3. Evident

115 7 32
                                    

Selalu senang membaca:)

Andai Denise punya semacam kekuatan yang bisa mengetahui dimana letak dari suatu benda yang dia cari berada, pasti dia tidak akan susah mencari penanya yang entah hilang kemana ini.

Denise masih saja sibuk mencari penanya.

Apa mungkin penanya itu menggelinding agak jauh dari tempatnya ini? bisa jadikan? Sepertinya dia harus menanyai teman di baris sebelahnya atau mungkin yang dibelakangnya.

Denise mulai berhenti mencari penanya di bawah mejanya dan duduk kembali. Dia berbalik dan menatap kedua temannya yang ada di belakang dan disampingnya ini secara bergantian.

"Ya, Shin Ah, Nam Juri. Coba tolong lihat di bawah meja atau bangku kalian, apakah ada penaku disitu?" tanya Denise sambil mencolek Shin Ah-young yang duduk di baris sebelah yang bersebelahan dengannya.

"Ah sebentar ya kami lihat," ucap shin Ah-young sedikit berbisik mengingat ada Ssaem di didepan sana.

"Nam Juri, kenapa menatapku?" tanya Denise.

Dia pikir Nam juri si gadis berambut panjang ini akan berbuat seperti apa yang dia minta. Sama seperti halnya Shin Ah yang langsung memeriksa kolong tempat duduknya

"Apa ini pena, Mu?" Nam Juri memperlihatkan suatu benda, itu adalah sebuah pena.

"Itu penaku, sedari tadi ada pada Mu?"

"Penanya kutemukan di kolong mejaku dan--"

"Aishh ... kenapa kau tidak bilang dari tadi?" tanya Denise agak kesal.

"Kau tidak bertanya dari tadi," bela Nam Juri.

"Tapi kau tahu, kan itu pena ku?" tanya Denise mencoba sabar.

"Tidak."

"Aish jjinja? ini penaku yang baru kau pinjam kemarin dulu, masa kau tidak tahu sih. Dan tidak ingat rupa pena ini?"

"Ah, sudahlah. Gomawo Nam Juri~a," sambung Denise sambil tersenyum. Lagi pula yang penting penanya sudah ia temukan.

"Hei-hei kalian! kenapa tidak memperhatikan di depan?"

Teguran yang yang berasal dari depan sana Denise yakin pasti ditujukan padanya dan Nam Juri. Denise pun berbalik dan duduk dengan normal seperti biasanya.

"Maaf, Seonsaengnim," ucap Denise.

Tapi wajah didepan sana mengganggunya, dia yakin dia tidak salah lihat seorang gadis yang berdiri di depan sana tepatnya di sebelah Ahn Ssaem, di amati baik-baik wajah Gadis itu. Tidak mungkinkan pikirnya siswi baru itu ...

"Apa dia ..."

"Lee Ah-in imnida," ucap seorang gadis disana dengan tersenyum manis.

"Aku adalah siswi pindahan dari SMA Joo High Busan," sambung Ah-in.

"Benar-benar pengusik," gumam Denise sambil terus menatap wajah gadis di hadapan sana.

Dia pikir setelah pindah dan tinggal bersama dengan bibinya dia tidak lagi melihat dua orang pengusik itu. Sudah hampir setahun dia tidak melihat mereka dan hidup dengan tenang.

Tapi sekarang dia rasa, dia akan mengalami hari-hari yang melelahkan dan menyebalkan.
Yuqi dan Yuna bersamaan menatap Denise dengan raut wajah khawatir.

"Terima kasih Lee Ah-in silahkan duduk di sebelah sana." Intruksi dari Ssaem Ahn.

"Lee Ah-in, bila ada yang ingin kau tanyakan soal pelajaran atau ada kendala jangan lupa untuk bertanya saja, atau teman-teman barumu ini juga bisa membantumu," sambung Ssaem Ahn.

About Relationships -Tamat-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang