Minggu Ceria

86 5 1
                                    

Apa mereka gila? Aku tak menyangka aku sudah berada di tempat ini selama seminggu! Bayangkan saja aku harus berkutat dengan hal-hal menjijikkan tentang kehidupan 'Luar Biasa' seorang keturunan Raja. Aku sungguh muak dengan semuanya terlebih aku harus mengikuti jadwal pendekatanku bersama kedua kandidatku. Baik— baik, aku harus mengatakan jika Prince Asdair adalah orang termanis yang pernah kujumpai, melebihi Daniel sang superstar di sekolah lamaku. Ia memang sangat menghargai wanita, terlebih aku. Namun aku sangat kesal saat jadwalku bersama Prince Sean yang selalu saja di puja para Princess disini, Yaks! Itu menjijikkan.

"Aku tahu kau memikirkanku," aku menoleh saat merasakan seseorang berbisik di telingaku. Wajah orang itu sangat dekat, benar-benar dekat.

Aku memukul lengannya, "Apa kau gila? Jauh-jauh dariku!" aku mendorong tubuh Sean agar bergeser lebih jauh dari tubuhku. Ia terkekeh lantas terduduk manis dengan kepala di tegakkan. Dia pikir dia manis?

"Jangan terlalu banyak gaya, kau tak tampan, tahu?" aku menggeser tubuhku lebih menjauh. Sean mendecak kesal, "Ayolah Belle, ini minggu pertama kita berada disini bukan? Nikmati bersamaku" katanya. Aku menjulurkan lidah secara dramatis, seperti ingin muntah.

"Tak ada yang bisa kunikmati jika bersamamu. Dan, oh! Jangan panggil namaku begitu, semua orang memanggilku Annabelle. Kau mau aku tuntut?" aku menaikkan sebelah alis mataku. "Menuntutku untuk menjadi suamimu?" katanya lagi. Aku berdiri hendak memukulnya, "Kau menggemaskan sekali, Belle". Sean mengerdipkan sebelah matanya, dasar hidung belang!

"Hai Princess Annabelle, Prince Sean. Minggu yang indah?" Prince Conor melewati kami berdua dan terhenti saat ia melihat tanganku yang masih di tahan Sean. Sial.

Aku melepas tanganku dari genggaman Sean lantas menggaruk tengkukku yang tertutup syal hangatku. "Eh, ya—ya sangat indah. Dimana pasanganmu Prince Conor?" aku beranjak mendekati Prince Conor, berusaha menjauh dari Sean.

"Aku sedang bebas, hari ini jadwal Prince Zach. Kalian sedang mengikuti jadwal?" Prince Conor menatap kami—aku dan Sean bergantian. "Ya, seperti yang kau lihat" Sean menjawab tak bersahabat. Aku menyentuh lengannya.

"Kurasa kami berdua harus pergi, kau tahu? Pagi indah cocok untuk mencari angin segar di sekitar sini. Sampai jumpa lagi, Prince" aku menarik lengan Sean setelah itu membawanya menuju Piazza.

Sean menahan tanganku saat kami akan memasukki gedung besar tersebut. Aku menoleh, menatapnya datar. "Apa?" tanyaku ketus. Ia mengerucutkan dahi dan bibirnya namun tersenyum setelahnya. "Tidak ada, kurasa kau butuh tempat pribadi denganku ya?" katanya berbisik. Aku menepuk dahiku, "Dasar bo—"

"Selamat Pagi Princess Annabelle! Hai Prince Sean. Woah, kalian benar-benar sangat trendy! Aku membawa Polaroid-ku, mau berfoto?" Princess Thalea muncul di hadapanku dengan senyuman kudanya. Astaga, Tuhan.

"Itu ide bagus" Sean menyahut kencang, di Tariknya tanganku mendekat pada Thalea, ia mengarahkan kamera menghadap ke kami berdua dan mengambil gambar begitu saja saat au belum melakukan persiapan apapun. Aku belum tersenyum!

Sean berlari menuju Thalea, mengambil hasil gambar kami dan mengibaskannya diudara beberapa kali. "Ini akan hebat!" Teriaknya semangat. Aku menelan ludah sembari menggeleng kecil.

Detik berikutnya Sean tertawa dengan kencang, ia memberikan hasil gambar tadi pada Thalea dan mereka berdua tertawa bersama. Apa?

"Aku ingin lihat!" aku bersungut kesal, mengejar Sean yang mengambil ancang untuk pergi.

"Sean! Eng, Prince Sean!"

Ia berlari menuju tangga tinggi di hadapanku. Ugh, seperti anak kecil!

PRIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang