Bab 09

5 2 4
                                    

Happy Reading
.

.
.

“Wa'alaikumssalam. Jimin. Mengapa kau ada di sini? Apa kau tidak bekerja?”

Entah mengapa Adeeva berubah sedikit ketus saat berhadapan dengan Jimin. Tentu saja semenjak ia mengetahui rencana perjodohan yang orang tua mereka rencanakan.

“Deva! Mengapa kamu bertanya seperti itu? Ini kan pasar, Deva!” Khairunisa menegur Adeeva karena sikapnya yang bisa dibilang sedikit kurang sopan.

“Tidak masalah kok, Tante. Mungkin, Deva hanya butuh waktu untuk bisa menerima kehadiran saya.” Perkataan yang Jimin lontarkan lantas membuat Adeeva menganga lebar.

“Apanya yang butuh waktu? Aku memiliki seorang kekasih! Jadi, jangan berharap terlalu jauh,” kata Adeeva.

“Adeeva! Ingat, ini puasa. Kendalikan emosi dan juga lisanmu itu.” Khairunisa berusaha untuk menegur Adeeva sebelum anaknya itu akan berkata yang tak baik lebih jauh lagi.

“Astagfirullah. Kendalikan diri, Adeeva!” Sadar akan apa yang telah ia lakukan, kontan saja Adeeva beristighfar sembari mengelus-elus dadanya.

“Baiklah, kalau begitu. Saya pamit dulu, Tante. Sepertinya Mama sudah selesai berbelanja. Assalamualaikum.” Jimin kemudian berpamitan, tak ingin membuat suasana hati Adeeva memburuk dengan kehadiran dirinya.

“Wa'alaikumssalam,” jawab Khairunisa dan Adeeva bersamaan.

Khairunisa menatap Adeeva dengan sorot mata tajam. Membuat gadis itu bergidik ngeri. “Mengapa, Mama menatapku seperti itu?”

“Jangan ulangi sikap tak sopan seperti itu lagi, Adeeva! Tidak baik, bersikap seperti itu pada orang sebaik Park Jimin,” tutur Khairunisa.

Adeeva menghela nafas dan menatap Khairunisa sembari tersenyum. “Apa, Mama, benar-benar mengenalnya? Mengapa, Mama mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pria yang baik? Kita tidak tahu, apa yang dia perbuat di belakang kita, Ma.”

“Baru, saja, Mama menegur dirimu. Sekarang, malah kamu berkata yang tidak-tidak tentang Jimin.” Khairunisa geleng-geleng kepala melihat sikap Adeeva yang seperti itu. Keras kepala, sama seperti dirinya.

“Ma, lebih baik sekarang kita mulai berbelanja. Sebelum bahan-bahan makanan yang akan kita masak nanti habis, terjual.” Adeeva mengalihkan suasana dengan mengajak Khairunisa meneruskan kegiatan belanja yang sempat tertunda.

Keduanya pun kini tengah sibuk mencari bahan-bahan yang mereka perlukan untuk berbuka puasa nanti.

***

“Aku yakin, aku akan segera mendapatkan hatimu, Adeeva,” batin Jimin.

Park Jimin menghampiri sang mama yang tengah berada di toko buah. Karena rencananya mereka akan membuat takjil sendiri untuk berbuka puasa. Daripada membeli, lebih baik membuatnya sendiri. Dengan begitu, kualitasnya lebih terjaga.

“Ma, tadi aku bertemu dengan, Tante Nisa dan Adeeva,” kata Jimin saat dirinya tiba di tempat Rahma berdiri.

“Benarkah? Bagaimana, reaksi, Adeeva?” tanya  Rahma penasaran.

Jimin menghela nafas sembari tersenyum tipis. “Sama seperti diawal, kita bertemu dengannya, Ma. Adeeva mengatakan, bahwa dirinya memiliki seorang kekasih. Dan, aku rasa, Adeeva sangat mencintai pria itu.”

“Lalu, apa yang akan kamu lakukan? Kita teruskan saja, atau?” Rahma menggantung ucapannya. Kontan membuat Park Jimin mengernyit heran.

“Atau, apa, Ma?” tanya Jimin penasaran.

Long Distance Religionship [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang