Bab 15

10 2 0
                                    

Happy Reading
.
.

.

04.30

Adeeva yang telah terbangun dari tidurnya kini tengah bersiap-siap untuk sahur. Seperti biasa, Adeeva telah bangun dari pukul empat.

Dan biasanya, saat pukul setengah lima tiba, pasti Jungkook akan segera menelfonnya untuk memastikan apakah Adeeva telah bangun atau belum. Namun, kali ini berbeda.

Tak ada tanda-tanda Jungkook akan menghubungi dirinya. Adeeva telah menunggunya sedari tadi, ada perasaan aneh yang tiba-tiba saja muncul dalam benaknya.

Melihat kemarin, sang mama datang menghampiri Jungkook di ruang tamu. Dan dari situlah nampak raut wajah Jungkook yang agak aneh dari biasanya.

Adeeva menatap sendu layar ponselnya. “Mengapa Koko tidak memberi kabar? Ya Allah, mengapa perasaan Deva menjadi sedikit kurang tenang? Apa terjadi sesuatu kemarin?”

Tanpa ia sadari, netra coklatnya kini nampak mulai berkaca-kaca. Jungkook memang pernah sesekali tidak menghubunginya, karena ia pikir kekasihnya itu ketiduran. Namun, entah mengapa, kali rasanya berbeda.

Hatinya seperti sedang tersayat oleh belati yang baru saja diasah. Sangat sakit, dan juga sesak. Sungguh, Adeeva tak pernah merasakan perasaan seperti itu sebelumnya.

Saat masih hanyut dalam pikirannya yang kalut. Khairunisa memanggil Adeeva untuk segera sahur, agar tidak terlambat nantinya.

“Deva! Cepat ke sini makan! Nanti telat! Sudah mau subuh!” panggil Khairunisa.

“Iya, Ma!” jawab Adeeva.

Adeeva tersadar dari lamunannya, dan langsung bergegas menuju ke meja makan untuk sahur. Sudah ada Adeera, Rahman, dan juga Khairunisa yang menunggunya.

“Kamu kenapa, lama sekali di dapur, Deva?” tanya Khairunisa saat Adeeva menggeser kursinya dan duduk.

“Deva habis dari toilet, Ma.” Adeeva berbohong pada Khairunisa. Padahal, ia tengah berkutat dengan hati dan pikirannya.

Rahman yang melihat raut wajah sang anak, yang berbeda dari biasanya. Lantas bertanya, “Deva, kamu kenapa, Sayang? Papa lihat, sepertinya kamu sedang ada masalah?”

“Hey! Ayo sahur! Sebentar lagi subuh, kita akan terlambat jika terus mengobrol,” timpal Khairunisa.

Rahman hanya menghela nafas panjang. Dan Adeeva hanya tertunduk lesu di depan menu sahurnya. Sedangkan Adeera, menatap satu persatu anggota keluarganya.

Sehabis mereka menyantap hidangan sahur. Rahman langsung mengajak seluruh anggota keluarganya untuk sholat subuh.

***

Sementara itu, Jungkook terlihat tengah menatap sendu layar ponselnya. Ia telah terjaga dari pukul setengah empat subuh tadi. Ia tidak lupa untuk membangunkan Adeeva untuk sahur. Namun, entah mengapa tangannya seolah-olah tak ingin bergerak untuk menekan nomor ponsel sang kekasih.

“Maafkan Koko, Deva. Koko sangat tidak sanggup, bahkan untuk sekedar menghubungi dirimu saja, Koko sudah tidak sanggup.” Tanpa terasa, butiran kristal bening mulai mengalir membasahi pipinya.

Bulir-bulir air matanya mulai menetes membasahi hingga ke layar ponselnya. Ia tidak tidur sepulangnya ia dari kediaman Adeeva. Sepanjang malam ia memikirkan akan mengambil keputusan apa. Dan, ia sudah menemukan jawabannya.

Jungkook makin terisak, kala memori tentang dirinya dan Adeeva satu persatu muncul dalam pikirannya. Bagaimana pertama kalinya mereka bertemu. Saat-saat bahagia mereka menjalani hari-hari sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai.

Long Distance Religionship [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang