//
CHAPTER LIMA BELAS
Kebetulan, setelah Dahyun dan Manajer Ryu makan siang di satu restoran, Dahyun melihat satu kafe yang terlihat lucu dari luar. Dekorasinya nampak manis dengan beberapa hiasan bentuk cokelat besar. Cat dan kursi-kursinya berwarna cokelat muda dan cream. Dahyun menunjuk kafe itu sebelum mereka naik mobil agensi. "Aku mau satu cup kopi, kau mau juga, kan?"
Manajer Ryu pun mengangguk, kemudian mengekori Dahyun dari belakang. Jadwal sehabis makan siang adalah Dahyun akan melakukan siaran I-Live, dan Dahyun nampak bersemangat dengan energi positif seharian ini.
Setibanya mereka di pintu tersebut, Dahyun mendorong perlahan hingga bel berdenting nyaring. Dahyun tersenyum, merasakan aroma kue-kue yang membuat hidungnya langsung peka. Aroma kayu manis, aroma cokelat leleh, dan aroma buah-buahan segar.
Sebelum mencapa counter panjang tempat memesan, Dahyun tertegun. Ada satu patung kertas setinggi tubuhnya dengan wajah yang membuat Dahyun seperti baru saja melihat hantu.
Park Jimin Cafe Event.
Dahyun terlonjak sewaktu beberapa gadis muda berkerumun di sana. Ada cup-cup berhiasakan wajah Jimin, pita-pita dengan tulisan nama Jimin, kemudian ada bingkisan serta kue-kue yang sepertinya sengaja disiapkan spesial untuk hari ini saja, dan terbatas. "Uh? Serius?" Dahyun bertanya pelan, tapi dia mendekat. Untung saja dia mengenakan hoodie dan masker hitam, jadi tidak ada yang mengenalinya. Beberapa gadis muda itu pun lebih sibuk berfoto dan bercakap-cakap di meja-meja dengan figura penuh foto Jimin. Jimin di sini, Jimin di sana, Jimin di mana-mana, terlihat menampilkan senyuman polosnya.
"Untukmu, Nona," kata satu gadis dengan senyuman. Dia menyodorkan photocard, cup, kertas berisikan kupon, pin kecil dan juga snack. Dahyun agak tertegun, tapi dia menerimanya. Sejenak Manajer Ryu langsung menghalangi beberapa gadis yang nampaknya agak bingung.
"Kita harus pergi."
"Tidak, aku mau memesan tadi," celetuk Dahyun. Seusai mengucapkan terima kasih kepada gadis barusan, Dahyun bergerak menuju counter untuk memesan. Dahyun menyebutkan pesanannya termasuk kopi dan kue-kue tart yang terus mengundang air liurnya agar menetes di tempat.
"Aku tidak pernah tahu ada cafe event dekat sini," ujar Dahyun seraya memperhatikan goods yang tadi diberikan gadis penggemar Jimin itu. "Ini menakjubkan."
"Kurasa itu tidak penting."
"Oh ya? Tapi menurutku ini penting. Fans itu sangat gigih menyiapkan semuanya, bahkan menyewa sebagian kafe. Itu jadi energi tersendiri untuk artis seperti kami, dan aku senang melihatnya langsung. Kapan-kapan kalau ada acara serupa, meski bukan aku member yang dibuatkan event, aku mau datang juga!" Dahyun memandang lagi ke arah gadis-gadis penggemar Jimin dan menarik senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
I-DOLL | park jm ✔
FanficHwang Dahyun tahu bahwa menjadi seorang idol akan menuntut banyak hal darinya; hilangnya privasi, menjadi target kebencian bahkan adanya invasi dalam hubungan asmaranya. Apalagi di saat grupnya (Pop Rush) tengah naik daun, Dahyun harus ekstra berhat...