phi Boun berbicara seperti itu ?"
Boun tersenyum sedih. Prem tidak tau jika seseorang itu adalah dirinya.
"Maksud phi, orang yang ingin phi tunjukkan perubahan ini sudah memiliki kekasih. Ia sepertinya bahagia. Jadi phi pikir perubahan phi sia-sia"
Prem hanya mengangguk. Sedikitnya ia mengerti. Jadi selama ini benar jika Boun tidak memiliki rasa untuknya.
Kembali hening. Tidak ada kata-kata yang terucap. Boun masih mengamati Prem yang diam menunduk.
"Bagaimana hubungan mu dengan kekasih mu ?"
Prem mendongak menatap mata Boun dan tersenyum tulus. Dan hal itu sangat menyakiti hati Boun.
"Kami baik-baik saja phi. Hanya saja phi Zee sekarang terlalu sibuk dengan kuliahnya. Tapi phi Zee tidak pernah lupa untuk meluangkan waktu untuk ku."
"Kalian berdua terlihat saling mencintai dan melengkapi."
"Benarkah itu phi ?" Boun bisa melihat rona semu di pipi Prem. Dan ia semakin mengepalkan tangannya.
Boun hanya mengangguk. Sambil mencoba meminum coklatnya untuk menutupi senyum sedihnya.
"Orang tua kami setuju agar kami bertunangan ketika aku sudah lulus kuliah." Terdengar bunyi retak. Boun terdiam tanpa ekspresi. Hatinya berdarah dan hancur.
Boun mencoba kembali ke kesadarannya. Ia tersenyum meski terpaksa.
"Benarkah ? Semoga kalian langgeng untuk waktu yang lama." Prem tersenyum hangat.
"Terima kasih phi"
Obrolan mereka berhenti begitu suara mesin cuci berbunyi. Prem segera bangun untuk mengganti bajunya dengan seragamnya lagi.
Meninggalkan Boun yang meneteskan air mata. Tapi Boun tetap pada tujuannya. Ia tidak akan menyerah. Ia akan membuat Prem jatuh cinta kepadanya. Meskipun ia harus menyingkirkan Zee.
Prem kembali dengan seragam yang ia pakai saat masuk tadi.
"Phi baju phi sudah aq masukkan ke mesin cuci. Phi hanya perlu mengambilnya jika sudah kering." Boun mengangguk mengerti. Meskipun sebenarnya ia ingin baju itu tidak perlu dicuci. Ia begitu ingin menghirup wangi Prem.
"Dan sepertinya aku harus pulang sekarang phi. Phi Zee sudah menunggu dibawah. Tadi aku mengirim lokasi alamat phi Boun. Jadi dia sekarang menjemput ku."
Lenyap sudah harapan Boun untuk bersama dengan Prem dalam waktu yang lama.
"Kalau begitu phi antar sampai bawah"
Setelah mengantar Prem ke bawah dan mendapatkan kata terima kasih dari Zee. Boun kembali ke apartemennya.
Ia membanting pintu kamarnya dengan sangat keras. Dan kemudian menangis, meratapi nasib cintanya. Yang begitu menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You MINE
FanfictionKisah cinta seorang Boun Noppanut yang merupakan nerd disekolahnya dengan Prem Warut Chawalitrujiwong yang merupakan kekasih Fluke Pongsapat ketua gang preman yang setiap hari membully Boun. Akankah Boun bisa mendapatkan Prem ? Atau ia hanya akan m...