Prolog

380 12 3
                                    

Orang tua, sahabat, dan kakak laki-laki yang kusayang. Semua lenyap hanya karena aku di haruskan mengikuti kegiatan rutin bak seorang putri raja. Ah, baik, aku memang putri raja. Tapi tentunya Ayah dan Ibuku seharusnya memberitahu hal semacam ini padaku. Fairytale? Mati saja. Aku berusaha sekuat mungkin terlihat seperti menerima takdir. Ayolah, nyatanya Bart Summit yang realitanya adalah kakak laki-lakiku yang notabenenya tampan sudah mengikuti kegiatan ini. Prime.

Dad,begitu aku memanggil ayahku- memang mengagumkan saat mendeklarasikan perjanjian antar Raja sedunia sehari sebelum aku pergi ke tempat yang mungkin lebih buruk dari kota yang kutinggali bersamaku. Ia berkata bahwa semua pangeran ataupun putri dari raja dan ratu harus mengikuti kegiatan ini selama setahun penuh tanpa adanya pengawasan dari keluarga atau mata-mata kepercayaan kerajaan. Matilah Dad. Tapi ia Nampak santai dengan senyum tipisnya yang sangat tegas. Bart tersenyum, Nampak sekali senang dengan semua ini. Dan Mom? Ibuku yang kusayang itu hanya berlalu dan yang kutahu ia menangis sendu di dalam kamarnya.

“Annabella Rose Summit?” sial, nama panjangku.

Aku membuka mataku, mendapati seorang wanita dengan wajah yang terlihat kelelahan dan baju kerjanya yang sungguh- berantakkan?

“kau memanggilku?” aku menegakkan tubuhku, menyapu helaian rambut yang menutupi dahi. “Yes, Princess” wanita itu mengangguk, hanya sedikit.

Aku mengejang dalam lamunanku, Princess? Go to hell Annabella. Sadar akan lamunan, wanita tadi berdeham kecil.
“kalau anda memperbolehkan, mobil dan semua barang telah menunggu. Bisa kita meninggalkan tempat ini sekarang?” ucapnya dengan tatapan mata yang mendayu. Aku mengangguk, mengambil napas panjang dan melangkah mengikuti wanita tadi.

Setelah melewati hari yang panjang, di sinilah aku, berada di bandara heathrow yang sudah pasti aku tahu ini adalah London. Astaga, apa aku bisa melihat jam Big Ben sebentar saja?

“jadi acaranya ada di London?” tanyaku pada wanita tadi. Ia menoleh, namun masih berjalan lurus, aku masih menatapnya. “Ya, dan kita harus secepatnya pergi Princess” jawabnya cepat lantas memutar kembali kepalanya.
“jika memang di London, kenapa harus pergi lagi?” baiklah, aku kehilangan kesabaranku, ini terlalu baku.

Wanita itu berhenti, menatapku teliti dan tersenyum.

“Anda akan menyukainya” bisiknya di depan wajahku. Aku menaikkan sebelah alis mataku, wanita ini sungguh aneh.

Aku memasukki mobil hitam mengkilap yang entah apa nama brand dari benda itu. Yang kutahu, itu sangat keren.

“Princess, untuk menuju ke tempat dimana Prime akan berlangsung akan menghabiskan waktu sekitar dua jam. Mohon nikmati waktumu” pria berjas formal di hadapanku masih menatap jam tangannya. Aku mengangguk begitu kulihat ia mengangkat kepalanya untuk menatapku. Ia tersenyum lantas mengambil benda pipih besar di sampi tubuhnya.
“aku akan memberitahu anda siapa saja yang ikut berpartisipasi tahun ini. Total peserta ada 60 orang, dan berasal dari Negara yang berbeda. Semua peserta sama umurnya seperti anda, tentunya anda sudah tahu mengapa Prime di adakan, Princess?” Pria tadi menatapku, memiringkan kepalanya kekiri.
“ya, aku tahu” jawabku serak. Astaga, denyut nadiku meningkat saat mendengar kata ‘Princess’ yang di tujukan padaku.

