Bab 04

8 3 4
                                    

Happy reading

.

Jungkook lantas menatap Adeeva serius, membuat gadis cantik itu bergidik ngeri.

“Koko, jangan marah! Adeeva, hanya bergurau saja.” Adeeva kontan menundukkan kepalanya dengan raut wajah lesu.

Seorang Jeon Jungkook, tak akan pernah bisa marah pada Adeeva. Kekasih yang sangat ia cintai itu. Hanya saja, Jungkook sedang dalam mode jahilnya. Melihat Adeeva yang tertunduk lesu seperti itu, membuat Jungkook tak kuasa menahan tawa. Ia lantas terkikik geli.

“Siapa, yang marah?” tanya Jungkook dengan sunggingan senyum yang terukir di lengkungan puncak bibirnya.

Adeeva mengerucutkan bibirnya dengan gemas, lalu mendongak secara perlahan menatap kekasihnya, yang tengah menahan tawa. Tentu saja, Jungkook seperti itu, karena ekspresi menggemaskan yang ditunjukkan Adeeva.

Jungkook menarik tangan Adeeva, menuntunnya untuk ikut duduk bersamanya dengannya.  “Datang-datang, udah manyun saja. Sini, duduk, di samping Koko.”

Adeeva manut saja, mengikuti tuntunan tangan Jungkook yang membawanya untuk duduk di samping pria itu.

keduanya tak langsung mengobrol, beberapa saat setelah keduanya duduk bersama. Jungkook malah menatap heran kekasihnya. Karena tak biasanya, dia diam seperti ini. Adeeva yang ia kenal, tak pernah semurung ini. Pikir Jungkook.

“Deva ....” Jungkook memanggil Adeeva dengan lembut.

Adeeva menoleh ke sumber suara. Suara yang selalu menenangkan hati kala mendengarnya. Adeeva hanya menjawab singkat panggilan dari kekasihnya itu. “Hum?”

Tentu Jungkook semakin dibuat heran, oleh sikap kekasihnya itu. Tiba-tiba saja, berubah menjadi pemurung. Dapat dipastikan, saat ini Adeeva tengah dirundung masalah, yang tak ia ketahui sama sekali.

Tangannya terulur, mengusap pipi gadis berlesung pipi itu dengan begitu lembut. Menatapnya lekat penuh kasih dan sayang. Sungguh, tatapan mata Jungkook yang begitu hangat. Tak akan pernah Adeeva dapatkan dari pria manapun. Baginya hanya ada satu pria seperti itu. Ya, hanya Jungkook seorang.

“Kamu, sedang ada masalah? Enggak mau cerita?” tanya Jungkook.

Adeeva menghela nafas berat, menatap Jungkook dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Tak ada masalah, Ko. Hanya rindu saja.”

“Hey! Mengapa menangis? Jujur sama, Koko! Kamu ada masalah, apa?” tanya Jungkook lagi. Lalu tangannya terulur untuk menghapus air mata, yang tumpah begitu saja tanpa diperintah.

Jungkook semakin bingung dan khawatir, pada kekasihnya itu. Jungkook tak pernah melihat Adeeva, menangis di hadapannya. Ini baru pertama kalinya, karena biasanya saat sedang bersamanya, yang Jungkook lihat tentu senyum manis dari lengkungan puncak bibir kekasihnya.

Bibir Adeeva seketika membeku. Gadis itu mulai berkutat dengan pikirannya sendiri. Pikiran yang mengatakan, apakah ini saat yang tepat untuk menceritakan semuanya. Atau, sebaiknya Jungkook tak perlu tahu tentang semuanya. Pikiran-pikiran itu, sungguh sangat menggangu otak dan juga hatinya.

“Adeeva! Kamu, kenapa, Sayang?” Jungkook menatap Adeeva lekat. “Kenapa, kamu, nggak jawab pertanyaan, Koko?”

Adeeva hanya menggelengkan kepalanya masih dengan air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya.

Jungkook menghela nafas, melepas uluran tangannya yang menyentuh pipi gembul Adeeva. “Baiklah, jika tak mau jujur sama Koko. Koko, nggak akan maksa, Deva.”

Adeeva tak merespon, ia hanya menundukkan kepalanya tanpa mau menatap kekasihnya. Tak bisa ia bayangkan, jika nantinya Jungkook akan tahu, bahwa dirinya akan dijodohkan dengan pria pilihan orang tuanya.

Long Distance Religionship [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang