"Kau yakin dengan keputusan mu ini Boun ?" Ohm masih tidak mengerti jalan pikiran Boun.
"Ya aku yakin Ohm. Aku ingin pergi dari sini. Aku ingin memenangkan diri." Boun masih dengan tatapan kosong tetap teguh dengan pendiriannya.
"Bagaimana dengan Prem ? Bukankah kau mencintainya ? Kenapa kau ingin pergi dan meninggalkannya ?"
"Aku pergi karena ingin sembuh Ohm. Aku ingin belajar menjadi lebih kuat lagi. Aku tidak ingin lemah seperti ini."
"Tapi bukan seperti ini caranya Boun. Setidaknya beritahu Prem jika kau pergi."
"Dia tidak akan peduli Ohm. Dia tidak mencintai ku. Dia hanya kasian dengan ku." Tanpa Boun sadari air mata mengalir di pipinya.
"F*cek Boun. Terserah lah. Tapi jangan menyesal jika kau kehilangan Prem selamanya." Ohm pergi begitu saja. Meninggalkan Boun yang masih menangis di tempat tidur.
Boun tau keputusannya ini salah. Tapi Boun benar-benar sudah tidak tahan berada di Thailand. Disini menyimpan begitu banyak hal menyedihkan.
Bahkan Phonya begitu marah ketika tau keputusan sekolah untuk tidak mengeluarkan Fluke. Orang yang sudah membuat putranya berada disini. Ketidakadilan itu membuat orang tuanya geram. Sangat ingin sekali melaporkan hal ini ke pihak berwajib. Tapi Boun tidak memperbolehkan.
Dan akhirnya keputusan ini pun Boun ambil. Ia ingin menjalani masa penyembuhannya di luar negeri saja. Jauh dari Prem, orang yang ia cintai. Sulit tapi Boun berjanji untuk kembali. Ia akan kembali, menjadi Boun yang tidak lemah lagi. Meskipun ia takut kehilangan Prem. Tapi ia percaya dengan takdir Tuhan. Jika memang ia dan Prem berjodoh, mereka pasti akan disatukan kembali.
Boun tidak memberitahu kan ini semua ke Ohm. Jadi ia paham bagaimana marahnya Ohm.
##############################
Pagi-pagi sekali Prem sudah berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Ia membawa sekeranjang buah untuk Boun. Sekaligus ingin meminta maaf karena kemarin sepulang sekolah ia tidak bisa datang. Ia masih shock dengan apa yang dilakukan Fluke.
Tetapi betapa terkejutnya ia ketika membuka pintu kamar Boun. Kosong dan bersih. Ia kembali melihat nomor pintu, dan ia tidak salah. Ini benar kamar Boun. Tapi kenapa kosong.
Tanpa menunggu lama, ia bertanya ke seorang perawat yang lewat.
"Maaf ini benarkan kamar rawat Boun Noppanut ?"
"Iya benar tuan. Tetapi tuan Boun sudah pindah kemarin malam."
"Pindah ? Pindah kemana phi ?"
"Saya dengar keluarga tuan Boun memindahkan tuan Boun ke rumah sakit di luar negeri."
Deg. Betapa terkejutnya Prem mendengar penjelasan perawat tersebut.
"Kemana phi Boun pindah ?"
"Maaf pihak rumah sakit tidak mengetahui ini semua Khun. Permisi Khun."
Prem tidak tau kenapa hatinya begitu sakit mendengar jika Boun pindah dari rumah sakit ini dan tidak ada yang memberi tahunya. Hingga perawat itu berpamitan pun tidak ia hiraukan.
Setetes air mata mengalir di pipi chubby nya. Tapi Prem buru-buru menghapusnya. Kenapa ia menangis. Ia dan Boun hanya berteman. Kenapa ia harus sedih. Mungkin Boun tidak ingin lagi bertemu dan berurusan dengannya lagi. Seseorang yang secara tidak langsung sudah membuatnya seperti ini.
Akhirnya Prem pun berjalan pulang. Ia memberikan keranjang buahnya di resepsionis. Mengatakan untuk memakannya bersama perawat lainnya. Kemudian ia memberhentikan taxi untuk pulang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Done for today hahahaha. Maaf ya updatenya telat hehehe. See you in next chap 👋 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You MINE
FanfictionKisah cinta seorang Boun Noppanut yang merupakan nerd disekolahnya dengan Prem Warut Chawalitrujiwong yang merupakan kekasih Fluke Pongsapat ketua gang preman yang setiap hari membully Boun. Akankah Boun bisa mendapatkan Prem ? Atau ia hanya akan m...