"Sayang, Cantika kenapa?" tanya Laura -Bunda Bagas-
Bagas hanya menunduk. Ia melihat Bundanya yang menggendong Ara adiknya.
"Keluarga Cantika?" tanya dokter.
"Iya saya," ucap Bagas.
"Untung saja anda cepat membawa saudari Cantika. Jika, tidak entah apa yang akan terjadi. Kami berhasil menjahit tangan saudari Cantika, dengan 10 jahitan."
"Syukurlah," ucap Bagas lega.
"Bagaimana dengan bayi di kandungannya dok?"
"Kandungannya tidak apa-apa. Kalau begitu saya pamit ya, saudari Cantika mungkin bisa pulang besok malam."
"Baik terimakasih, dok."
Setelah Dokter pergi menjauh. Laura yang mendengar ucapan dokter tersebut, ia pun bertanya pada Bagas.
"Cantika hamil?"
Bagas menunduk.
"Anak siapa?" tanya Bundanya.
"..."
"Anak siapa?" tanyanya lagi. Ia mendesak Bagas untuk menjawab, pasalnya Bagas terlihat sangat bersalah. Laura sangat mengenali anaknya, saat ini Bagas terlihat menyembunyikan sesuatu.
"Anak Bagas, bunda." cicit Bagas.
"APA?" tanya Luki -Ayah Bagas-
Luki baru saja tiba karena ia harus memarkir mobilnya dahulu tadi. Dan saat ia tiba, ia dengan jelas mendengar jawaban Bagas.
Luki menampar wajah anaknya dengan keras.
"Sayang!" pekik Laura.
"Sayang jangan disini, banyak orang."
Orang-orang yang lewat koridor rumah sakit menatap kejadian itu. Luki mengusap wajahnya dengan kasar.
"Masuk," ucap Luki. Lalu ia masuk ke ruangan tempat Cantika di rawat.
Laura menatap kecewa ke arah Bagas. Bagas menunduk dan tangannya mengusap pipinya yang terasa panas dan perih.
Bagas menghembuskan napasnya dan masuk ke dalam.
"Jelaskan sekarang juga!" bentak Luki.
"Sayang, jangan ribut. Saat ini Cantika sedang istirahat," kata Laura saat melihat Cantika yang bergerak gelisah. Merasa terganggu.
Bagas menatap ke arah Cantika.
"Ayah ada di depan! Cepat jelaskan sekarang!"
"Maafin Bagas ayah," ucapnya sambil menunduk.
Bagas menceritakan malam itu. Kejadian yang ingin ia lupakan.
Luki yang mendengar cerita itu pun segera menampar lagi dengan keras pipi Bagas.
"AYAH SUDAH BILANG, JANGAN COBA-COBA MINUMAN BERALKOHOL! JANGAN PERGI KE CLUB! JANGAN-"
Kini Luki tidak lagi fokus, ia masih terus menampar Bagas. Bagas hanya bisa diam dan menunduk. Menerima setiap tamparan dari Ayahnya.
"Sayang, cukup. Nanti Cantika dan Ara terbangun," kata Laura dengan suara bergetar. Ia terlihat menahan tangisnya.
Luki terduduk, menatap tangannya yang memerah. Bagas mengangkat kepalanya, menatap sang Ayah. Tapi Luki menutup matanya berusaha meredakan amarahnya.
"Bagas, obati lukamu." kata Laura.
Bagas terlihat ragu-ragu untuk keluar. Ia ingin berada di sisi Cantika ketika Cantika sadar.
"Cepat obati lukamu, Cantika akan khawatir jika melihatmu seperti ini." Laura menyuruh Bagas untuk pergi. Tapi, apakah benar Cantika akan khawatir?
Bagas yang mendengar itu pun keluar dari ruangan rumah sakit dan pergi ke apotek. Ia membeli salep dan penutup luka.
Ia menatap cermin. Kedua pipinya terlihat sangat merah dan di sudut bibirnya terlihat darah.
Ia mengoleskan obat itu dan menutupnya dengan penutup luka. Bagas sedikit meringis ketika lukanya tak sengaja tertekan keras.
Bagas melihat pintu keluar. Keluar dari pintu itu maka ia harus memutuskan. Pergi atau menjadi seorang suami dan ayah.
Bagas berjalan dengan gontai ke arah kamar tempat Cantika dirawat. Orang tua Cantika sudah datang. Mereka berdiri di sebelah Cantika.
Anita -Bunda Cantika- menggenggam tangan Cantika yang tidak diinfus. Mereka segera pergi ke rumah sakit ketika mengetahui anaknya dirawat di rumah sakit.
***
Bagas duduk di depan Raden -Ayah Cantika-.
"Percobaan bunuh diri? Ada apa ini Bagas?" tanya Raden dengan wibawanya. Saat ini hatinya hancur mengetahui anaknya berusaha bunuh diri.
"Maafkan saya om. Saya tidak bisa menjaga Cantika. Cantika....."
"Cantika kenapa, Bagas?" tanya Anita dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Bagas semakin menunduk dalam ia menyiapkan dirinya lagi untuk kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
"Cantika mencoba bunuh diri ketika mengetahui dirinya tengah mengandung anak saya om." kata Bagas pelan. Ia menutup matanya.
Bagas membuka matanya lagi ketika dirasanya tidak ada tamparan ataupun cacian yang keluar dari mulut Anita dan Raden.
Anita menatap Bagas dengan tidak percaya. Air mata Anita mengalir deras, sedangkan Raden menatap Bagas tajam.
Tangannya bersiap untuk menampar Bagas. Bagas kembali menutup matanya. Namun, Raden menurunkan tangannya.
"Lalu, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Raden.
Bagas membuka matanya. Ia berpikir hari ini akan pulang dengan kondisi babak belur.
"Saya akan bertanggung jawab, om." kata Bagas yakin.
"Kamu tau kan kalau Cantika punya pacar?"
Bagas terdiam.
"Tau om," cicitnya.
"Sebaiknya segera saja kalian menikah." ucap Raden sembari menatap anaknya yang masih tidur dengan wajah sendu.
"Bawa orang tuamu menemui kami," lanjut Raden.
"Baik, om. Sekali lagi saya minta maaf." ucapnya dengan penuh rasa bersalah.
Bagas menuju parkiran dan mengendarai motornya. Ia tidak menyangka kesalahan satu malam itu membuahkan hasil.
Anaknya.
Hanya menunggu beberapa bulan lagi, ia akan memiliki anak. Bagas tidak percaya ini. Setelah anaknya lahir, apakah ia harus berhenti sekolah?
Bagas menghela napasnya dengan kasar. Pilihan yang ia buat sekarang haruslah dipenuhi dengan tanggung jawab.
Ia ragu, ragu jika nanti ia malah meninggalkan tanggung jawab itu.
Bagas harap semua akan baik-baik saja.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Her
RomanceCantika Abigail adalah seorang perempuan manis yang kini tengah mengandung anak yang bukan dari kekasihnya. Cantika hanya mencintai Jacob. Tapi anak yang dikandungnya ini adalah milik sahabatnya. Malam itu seharusnya ia tidak datang menemui sahabat...