Setelah pulang dari danau tersebut. Cantika dan Bagas mendadak menjadi canggung. Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara sehingga Cantika berkali-kali menguap.
Setiap kali Cantika mencoba menutup mata, teringat pula ia dengan bibir indah milik Bagas. Bagas juga sering salah fokus, seringkali pikirannya melayang ke bibir Cantika yang terasa manis. Bagas menggaruk hidungnya yang tidak gatal, itu artinya Bagas merasa sangat canggung dengan keadaan sekarang.
Bersyukurlah Bagas pada ponselnya yang berdering.
"Halo sam?"
"..."
"Harus malam ini?"
"..."
"Baiklah, nanti malam jam 6 ya."
Matahari mulai bersiap untuk terbenam. Masih ada waktu untuk mencari bakso bakar yang diidamkan oleh Cantika. Cantika sudah berpesan sebelum mereka pulang tadi bahwa ia menginginkan makanan itu.
"Kamu tunggu di sini ya, aku akan kembali secepatnya."
Cantika hanya mengangguk dan menurunkan kaca mobil. Ia melihat seorang anak kecil yang bernyanyi di lampu merah. Anak kecil itu berteduh ke tempat penjual bakso. Ia terlihat senang menerima es teh yang sepertinya diberi dengan ikhlas oleh sang penjual.
Bagas terlihat mendekati si anak kecil tersebut. Anak kecil itu tersenyum lebih lebar dari sebelumnya dan masuk ke dalam warung itu. Bagas juga tampak mengacak rambut anak itu dan merangkul pundaknya. Anak kecil itu tampak mungil berjalan di sebelah Bagas.
Tanpa sadar Cantika tersenyum tipis. Membayangkan anak-anak mereka suatu saat akan berjalan di samping Bagas dan saling tersenyum. Hal itu menghangatkan hati Cantika, dan ia seketika lupa akan bibir indah Bagas yang terus menganggu pikirannya.
"Ini bakso pesananmu."
"Terima kasih Bagas."
Bagas menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya.
"Anak tadi?"
"Oh, kau melihatnya?"
Cantika hanya mengangguk.
"Aku menyuruhnya untuk memesan semangkuk bakso dan membayarkannya. Ia terlihat sangat lapar tadi, aku tidak tega."
Kebaikan hati Bagas membuat Cantika kembali tersenyum.
"Kau sangat baik." ucap Cantika.
Bagas hanya tersenyum membalas ucapan Cantika. Mwajahnya seketika memanas.
***
Cantika segera masuk ke dalam rumah sambil menenteng bakso bakar. Ia tidak sabar untuk menyantapnya, hanya dengan mencium baunya saja sudah membuat perut Cantika berbunyi.
"Sangat tidak sabaran," gumam Bagas saat melihat Cantika yang grasak-grusuk mencari mangkuk.
"Bagas makanlah bersamaku." teriak Cantika dari arah dapur.
"Makanlah tanpaku," Bagas menghampiri Cantika.
"Kenapa?"
Cantika menatap Bagas dengan kecewa.
Bagas sudah berganti baju. Ia terlihat rapi dan wangi.
"Malam ini aku ada latihan. Aku hanya punya sedikit waktu, sekarang aku harus segera pergi." Bagas melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Hanya beberapa menit saja lagi menunjukkan pukul 6 malam.
"Aku ingin ikut."
"Tidak boleh, ini sudah malam. Lagipula kamu belum makan baksomu tuh."
"Aku ingin makan bersama dan disuapi olehmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Her
RomanceCantika Abigail adalah seorang perempuan manis yang kini tengah mengandung anak yang bukan dari kekasihnya. Cantika hanya mencintai Jacob. Tapi anak yang dikandungnya ini adalah milik sahabatnya. Malam itu seharusnya ia tidak datang menemui sahabat...