Aku memandang jendela saat pria tadi masih berceloteh tentang peserta-peserta yang ikut andil dalan kegiatan ini. Masa bodoh, setahuku dari seumur hidupku, aku bukan seorang putri! Aku hanya anak seorang pengusaha kaya di Los Angeles yang mempunyai perusahaan dimana-mana, Summit Enterprise.

Dan astaga! Aku melihat jam Big Ben dari sini.
“Ekhem” terdengar gumaman berat, aku menoleh dan mendapati pria di depanku menatapku garang.

“Princess, dari ke enam puluh peserta ada empat puluh peserta pria dan dua puluh peserta wanita. Anda berada dalam lingkaran dua puluh itu, Princess” ia sungguh menyebalkan.

“tapi maaf, apakah itu sopan saat kau berbicara pada seorang putri sedangkan ia tak tahu apapun tentangmu?” aku mengangkat kedua alis mataku. Di sebelah pria itu, ya, si wanita yang sedari tadi hanya dia saat memasukki mobil ini menepuk dahinya.

“oh, astaga. Maafkan aku, Princess. Maafkan aku, Sir. Aku benar-benar lupa memperkenalkan team kita” ia menatap pria di sebelahnya, memohon maaf. Astaga, apa ini?

Pria tadi melebarkan matanya, lebih lebar dari sebelumnya lantas mengangguk. “It’s okay, Lucy. Maaf Princess, sepertinya kita memang harus memulai dari awal”. Dari awal? Dari saat aku bengun tidur di kamarku yang kurindukan saat ini dan tak tahu tentang semua ini? Aku mau.
“Aku Scott, dan asistenku bernama Lucy. Maaf sebelumnya tak memperkenalkan diri, Princess” Pria di hadapanku-maksudku Scott menatapku meminta belas kasih, Apa aku terlihat seperti Maleficent?

Aku tertawa kecil lantas mengangguk, “Tak apa, Scott. Aku tak akan membunuhmu hanya karena hal sepele seperti itu” ucapku santai. Scott dan Lucy membuang nafas lega.

Oh ayolah, Apa ini Prime? Acara tahunan yang diadakan saat ini? Menurutku ini lebih seperti acara minum teh bersama. Ada beberapa gadis yang seumuran denganku berlalu-lalang dengan pengikutnya, mereka menggunakan gaun indah dengan sempurna. Dan aku? Hanya memakai jeans hitam ketat dan kaus abu-abu keluaran Pull & Bear edisi lama. Aku menatap mereka dari jendela berkali-kali. Meneliti bagaimana mereka tertawa, berbicara, menatap atau bahkan tersenyum. Kupikir akan seperti hal menjijikkan yang biasa kudapati di tayangan televise tentang keidupan putri raja, namun semua salah. Mereka sama denganku, tertawa lepas, berbicara tanpa memperhatikan mimik wajah, dan tersenyum dengan khas mereka sendiri.

“Princess, gaun anda sudah siap” aku menoleh saat kudengar suara Lucy memanggilku. Mendapati satu gaun resmi nan indah ada di hadapanku, aku hanya membuka mataku lebar dan menganga, Lucy terkikik saat ia menyadari perubahan wajahku.
“oh, Princess. Wajah anda sungguh kelihatan kacau” ucapnya satai. Aku menoleh, menatapnya kikuk.

“apa ini milikku?”tanyaku takut. Tapi Lucy mengangguk, lantas menarik tanganku untuk mendekat pada mannequin yang sedang di pakaikan gaun yang indah.

“astaga, ini sangat indah” gumamku. Lucy terkikik lagi. Ia menarik tangaku menuju suatu tirai dan tak lama seseorang membawa gaunku yang tadi.

“Princess, anda harus memakai gaun ini dengan segera. Anda harus menghadiri acara pembuka untuk Prime” Lucy berceloteh sembari mulai membantuku memakai gaun tadi. Tuhan, ini semua bukan mimpi, kan?

PRIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang