Hwang Dahyun tahu bahwa menjadi seorang idol akan menuntut banyak hal darinya; hilangnya privasi, menjadi target kebencian bahkan adanya invasi dalam hubungan asmaranya. Apalagi di saat grupnya (Pop Rush) tengah naik daun, Dahyun harus ekstra berhat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
//
CHAPTER SATU
Tidak banyak yang bisa Dahyun kemas. Pertama, ia memang masih syok. Kedua, ia tidak tahu aku bisa betah di sana jadi yah, kalau memang dirinya akan didepak bahkan di syuting belum genap seminggu, Dahyun bisa langsung kembali ke dorm dengan hati ringan.
Tidak ada beban. Tidak ada ekspetasi.
Meskipun begitu, Dahyun sadar setelah artikel resmi sudah dirilis (sesuai rapat dan persetujuan agensi beserta dirinya), pihak yang bersemangat adalah Sweetheart—fandom Pop Rush. Apalagi di tengah-tengah hiatus seperti ini, dengan partisipasi Dahyun dalam program tersebut, Sweetie—kependekan dari Sweetheart—akan terhibur dan juga tidak begitu resah menunggu sampai tanggal comeback mereka dirilis.
Dahyun menghela napas. Dari pagi Dahyun tidak paham apa yang ia rasakan. Dia bahkan sudah bangun pagi-pagi, jogging sekitar dorm kemudian memasak sarapan untuk member lain. Tetapi, rasa kalut mendera dan Dahyun tahu alasannya.
Park Jimin.
Dahyun tidak bisa menyimpulkan kisah mereka romantis. Dahyun juga tidak mau memikirkan lebih jauh apalagi yah, mereka memang pernah sedekat itu. Rumah bersisian, sudah mengenal akrab orang tua masing-masing, sering hadir di banyak acara musik bersama bahkan saat audisi trainee, Dahyun dan Jimin saling mendukung dan turut datang bersama. Namun nasib tidak ada yang tahu. Jimin sempat menderita parah dengan agensinya yang sekarang karena mereka memulai dari nol sampai terancam akan bangkrut. Sementara Dahyun damai-damai saja karena agensi ini sudah menaungi banyak penyanyi solo dan grup lain sejak lama, dan sudah mempunyai target pasar serta tim yang berpengalaman.
"Kau akan berangkat sekarang?"
Dahyun menoleh, selesai mengikat tali sepatunya. Ada dua koper besar yang akan diangkut oleh manajer Ryu setelah pria itu beres di bawah dengan supir mereka. "Yah, Eonnie. Jaga diri kalian di sini, aku akan sering bertemu kalian. Ini hanya sebentar dan aku masih harus bolak balik ke gedung agensi."
