Kesalahan Pertama

144 6 0
                                    

Pintu kamarku terketuk sesaat setelah aku memakai gaun indahku yang lainnya. Aku beranjak tanpa menyentuh wajahku dengan alat make-up hanya untuk membuka pintu.

“Selamat pagi, Princess” Lucy berada di depan pintu dengan beberapa kotak yang sangat kukenal.

Aku mendelik saat Lucy masuk dan meletakkan kotak-kotak tadi di atas meja. “Sepertinya kotak-kotak itu tak asing untukku” aku menyentuh daguku dengan ibu jari dan telunjuk. Lucy terkikik, astaga apa wanita ini sangat senang meakukan hal itu?

“yes, it’s yours, Princess” katanya padaku, aku membulatkan mata. Paketan pada hari pertama di Prime?

Aku menghampiri meja, beralih menyentuh kotak tersebut. Tunggu, ada satu kertas kecil menggantung di ujung kotak tersebut.

Kami akan merindukanmu, sweetheart. Pakai mahkota ini sebagaimana kau harus memakainya, jagalah bagaikan ini permata di hidupmu. Kami menyayangimu. –Dad’

Aku terkesiap, menutup bibirku yang terbuka dengan kananku sedangkan tangan kiriku masih menyentuh kotak tadi.

“Astaga, Lucy. Ini mahkota kerajaan? Apa aku benar-benar di dunia nyata? Apa semua ini hanya guyonan Dad? Aku-” ucapanku di interupsi Lucy.

“maafkan aku Princess, tapi sekarang saatnya untuk keluar dari Pall dan beranjak ke ruang makan utama” Lucy mengambil alih kotak yang ada di tanganku lantas ia berkata lagi, “jadi kumohon anda segera bersiap, biar saya yang mengurus mahkota anda, Princess”. Aku mengagguk pasrah, di belakang Lucy masuk seorang wanita yang tak terlalu tua dengan senyuman manis.

“apa Yang Mulia sudah siap?” wanita yang baru saja masuk itu menatapku dan Lucy bergantian. “sudah siap, Qadstill”. Demi Pluto, siapa lagi orang ini?

Aku tersadar seseorang menggiringku masuk lebih dalam ke kamar, lebih tepatnya membawaku ke depan meja rias besar yang sejak kemarin menjadi milikku untuk satu tahun kedepan.

“Lucy?” aku memanggil Lucy yang baru saja selesai membersihkan mahkotaku.

“Ya Princess?” dia menoleh lalu berjalan menghampiriku. “apa itu Pall? Yang kau sebutkan tadi” tanyaku menatapnya dengan heran. Ia terkikik, lagi. Rambutnya yang ia sanggul sungguh indah, membuatnya terlihat semakin dewasa, maksudku- kemarin ia terlihat berantakkan saat pertama kali kami bertemu di bandara.

“Pall adalah nama gedung ini, tempat beristirahat para Pangeran dan Putri Raja, tempat Prince dan Princess” jawab Lucy tegas. Aku masih penasaran, sungguh. “jelaskan padaku dengan lengkap” aku berkata lagi.

Lucy menarik napasnya panjang, “seperti yang anda lihat, bangunan ini mempunyai tiga lantai, dimana lantai pertama untuk ruang santai, lantai kedua untuk kamar para Pangeran dan lantai ketiga untuk kamar para Putri. Di sebelah gedung ini terdapat Piazza, ruang umum yang di gunakkan untuk pertemuan, anda baru saja dari sana kemarin malam. Di depan Pall terdapat ruang makan utama, anda harus melewati taman bunga yang dibuat sangat indah untuk mencapai tempat itu. Dan di sebelah ruang makan utama, adalah kelas” ia mengerdipkan matanya beberapa kali lalu menatapku dengan tatapan ‘apa sudah cukup?’. Aku terkekeh, lantas mengangguk menandakan bahwa aku mengerti.

PRIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang