Rania menggeliat di saat merasa tidurnya terganggu. Dia mengerjab - ngerjabkan matanya dan menyipitkan matanya karena silau matahari. Dia kebingungan ketika melihat abangnya yang sedang menggeram kesal dihadapannya.
"Ada apa sih bang?!" Tanya Rania.
"Lo nggak mau sekolah? Sekarang sudah jam 07.00." Bohong Rian.
"Hah? Abang mah nggak bangunin." Kesal Rania.
Lalu Rian langsung keluar dari kamar Rania dan tertawa puas karena sudah membohonginya.
Tak lama kemudian Rania turun dari tangga dan pergi ke dapur. Terlihat Mama, Papa dan Abangnya di meja makan. Rania menghampiri mereka dengan muka yang kusut.
"Yaelah napa sih mukanya kusut banget, belum disetrika?!." Ledek Rian.
"Awas lo ya gue bales." Ancam Rania.
"Sudah - sudah masih pagi, jangan bertengkar." Nasihat Mama.
"Buruan, nanti telat." Tambah Papa.
Setelah aktivitas makan selesai, Rania dan Rian langsung berpamitan untuk berangkat sekolah. Hari ini Rania berangkat sekolah bersama Rian.
Ketika sudah sampai di sekolahnya, Rian membukakan pintu mobil untuk Rania. Siswa - siswi yang berlalu lalang di hadapannya dibuat iri karena perlakuan Rian terhadap Rania.
Rania melangkahkan kaki menuju kelasnya. Dalam perjalanan Rania dia tidak sengaja bertemu dengan Anjana. Tiba - tiba Rania teringat pada kejadian tadi malam, tetapi secepatnya dia menyingkirkan pikiran tentang mimpi buruk itu.
Setelah KBM berakhir, siswa - siswi berhamburan keluar dari kelas untuk menuju ke kantin. Sama halnya dengan Rania, Anjana DKK, mereka sudah stay di kantin.
Bel masuk terdengar oleh siswa - siswi SMA Nusa Bangsa. Mau tidak mau mereka harus menghentikan aktivitasnya.
•••
Suasana kelas X MIPA 1 sangat ramai, karena pada jam pelajaran terakhir guru piket keluar lebih awal karena ada keperluan mendadak.
"Guys yuk gabung kesini." Ajak Dharma ke Rania dan teman - temannya.
"Lo aja yang kesini." Jawab Aara.
Dharma langsung menghampiri mereka kecuali Anjana.
"Bro sini." Ajak Dharma.
"Gue disini." Tolak Anjana.
"Sini lah nggak enak kalau berjauhan." Jawab Heera.
Setelah itu, Anjana langsung beranjak dan menyeret kursinya lalu duduk di samping Rania.
Degg..
"Gue kenapa ya kok grogi gitu dekat dia." Tanya Rania dalam hati.
Lamunan Rania dibuyarkan oleh Dharma yang jatuh dari kursinya.
"Ha..ha..ha..ha.." Ketawa Heera dan Aara.
"Duh sakit banget." Keluh Dharma.
"Nanti malam kan malam minggu nih, nggak ada mau acara apa gitu?" Tanya Heera.
"Gue punya ide! Kita ke cafe aja, lama nggak kesana." Jawab Aara dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaniAnjana [DALAM TAHAP REVISI]
Novela Juvenil-Ambil resiko atau kehilangan kesempatan-