Part 4 : Mencintainya

225 12 0
                                    

Primadona yang telah lama tidak hadir kini mulai menampakkan dirinya. Kaum pria tidak bisa melepas pandangan mereka yang mengarah ke gadis yang sangat cantik. Seperti namanya, Cantika.

Bersyukurlah Cantika berjalan sendiri, jika ada Jacob dan Bagas pasti akan membuat para laki-laki itu akan merasa insecure.

Cantika berjalan ke arah kelasnya.

"CANTIKA!" teriak Amy girang, segera bangkit dari tempat duduknya dan merangkul Cantika.

"Akhirnya kamu turun juga, senang bnget deh," kata Jeni lalu memeluk Cantika erat.

"Kata Bagas lo liburan ya ke Bali. Enak banget lu dua minggu gak ngerasain gimana ngeboseninnya pelajaran sejarah," cibir Amira.

Cantika cukup kaget. Ia tidak pernah bilang ia liburan. Ia hanya tidak sekolah dengan alasan sakit. Itu yang ia katakan pada orang tuanya.

"Btw, kok lu beda gini sih habis liburan?" tanya Amy.

"Gue mau duduk dulu," ucap Cantika. Ketiga sahabatnya itu menoleh ke arah Cantika yang terlihat berbeda.

"Kok lu berubah gini sih can?" tanya Amy masih heran. Jiwa keponya tak bisa dihindari.

Cantika hanya diam saja dan terdengar suara bel berbunyi. Amy terlihat cukup kecewa. Ia sangat kepo sekarang.

"Cantika 'kan punya privasi sendiri, mungkin nanti ada saatnya dia kasih tau masalahnya ke kita," ucap Jeni ke Amy dan Amira.

Mereka bertiga duduk ke bangku masing-masing.

"Tapi lu gak papa 'kan?" tanya Amira teman sebangku Cantika.

Cantika hanya mengangguk. Ia terlihat melamun, pandangannya mengarah ke pintu kelas. Namun, ia segera memalingkan wajahnya ketika melihat Bagas muncul dari pintu.

Bagas menatap lama Cantika. Ia cukup senang, akhirnya Cantika turun sekolah. Tapi untuk menyapa Cantika seperrinya Bagas tidak bisa.

"Bagas? Ngapain kamu berdiri disini?" tanya Bu Anisa. Guru kimia mereka.

"Ah maaf bu." Bagas berjalan menuju ke tempatnya.

"Jordan! Bu Anisa kali ini pakai baju ketat lagi nih," bisik Adit ke Jordan yang duduk di depannya.

"Gila pakai yang warna merah lagi!" Suara Jordan cukup nyaring sehingga bisa didengar oleh teman-temannya.

Ada yang celingak-celinguk menatap Bu Anisa. Ada juga yang kembali memperhatikan Bu Anisa lebih lama. Dan ada juga yang hanya menggaruk-garuk kepalanya bingung.

Ya, anak kecil mana ngerti.

Syukur saja Bu Anisa tidak mendengar celetukan Jordan. Namun, kekasih Jordan itu dengan segera memukul kepala Jordan dengan buku tebal.

"Lo mesum banget sih!" Amira berbisik dengan mata melotot.

"Dih cemburu," goda Jordan. Namun, Amira mengabaikannya saja. Menaladeni Jordan hanya membuang tenaga saja.

Jordan memandang Amira lama.

"Gausah lihat-lihat!" kata Amira masih dengan berbisik.

"Lu nya cantik gitu, gimana bisa gue nganggurin."

"Gak usah gombal di kelas juga kampret! Geli gue," kata Adit yang merasa jiwa jomblonya meronta. Ia sungguh mual mendengar perkataan Jordan.

"Lo tuh cari pacar sana biar gak ngenes gitu," kata Jordan dengan tertawa kecil.

"Amira! Kasih tau tuh sahabat lo. Sampai kapan dia ngegantungin cinta gue. Dikira gue jemuran basah apa?" bisik Adit ke Amira.

Amira yang mendengar itu pun mencolek Amy yang duduk di belakang Cantika.

Missing Her Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang