Takdir atau Kebetulan?

140 5 0
                                    

Bunuh aku jika benar semua ini terjadi. Biarkan aku mati jika memang ini semua benar.

Pemilihan dengan Kotak pemutaran sudah dilakukan, masing-masing Putri Raja memilih dan mendapatkan dua kandidat pasangan mereka. Aku mendecak, meratapi pantulanku di guci super besar yang di taruh di pojokkan ruangan. Udara disini sangat terbatas, dilihat dari kerumunan yang terus saja mengatakan kata—kata kiasan yang sangat terpuji. Aku memeluk diriku sendiri, lalu membuka kepalan tanganku yang menyimpan dua kertas kecil yang masih tergulung dengan rapih. Di sekitarku masih saja berbicara, ada yang sedang meratapi nasibnya dengan pasangan-pasangan kandidat, ada juga yang berdiam diri tanpa sepatah katapun, termasuk aku.

Aku membuka satu kertas di tanganku, terpampang nama yang tak asing. “Prince Asdair Kroser”.

Seketika aku menutup bibirku yang tanpa sengaja terbuka begitu saja. Tidak. Tidak mungkin ia adalah salah satu kandidatnya. Tanganku mulai membuka gulungan kertas yang satunya lagi. Dan betapa tercengangnya aku mendapatkan kertas kecil ini yang jelas-jelas tertulis, “Prince Sean Fry Lammark”.

Aku mengerjapkan mata, sentuhan tanganku pada guci besar di hadapanku berbunyi kencang. Aku kehilangan udara, kehilangan arah. Tidak mungkin mereka berdua menjadi kandidatku, tidak mungkin. Aku berharap diriku ditelan bumi saat ini juga, melupakan kehidupan seorang Putri Raja yang begitu memuakkan.

Aku menatap kedua kertas kecil itu lagi, masih terasa menyayat diriku. Ini bukanlah apa yang kumau, setidaknya bukan mereka berdua!

“aku belum dipanggil Putri manapun sedari tadi,” aku menoleh, mendapati Prince Asdair menghampiriku dengan wajah kesalnya yang kentara. Ia menatapku heran saat sudah berada di hadapanku.

“apa kau sakit?” tanyanya. Aku menggeleng lemah, dan tatapanku tiba-tiba saja terfokuskan pada bayangan seseorang yang menatap gundah pada kami berdua. Itu Princess Thalea.

“apa kau sudah mendapatkan kandidatmu?” Prince Asdair bertanya lagi. Aku mengangguk.

Ia menatapku dengan kepala yang dimiringkan, seakan menatap mahluk aneh yang baru saja ia temukan.

“Princess Annabelle” suara Prince Asdair mulai menggema.

Apa? Tidak-tidak-tidak. Ini bukan saat yang tepat untuk kehilangan kesadaramu dasar Annabelle bodoh! Aku merututkki diriku sendiri.

Dan tanpa hitungan, aku sudah menemukan tempat gelap tanpa kesadaran penuh.

******

Aku membuka mataku dengan merngerjap pelan, beradaptasi pada sinar cahaya yang menusuk. Aku mengenali tempat ini, kamarku. Bebrapa orang yang ada dihadapanku terkejut lantas menghampiriku, di antaranya kulihat Prince Asdair, Princess Thalea, Lucy, Prince Conor, dan… Prince Sean.

“Apa yang baru saja terjadi?” aku menghiraukan tatapan ‘kasihan’ mereka padaku. Dengan susah payah menekuk siku dan membuatpertahanan untuk duduk di kasurku.

PRIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang