//
CHAPTER DELAPAN
Dahyun punya tempat persembunyian. Jika dia lelah sampai rasanya ingin membenci seluruh isi dunia, dia akan datang ke tempat itu. Setelah dirinya jadi idol memang ada kontroversi di agensi menyangkut Dahyun yang kerap nekat untuk pergi ke tempat "sembunyi" tersebut. Tapi namanya juga tempat sembunyi jadi tidak banyak yang tahu bahkan Manajer Ryu saja masih menerka-nerka di mana Dahyun bersembunyi selama ini.
Tempat itu adalah taman di dekat SMAnya. Dahyun sadar tempat itu cukup sepi tapi di sanalah biasanya Dahyun dapat ketenangan. Sebagai publik figur yang terus mendapatkan kritik dari depan belakang samping dan depan, Dahyun merasa sangat penting untuknya punya keseimbangan—di tengah keramaian kehidupannya sebagai idol, dia ingin tempat untuk berpikir jernih, menyingkir dari kebisingan, mendengar kata hatinya sendiri.
Dahyun duduk di satu ayunan yang terkengkalai di sana, mengayunkannya pelan. Dia sudah mengenakan masker dan jaket rapat jadi tidak akan ada yang mengenalinya apalagi dia hanya setengah jam di sana.
Dari tempatnya tersebut, Dahyun dapat melihat bangunan angkuh sekolahnya. Di sana ada waktu-waktu terbaik sampai akhirnya jadwal sebagai trainee menyita banyak energi dan waktu masa mudanya. Dahyun jarang datang ke sekolah saat di kelas tiga, membuatnya sempat tertinggal namun karena kebijakan sekolah, dia tetap diizinkan untuk mengikuti ujian akhir dan mendapatkan ijazahnya.
Dahyun juga bersyukur karena Jimin mengalami hal serupa. Syukurlah, setidaknya mereka dapat menyelesaikan pendidikan SMA mereka. Kau tahu, pekerjaan ini memang mengagumkan tapi terlalu banyak kemungkinan, terlalu banyak yang tidak dapat dikendalikan, jadi ada banyak sekali ketidakpastian. Jika karier mereka redup, mereka harus memutar otak untuk mencari mata pencaharian lain jadi ijazah SMA diperlukan. Meskipun rasanya kurang, Dahyun akan cari cara lain jika kariernya sebagai idol sudah berakhir, ataupun kontraknya dengan agensi tidak diperpanjang.
Dahyun terpikir untuk membuat kafe anjing ataupun kucing karena itu yang ia sukai tapi dia juga belum tahu.
"Kau di sini."
Dahyun terhenyak kemudian menoleh ke sumber suara. Nampak sosok dalam mantel panjang warna hitam. Sosok itu bergerak dan menempati ayunan kosong di sisi Dahyun. Ia menurnkan sedikit masker hitamnya hingga Dahyun dapat melihat wajah Jimin. "Kau."
"Aku pikir kau akan ke agensimu atau ke mana bersama Manajermu, tapi kau di sini." Jimin mendongak, mengayun lagi ayunannya dengan mengenakan maskernya lagi. "Tempat ini memang nyaman."
"Apa yang kau lakukan di sini, Jim?"
"Hm, mencari ketenangan?"
Dahyun terkekeh kering. Gadis itu mulai mendongak, mengikuti Jimin yang turut menatap hamparan langit di atas mereka. Entah bertahun-tahun lalu, entah saat ini atau besok, mereka terus dipertemukan oleh semesta. Dengan status mereka yang sama-sama menjadi artis penuh sorotan, Dahyun hampir berpikir mustahil untuk bertemu Jimin lagi apalagi di tengah gempuran jadwal grupnya dan grup Jimin. Tetapi, berkat iDOL mereka justru bersama-sama sampai detik ini. "Aku juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
I-DOLL | park jm ✔
FanfictionHwang Dahyun tahu bahwa menjadi seorang idol akan menuntut banyak hal darinya; hilangnya privasi, menjadi target kebencian bahkan adanya invasi dalam hubungan asmaranya. Apalagi di saat grupnya (Pop Rush) tengah naik daun, Dahyun harus ekstra berhat...