Setelah permainan Truth or Dare, mereka melanjutkannya dengan bernyanyi. Ketika mereka asik dengan aktivitasnya, tak lama kemudian Hp Heera berdering."Hallo pah, ada apa?"
"..."
"Iyah pah Heera pulang."
Heera mematikan ponselnya.
"Kenapa Ra??" Tanya Dharma.
"Gue di suruh pulang sama papa" jawab Heera.
"Oh...yaudah yuk kita balik, sudah malam juga." jawab Dharma sambil melihat jam yang ada di tangan kiri nya. Heera mengiyakan jawaban dari Dharma dan berpamitan dengan temannya. Setelah Heera dan Dharma pulang lalu Aara berpamitan pulang juga ke Rania dan Anjana.
"Oiya gue balik juga yah, btw kamu bareng Anjana kan Ran?" Tanya Aara ke Rania.
Yang di tanya hanya diam saja.
"Iya!" Jawab Anjana dingin.
"Yaudah gue balik dulu." berpamitan Aara ke Mereka ( Rania dan Anjana).
Setelah teman - temannya pada pulang, Rania merasa canggung karena dia duduk berdua dengan Anjana.
"Sial jantung gue!" Tanya Rania dalam hati.
"Kenapa sih tiap gue deket sama ini cewe jantung gue kok detaknya jadi kenceng banget?" tanya Anjana dalam hatinya.
"Hm...Anjana kapan nih gue pulangnya?" tanya Rania.
"Sekarang. gue ambil kunci mobil dulu." jawab Anjana.
Rania masih setia menunggu Anjana yang masih kamarnya. Tiba - tiba...
Duuuaarrr...Jdarrjdorr ctarr.
Bunyi petir menyambar, Rania langsung berteriak karena kaget. Anjana yang mendengar suara teriakan Rania langsung turun dari tangga menuju tempat Rania ada.
"Lo kenapa?" Tanya Anjana sembari memeluk Rania.
"Gue takut, hiks...hiks." Jawab Rania sambil menyeka air matanya.
"Tenang ada gue disini." Anjana mencoba menenangkan Rania yang sedang menangis.
Tak lama dari itu suara petir kembali datang, tanpa sengaja Rania mengeratkan pelukan nya ke Anjana. Rania sadar akan kelakuan dia ke Anjana sangat kelewatan.
"Maaf, gue lancang." Rania berkata sambil melepas pelukan nya dia ke Anjana.
"I-iya gpp." Jawab Anjana.
•••
Di malam itu seiring dengan suara petir yang menyambar, hujan turun semakin deras. Bahkan sepertinya sudah terjadi badai di langit kota Jakarta. Mereka berdua sudah berada di depan teras, namun kelihatannya Rania masih belum berani melepaskan kedua tangannya yang menutupi telinganya."Eh! Em..." Ucap Rania.
"Apaan? Ayok!" Tegas Anjana.
"Gue nginep aja ya? Ya?" Memohon Rania.
"Hah?!" Anjana merasa telinganya sudah tidak beres kali ini.
"Hah hoh hah hoh! Tukang keong lu? Gue nginep di sini aja, ntar kalo di tengah jalan mobil lo disamber gledek gimana?? Kan gak lucu?? Gue gak mau mati! Gue masih pingin ngerasain punya suami!" Ngedumel Rania.
Anjana mengerutkan dahinya mendengar penjelasan Rania. Tetapi melihat Rania yang ketakutan dengan suara gemuruh petir yang tak kunjung berhenti, Anjana menjadi tidak tega. Dia hanya bisa menghelakan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaniAnjana [DALAM TAHAP REVISI]
Teen Fiction-Ambil resiko atau kehilangan kesempatan-