Part 5 : Ngidam?

277 15 0
                                    

Cantika segera berlari ke kamar mandi. Ia memuntahkan isi perutnya dan hanya cairan bening saja yang keluar.

Cantika memijit kepalanya karena ia merasa sangat pusing. Saat mencoba berdiri tegak hampir saja Cantika kehilangan keseimbangan.

"Sayang, sarapan udah siap!" kata Vanny -ibu Cantika- yang masuk ke kamar Cantika.

"Cantika kamu gak papa?" tanya Vanny karena tidak ada respons dari Cantika.

"Gak papa ma," kata Cantika. Ia menutup kamar mandi.

"Ya udah mandi dulu ya." Vanny berjalan keluar kamar.

Cantika terduduk lemas. Entah mengapa saat ini kepalanya tiba-tiba pusing dan ia mual.

Cantika mencoba untuk menguatkan dirinya dan menjatuhkan pilihannya untuk mandi.

Awalnya ia masih merasa mual. Tapi lama-kelamaan rasa mual itu hilang.

Cantika turun ke bawah dan menemui orang tuanya. Ia melihat ada susu dan roti bakar di atas meja. Lalu Cantika dengan lahap memakan makanannya.

"Lahap banget makannya nak," kata Raden -Ayah Cantika- yang terlihat sudah siap pergi ke kantor.

"Pagi banget ke kantornya pah?" tanya Cantika.

"Iya, papah mau ke luar kota selama beberapa hari."

"Kok baru bilang pah?" tanya Cantika.

"Oo iya, maafin papah ya nak. Papah lupa."

"Mamah ikut juga nak," kata Vanny menimpali.

"Terus aku sama siapa?"

"Di rumah Bagas dulu ya, tadi papah dan mamah udah kasih tau ke orang tuanya Bagas."

Cantika menelan ludahnya kasar. Tidak mungkin saat ini baginya untuk bertemu Bagas. Apalagi menginap di rumahnya.

"Nginap di rumahnya pa?" tanya Cantika pelan.

"Iya, sayang. Kalau kamu sendirian di rumah, papah sama mamah jadi khawatir." Raden mengelus rambut anaknya lembut.

"Harus ya?"

"Kan seperti biasanya juga gitu nak."

"Cantika ajak teman-teman Cantika aja buat nginep di sini nemenin Cantika." Cantika berusaha membujuk orang tuanya.

"Gak boleh sayang. Ngerepotin teman-teman kamu nanti."

"Pah, Cantika mohon."

"Enggak sayang," kata Raden.

Cantika menghela napasnya, kalau sudah tidak kata Ayahnya. Sudah pasti tidak.

"Iya pah."

"Nanti berangkat sama pulangnya sama Bagas ya," kata Vanny. Cantika menganggukkan kepalanya dengan lesu.

Cantika berpamitan kepada orang tuanya dan keluar rumah. Namun, ia melihat Bagas sudah menunggu dengan mobilnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Cantika datar.

"Mau ke sekolah bareng."

Cantika menaikkan sebelah alisnya.

"Gue gak mau."

"Gue disuruh tante Vanny buat berangkat dan pulang bareng lo."

Cantika menghela napasnya kasar.

"Tch, gue terpaksa dan asal lu tau aja gue gak maafin lo."

Cantika terpaksa harus berangkat bersama Bagas karena saat ini mobilnya di bengkel.

Bagas menatap Cantika dengan sendu.

Missing Her Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang