Part 2 : Minta Maaf

297 14 1
                                    

Cantika tidak berniat untuk pergi ke sekolah. Alasan yang ia gunakan adalah karena merasa tidak enak badan. Ibu dan Ayahnya pergi untuk bekerja, awalnya sang ibu hendak menemaninya. Namun, Cantika meyakinkan Ibunya kalau ia hanya demam biasa. Sekarang hanya ia sendiri yang berada di rumah. Cantika meringkuk dan kembali menangis. Entah berapa lama ia sudah menangis, sekarang matanya terasa perih. 

Ia meraih gawainya yang berada di atas nakas. Berbagai pesan dari teman-temannya dan Jacob masuk. Dilihatnya pesan pesan dari Bagas. Melihat pesan dari Bagas membuatnya kembali teringat dengan tadi pagi. Lalu ia kembali menangis lagi.

Karena lelah menangis, Cantika pun jatuh tertidur. 

***

Keadaan sekolah ini masih sepi tentu saja karena ini terlalu pagi bagi orang-orang untuk berangkat ke sekolah. Mungkin hanya ada beberapa murid yang sudah ada berada di sekolah. Bagas memasuki kelasnya dan menuju ke bangkunya. Dilihatnya kursi milik Cantika. Kosong.

"Heh pagi-pagi udah bengong aja. Nanti ketemu sama hantu sini baru tahu rasa lo," Samuel sengaja mengagetkan temannya itu.

Samuel menaikkan alisnya melihat Bagas yang murung. "Tumbenan diam." Entahlah Bagas terlalu malas barang sedikit saja untuk berbicara.

Bagas tidak menghiraukan Samuel yang berbicara padanya. Lalu ia menelungkupkan kepalanya. Dan masuk ke dalam tidurnya.

"Gue benci sama lo Bagas," Cantika menatap Bagas dengan penuh kebencian.

"BAGAS BANGUN!" teriakkan cempreng itu membangunkan Bagas dari mimpi buruknya. Bagas berdiri dari tempat duduknya dengan wajah pucat dan keringat dingin yang memenuhi badannya.

"Kamu sakit Bagas?" tanya bu guru dengan kacamata bulat itu merasa bersalah. Bagas hanya mengangguk. "Kalau kamu sakit, ke UKS aja." 

Bagas berjalan ke luar kelas dengan berjalan gontai, melewati kursi kosong milik Cantika. Rupanya perempuan itu tidak masuk sekolah.

Tiba di UKS ia disapa oleh perempuan. "Hai kak," sapa perempuan itu genit. Dilihatnya Bagas kakak kelas ganteng yang sering menjadi perhatian. "Kakak sakit ya?" tanyanya lagi dengan genit. 

Udah tahu sakit masih aja nanya, batin Bagas. 

Bagas dengan cepat berbaring di ranjang UKS tanpa mempedulikan perempuan yang merupakan adik kelasnya itu. Kepalanya benar-benar pusing.

"Ini kak, diminum dulu obatnya. Cuman pereda sakit kepala kok." Bagas mengambil obat itu dan meminumnya. Lalu menutup matanya dan tertidur. 

***

Bagas merasa sudah tidak pusing lagi. Ia menatap handphone miliknya mencoba untuk mengirim pesan pada Cantika. Ia berniat untuk meminta maaf secara langsung. Pesan-pesan yang ia kirim tadi juga tak kunjung dibaca oleh Cantika. 

Bagas berjalan menuju kantin. Ia belum makan dari tadi pagi, mungkin itu penyebab pusingnya. Ia menemui sahabat-sahabatnya. 

"Masih sakit gas?" tanya Jordan padanya. Bagas terus berjalan dan memesan makanan pada Bu kantin. Biasanya mereka memanggil Bu Kantin. Padahal, semua penjual di kantin mereka merupakan ibu-ibu. 

"HAHAHA... Dikacangin," ucap Adit. 

'Tumben banget Bagas jadi pendiam gini,' itulah kalimat yang Jordan ucapkan tanpa suara pada Samuel dan Adit. Mereka berdua yang melihat itu hanya mengangkat bahunya. Dan tentu saja  Bagas masih dalam lamunannya.

"Bagas, kalau lo mau cerita kita siap kok buat dengerin. Ya kalau lo siap cerita ke kita." Itu kata Samuel memecah keheningan diantara mereka berempat. Bagas hanya mengangguk dengan lesu.

Missing Her Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang