Hari sudah mulai petang. Boun dan seluruh siswa di sekolah mulai bubar. Pulang menuju rumah masing-masing.
Boun berjalan kearah sebuah gang dekat minimarket yang tidak jauh dari sekolah. Ia melihat mobil BMW hitam yang sudah menunggunya.
Tiba-tiba keluar seorang pria tegap berbaju serba hitam. Menunduk hormat kearah Boun.
"Selamat sore tuan muda" Boun hanya mengangguk. Ia kemudian masuk kedalam mobil. Pria itu pun ikut masuk dan menjalankan mobil.
Pria berbaju hitam itu adalah pelayan Boun. Paman Lim. Sedangkan disampingnya ada sopir keluarga yang selalu siap mengantar Boun kemana saja.
Boun memandang keluar mobil. Memandang mobil-mobil yang lalu lalang silih berganti.
Jika kalian mengira Boun anak dari orang tidak mampu. Kalian salah. Boun terlahir dari keluarga yang berada. Hanya saja ia orang yang amat sangat sederhana. Ia tidak terlalu suka kemewahan.
Tidak peduli sebagaimana di bully nya ia di sekolah. Ia tidak pernah punya keinginan untuk membalas dendam.
Sejak kecil ia diajari oleh orang tuanya untuk selalu berbuat baik. Tidak peduli kepada siapapun itu. Sejujurnya ia terkadang tidak tahan. Tapi ia selalu sabar dan mengingat ucapan orang tuanya.
Semua keburukan tidak harus dibalas keburukan. Ada kalanya keburukan harus dibalas kebaikan. Agar seseorang sadar bahwa keburukan yang ia lakukan itu salah.
Setiap hari Boun akan berdoa untuk kebaikan Fluke dan teman-temannya. Ia selalu memaafkan semuanya.
Lihatlah seberapa baiknya Boun. Ia tidak pernah menaruh dendam. Ia selalu tersenyum kepada siapapun. Ia selalu menolong teman-temannya jika kesulitan belajar. Bahkan ia tidak marah ketika teman-temannya menjauhinya saat Boun sudah membantu mereka.
Mobil hitam yang ditumpangi Boun berhenti disebuah rumah besar bak istana. Itu rumahnya. Ia tinggal dengan Bibi Nam dan Paman Lim disini. Beberapa bodyguard. Dan maid.
Orang tuanya tinggal di Italia. Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka. Mereka akan pulang tiga bulan sekali. Mengunjungi Boun yang tinggal di Thailand.
"Selamat datang tuan muda" Bibi Nam menyapa tuan muda, anak satu-satunya pewaris keluarga Guntachai.
Boun tersenyum dan mengangguk. Ia berjalan melewati semua maid untuk kekamarnya.
Boun menghela nafas. Rumah besar ini begitu sepi. Ia merindukan kedua orang tuanya.
Boun merebahkan tubuhnya di kasur besar miliknya. Saat ingin memejamkan mata. Suara ketukan pintu mengejutkannya.
"Masuk"
Bibi Nam datang sambil membawa seragam yang ia kenakan kemarin. Boun segera bangun dan mengambil seragam itu sebelum ditaruh Bibi Nam di walk-in-closet miliknya.
"Bibi bisa bibi bungkus dengan rapi seragam ini. Ini bukan punya Boun. Lalu bisa bibi pastikan seragam ini harum. Ini milik teman ku"
Bibi Nam tersenyum dan mengangguk.
"Baik tuan muda"
"Terima kasih Bi"
Bibi Nam pun keluar dari kamar majikannya.
Boun kembali teringat dengan Prem. Teringat bagaimana hari ini mereka berdua makan bersama. Rasanya ada kupu-kupu terbang di perutnya. Ia merasakan sebuah kebahagiaan.
Boun tidak akan berbohong. Jika ia sangat menyukai Prem. Lelaki manis, imut, dan cantik. Prem begitu mungil jika bersamanya.
Boun tanpa sadar tersenyum mengingat momen mereka siang ini. Bolehkah ia berharap jika Prem juga menyukainya ? Tapi Boun langsung menggeleng kan kepalanya. Ia harus berhenti membayangkan Prem. Prem adalah kekasih Fluke. Tidak mungkin jika ia menyukai Boun.
Prem terkenal begitu baik. Ia tidak pernah pilih-pilih jika berteman. Ia begitu ramah dengan siapa saja. Bisa saja Prem mendekatinya karena kasian. Memikirkan hal itu membuat Boun sedih.
Ia sangat berharap jika Prem memiliki sedikit perasaan untuknya. Apa itu salah ? Apa hal itu tidak boleh ?
Tanpa sadar air mata Boun menetes. Ia tidak pernah merasakan perasaan ini. Belum mengungkapkan tapi sudah sesakit ini.
Boun semakin tersedu. Air mata terus mengalir di pipi memarnya. Apa ia masih ada kesempatan untuk mendapatkan Prem ?
##########################
Malam itu Boun makan malam dengan Bibi Nam Dan paman Lim. Ia tidak selera. Jika dirumah ia selalu dihidangkan dengan makanan mewah. Tapi jika disekolah ia selalu meminta Bibi Nam membuatkan bekal yang sederhana saja.
Entah kenapa ia merasa makan siang tadi begitu nikmat. Padahal menu bekalnya tidak istimewa. Apa karena ia makan dengan Prem ? Maka makanan itu begitu nikmat.
Boun terus melamun mengabaikan dua orang yang menatapnya khawatir.
"Tuan muda tidak makan ? Apa ingin bibi buatkan yang lain ?"
Boun tersadar dan tersenyum kearah bibi Nam.
"Tidak perlu bi. Ini sudah lebih dari cukup"
Boun pun menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Seolah mengatakan ia tidak apa-apa.
Selesai makan malam. Bel pintu rumah keluarga Guntachai berbunyi.
Paman Lim membuka pintu dan melihat seorang pria tampan memakai pakaian casual dengan kacamata hitam.
"Malam paman Lim. Ai Boun ada ?"
"Selamat malam tuan Ohm. Tuan muda ada dikamar. Silahkan masuk. Saya akan memanggil tuan muda" paman Lim tersenyum mempersilakan lelaki bernama lengkap Ohm Thitiwat itu masuk.
Ohm adalah sahabat sejak kecil Boun.
Belum sempat ingin keatas ternyata Boun sudah ada dibawah. Ia pun tersenyum riang dan memeluk Ohm. Sudah lama mereka tidak bertemu.
"Ai Ohm. Bagaimana kabar mu ?"
"Aku baik-baik saja. Dan sepertinya kau tidak baik-baik saja. Ingin bercerita"
"Ayo kita keruang keluarga saja. Aku mempunyai game baru"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Done 👏👏 see you in next chap 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You MINE
FanfictionKisah cinta seorang Boun Noppanut yang merupakan nerd disekolahnya dengan Prem Warut Chawalitrujiwong yang merupakan kekasih Fluke Pongsapat ketua gang preman yang setiap hari membully Boun. Akankah Boun bisa mendapatkan Prem ? Atau ia hanya akan m...