Kelas Pertama, Kenangan Buruk Pertama

112 3 0
                                    

Aku memutar mata diam-diam saat melihat Prince Sean memasukki ruangan musik. Ini adalah kelas ketertarikkan. Persetan,-uh maaf. Masa bodoh dengan kelas-kelas yang ada disini. Aku hanya ingin penjelasan lengkap tentang kegiatan ini, bukan hal-hal yang harus kupelajari layaknya di sekolah. Aku muak.

“Selamat pagi, Para Pangeran dan Putri Kerajaan”

Semua orang di kelas ini terdiam. Siapa wanita ini?

“Aku Shaloum, Ketua dari Himpunan seluruh kelas di Prime. Sebaiknya aku tak panjang lebar untuk perkenalanku ini. Baik, mungkin beberapa di antara kalian mulai bertanya-tanya mengapa kalian berada disini. Namun kalian berada disini untuk- Menepati perjanjian dari para leluhur kalian, para Raja-Raja yang membuat satu perjanjian di dunia. Untuk mencari pasangan hidup kalian kelak, di sini, di Prime”

Aku bersidekap. Apa-apaan ini?

Salah seorang Princess, “Ini sungguh membuang waktuku” ucapnya penuh amarah. Shaloum hanya membalas perkataan gadis tadi dengan datar. “Silahkan duduk kembali, Princess Monalisa” ucapnya datar. Aku terhenyak, ini mimpi buruk.

Wanita di depan kelas melanjutkan ucapannya.

“Bagaimana cara kalian mendapatkannya? Begini, di antara empat puluh Pangeran yang ada hanya dua puluh pangeran yang akan terpilih untuk menjadi pasangan para putri. Dengan membagi kalian, maksudku- di awal kegiatan masing-masing putri harus memilih dua kandidat untuk menjadi pasangan mereka dengan memilihnya lewat Kotak Pemutaran, masing-masing harus mengambil dua gulungan kertas berisi nama Pangeran. Setelah itu, kegiatan akan terus berlanjut sesuai penentuan dari pihak penyelenggara yang di maksudkan adalah Raja. Kegiatan akan terus berlanjut sampai nanti kita tiba di Pression Night, dimana sang putri akan mengikat janji bahwa ia tak akan pernah mengubah takdir dan jalan hidupya yang sudah di tentukan, begitupun dengan pangeran yang sudah dipilih dan selamat dari tes akhir. Tes dimana kalian harus berusaha mungkin menjadi laki-laki tangguh dalam artian bukan di perang, tapi meminum cairan suci dari sang putri, jika salah satu kalian berhasil, orang itu yang akan mengikat janjinya dengan putri. Dan jika bukan,” ruangan ini tanpa suara lagi, dan tanpa udara. Semua menahan napas mereka. Menanti hal akhir yang menjadi penentuan hidup kami.

“Pangeran tersebut harus gugur dan bisa mengikuti acara lain sepuluh tahun mendatang atau berita buruknya, mati karena cairan yang tak cocok keesokkan harinya”

Semua terkesiap. Kali ini benar-benar tak ada udara yang bisa membuatku bernapas. Aku memeluk tubuhku sendiri. Melihat keributan yang terjadi di hadapanku. Ada beberapa Princess yang meminta membatalkan kegiatan ini dan mengajukan pengunduran diri. Beberapa Princess menangis, menutup wajah merah mereka dengan menguburnya di lipatan tangan yang ada di meja. Aku beralih menatap para Pangeran, aneh, mereka hanya terdiam asyik memperhatikan beberapa Putri Kerajaan yang terlihat kacau.

Aku berdiri, berusaha meninggalkan ruangan ini tanpa sepengetahuan orang lain.

“kau bisa meminjam bahuku jika kau mau” aku menoleh, sial.

Prince Sean menatapku dari bawah hingga atas, sungguh mengintimidasi.

“kau tak punya urusan denganku” kataku tegas. Ia mengangkat bahunya, menghampiriku yang sudah melangkah menuju pintu.

Dia menatapku teliti dari samping, apa yang ia mau?

Aku menghentikan langkahku saat kami sudah berada di taman bunga di tengah kompleks Prime. “Kau tak menangis atau semacamnya seperti Putri Kerajaan yang lain?” Prince Sean memasukkn kedua tangannya kedalam saku celana hitamnya.

“aku tak punya alasan untuk menangis,” balasku datar. Ia menggumam lalu terkekeh. “tapi kau bisa menangisiku,” ia berkata seperti itu hanya guyonan yang akan membuatku tertawa.

“pergilah dari hadapanku, Prince Sean Fucking Lammark” aku menghinanya. Masa Bodoh, dude.

Ia menaikkan sebelah alisnya, “ternyata memang kau tak punya sikap seorang Putri. Setahuku Ayahmu, maksudku Raja Dominic adalah orang yang baik bersikap pada siapa saja, walaupun itu musuhnya” ia kini berkacak pinggang.

Au melototi mata birunya, “tahu apa kau tentang ayahku, idiot?” aku kehilangan kesabaranku. Sekali lagi, masa bodoh!

“dengar, aku tahu kau tak bisa menerima ini semua, tapi kau-” ucapan Prince Sean terputus karena aku yang sudah berlalu, meninggalkannya sendiri di tengah taman tersebut. Berurusan dengan orang sepertinya hanya akan membuatku sakit kepala, namun kudengar ia memanggil namaku beberapa kali. Pergilah dasar tidak tahu urusan orang.

Aku melangkah menuju Pall, dimana itu adalah tempat kami beristirahat. Aku tak memperdulikan dengan jadwal kelas yang sudah di susun rapih untukku, yang kumau hanyalah penjelasan Dad dan Mom juga kakakku yang sudah menjerumuskanku ke tempat ini. Sembari melangkah cepat, yang menimbulkaan suara ketukan di sepanjang lorong lantai tiga aku menggerutu tentang gaunku yang sudah mulai menimbulkan masalah. Aku menyeret gaunku dengan kepalan di kedua sisi dan mata yang mungkin sudah memerah.

Blam.

Aku menutup pintu kamarku kencang, menyisakan bunyi kencang yang membuatku terguncang. Ah, tumpahlah sudah semua air mata itu disini. Aku menangis sekencang mungkin, masa bodoh dengan suara yang kuhasilkan nanti, toh pastinya ruang kamar seorang putri dibuat kedap suara, kan?

“Princess Annabella?”

Kepalaku menoleh, sontak terkejut melihat Lucy sudah ada di depan pintu.

“Maafkan aku tak mengatakannya dari awal, tapi Raja Dominic berkata bahwa anda tak boleh mengetahui ini semua sampai pihak resmi dari kegiatan ini memberitahukan anda, Yang Mulia” Lucy menundukkan kepalanya, mengubur wajahnya pada leher jenjangnya.

Aku mendesah, menarik napas lantas menghapus air mataku, “kau tahu? Aku hanya ingin mempunyai kehidupan pribadi yang normal, tidak seperti boneka Barbie yang hidupnya harus diatur. Ini sungguh memuakkan”kataku. Lucy mengangguk, entah menyetujui perkataanku atau hanya menerima perkataanku.

PRIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang