*THE BEACH*

31 3 0
                                    

LOLZ

Ini bukan update an ya HEHEHEHEHE

mau memberikan kabar ghem bhi rhaaaaa~

Ceritanya, gue bikin cerita, trus sekarang ngebets(kebelet) mau di shareee omg sebenernya dari dulu ya tapi di karenakan banya cerita yang ketunda, termasuk PRIME *maafkan hamba*.

tapi coba di baca dulu Prolognya, ini juga ga banyak gitu kok nanti partnya, ga neko2 bgt *lah spoiler*

check this out<3


Deburan ombak membuat gadis itu berlari kecil sembari mengangkat gaun panjang yang ia kenakan, hingga membuat betis panjangnya terlihat. Ia berlari menuju kerumunan yang sedang menari, tarian yang sangat berlebihan hingga ia terkekeh melihat aksi ayahnya yang sedang menari dengan ibunya. Ia tertawa lagi melihat adiknya yang memasang wajah cemberut begitu mendapati ayahnya mendekatinya untuk mengajak menari.

Andini mengelak begitu pamannya tak lama menghampirinya untuk mengajak menari bersama. Lagu yang sedang dipasang adalah lagu kebangsaan bagi keluarga besar Khairan, yang pasti akan di putar saat acara-acara besar yang diadakan, seperti misalnya hari ini, acara perayaan setelah pertunangan Bibi Andini yang paling muda. Sebagai cucu pertama, ia memang sangat di banggakan dan sangat disayang, namun saat melihat sepupu-sepupunya yang masih kecil dan terlihat sangat lucu, tentu saja ia sedikit tersingkirkan. Apalagi, Kakeknya yang sering ia panggil Opa kini sudah semakin tua dan kadang melupakannya hanya karena Andini sudah semakin besar, yang Opa ingat hanya Andini yang menggemaskan.

"Kak Andin, joget dong sama mama" seorang wanita yang hampir paruh baya itu berhenti dihadapan Andini dan mengulurkan tangannya. Andini yang awalnya terdiam kini mengamit tangan ibundanya lantas menari bersama.

"Tante Serlin jogetnya seru banget, aku boleh ikutan?" Kanaya, anak dari adik ayahnya Andini menghampiri mereka berdua sembari menggendong boneka beruang kesayangannya. Mereka berdua mengangguk lantas mengajak gadis kecil itu menari layaknya penari hebat.

Matahari kini sudah tergantikan dengan bulan, ditemani bintang-bintang yang bertaburan bagaikan hiasan dikamar Andini, namun ini pasti lebih bagus dari pada hiasan di kamarnya.

Andini mendesah saat melihat keluarganya sedang menyenandung lagu di temani Ayahnya yang memainkan gitar yang sudah dua hari ini tak dimainkan selama liburan. Ya, keluarga Khairan sedang berlibur di ujung pulau jawa, tidak sampai diujung, hanya saja Andini selalu berkata seperti itu jika ayahnya mengatakan akan berlibur ditempat biasa.

Ini memang villa keluarga, siapa saja bisa memakainya namun harus izin ke Opa atau Om Adi, ayah Andini sendiri. Ia terkekeh karena beberapa kali ibunya pergi kesini jika sedang marah atau merajuk pada ayahnya. Semua orang dari keluarganya pasti akan kemari jika butuh waktu sendiri. Jadilah, Papa, ayah Andini yang selalu di panggil Papa, menyusul mamanya ke villa ini yang berujung menjadi liburan dadakan berdua.

"Kak Andin, ih, melamun terus" Adila, adik kesayangan Andini yang kini sudah memasukki tahun ketiganya di sekolah menengah pertama duduk disebelahnya sembari membawa kotak es krim yang baru di beli tadi pagi.

"Itu kan es krim kakak!" Andini merengut lalu memasang wajah sebalnya, "Eh, punya kak Andin? Tadi kata Om Arya ini punya-nya dia. Hihihi, maaf deh aku gak tau, tapi aku boleh bagi, ya?" Adila memiringkan wajahnya menatap Andini, meminta persetujuannya.

"Iya, tapi jangan di habisin ya! Nanti aku cubitin om Arya-nya, orange s krimnya punya aku" Andini bersidekap disambut tawa Adila yang menggelegak.

"Kak Andin, udah kuliah masih aja kayak anak tk, nanti aku beliin lagi deh kalau es krimnya beneran habis" Adila berceloteh lagi, Andini hanya mencubit pipi adiknya gemas lalu beranjak menuju kamarnya.

"Ndin, mau kemana?" Kak Kiko, keponakkan dari calon suaminya tante dari Andini mencegatnya saat memasukki lorong kamar.

"Mau tidur kak, besok'kan mau ke pantai lagi, mau banana boat lagi sama yang lain" Jawab Andini sambil menguap,

"Wah, udah ngantuk banget kayaknya. Yaudah, besok aku ikut ya!" Kak Kiko melambaikan tangannya saat Andini baru saja akan memasukki kamarnya.

Lucu, setelahnya Andini merebahkan dirinya di susul dengan tubuh Adila yang ikut berbaring disebelahnya.

"Kak Kiko lucu, ya? Namanya kayak nama minuman kecil yang suka Kanaya makan" Ucap Adila sembari tertawa, Andini terkekeh tapi matanya benar-benar sudah tak kuat untuk terbuka lagi dan akhirnya ia terlelap.

Disana, di seberang sana, ada seseorang yang memperhatikannya. Mengawasi setiap gerakannya, menandainya. Ia berjanji sepenuh hati, akan mendapatkan gadis itu, cepat atau lambat, bahkan jika ia harus mengubah takdir Tuhan, akan ia ubah demi gadis itu, gadis yang merubah segalanya.


OHIYA! PRIME MASIH DILANJUT KOK;) TAPI MASIH DALAM PROSES HAHAHAHA 

PRIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang