Bab 13 : Piknik berdua

111 14 2
                                    

"Setelah ini, bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat?" tanya Bagas.

Bagas menggenggam tangan kiri Cantika dan menuntun Cantika dengan hati-hati menuju mobil mereka yang terparkir. Hari ini adalah keempat kalinya Bagas menemani Cantika memeriksa kandungan. Kandungan Cantika yang sudah berusia 4 bulan.

"Haruskah?" Cantika hanya terlalu lelah hari ini. Sepulang sekolah dan pergi ke dokter kandungan membuatnya kelelahan. Apalagi setelah mengetahui ia mengandung bayi kembar.

Cantika tersenyum tipis, masih teringat jelas dipikirannya saat dokter memberitahu kabar bahagia itu. Bahkan, Bagas sampai menangis dengan menggenggam erat tangannya. Dokter juga sampai ikut membantu Cantika yang kewalahan menenangkan Bagas. Lelaki itu menangis dengan tersedu-sedu tidak peduli orang lain menatapnya dengan geli.

Dan sekarang Bagas tersenyum sepanjang perjalanan mereka ke 'suatu tempat'. Tidak ingin membuat Bagas kecewa membuat Cantika mau tidak mau mengikuti keinginan Bagas.

"Apakah masih jauh?" tanya Cantika memecah keheningan.

Bagas hanya mengangguk. "Tidurlah kalau kamu mengantuk, aku akan bangunkan nanti."

Cantika terkekeh karena Bagas mengatakan itu setelah ia menguap lebar. "Baiklah kalau begitu."

"Cantika, minum air putih dulu."

Cantika menurut dan membuka tutup botol dengan susah payah.

"Buka tutup botol aja kamu gak bisa?" ucap Bagas dengan jahil.

"Bukan gitu Bagas..." kata Cantika dengan cemberut.

"Oke, oke, sini aku buka."

Semenjak satu minggu yang lalu, kalimat Cantika yang membuat Bagas uring-uringan, Bagas kembali menjadi seperti biasa.

Bagas sadar, tingkahnya yang cuek membuat Cantika sering menangis. Perempuan itu tentu saja suka untuk dimanja, mungkin pengaruh hormon kehamilannya.

"Ini, jangan sampe kekurangan cairan, ya." Bagas menyodorkan air mineral lalu mengusap rambut Cantika.

Perasaan Cantika berdebar. Walaupun sudah keseribu kalinya Bagas mengusap rambutnya. Tapi, hari ini ada gelayar aneh merambat ke hatinya.

Cantika meminum air putih dengan perlahan sembari menenangkan detak jantungnya yang berdebar keras.

"Can, kamu kepanasan? Pipi kamu merah" Bagas mengusap pipi tembam Cantika.

"Bagas jangan pegang-pegang, memangnya tangan kamu bersih?" Cantika menepis tangan Bagas.

" Baiklah, maaf."

"Tapi serius? Mau aku full-in pendingin udaranya?"

Cantika mengehela napasnya, sungguh malu karena ketahuan pipinya merah oleh Bagas.

"Gausah!" ketus Cantika.

Bagas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedangkan, Cantika menutup matanya memaksa untuk tidur.

Bagas melirik Cantika yang sudah tertidur, tangannya mengelus perut buncit sang istri. Perut buncit Cantika terlihat lebih besar dari wanita hamil kebanyakan, tentunya karena anak mereka kembar.

Mendengar kata kembar saja sudah cukup membuat Bagas tersenyum lebar. Hitung bulan saja ia akan menjadi seorang ayah dari dua anak. Tuhan sangat baik padanya, diberikan 3 orang yang akan ia jaga. Ia dipercayakan oleh Tuhan dengan diberikannya bayi kembar.

Ia harap keluarga kecil mereka akan terus bersama hingga Tuhan yang mengambilnya milik-Nya kembali. 

***

Missing Her Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang