Liam tidak tahu harus merasa lega atau tidak karena dirinya berhasil terlepas dari Gideon tadi. Untuk sekarang dia bisa bebas, tapi disaat jam istirahat nanti, neraka barunya akan dimulai kembali, dan bisa Liam pastikan jika Gideon tidak akan memberinya ampun kali ini.
Liam menoleh ke arah belakangnya ketika sebuah gulungan kertas memukul kepalanya. Di bangku paling belakang, di sudut ruangan kelas itu, Gideon sang pelaku, lagi-lagi pria itu mencoba untuk membuat Liam kembali hilang kesabaran. Apa menganggu seseorang sangat menarik baginya? Apa membuat seseorang tampak lemah sangat membanggakan baginya? Karena kehadiran Gideon, Liam harus rela menjadi badut kelas. Mereka semua, teman-teman sekelasnya, tidak ada yang perduli bahkan mencoba untuk menghentikan tindakan Gideon padanya pun enggan mereka lakukan.
Diam saja? Tentu saja tidak, Liam selalu melawan tindakan bully Gideon itu padanya, namun dia selalu berakhir pingsan karena dipukuli oleh pria itu. Perbedaan postur tubuh dan kekuatan adalah pemicunya. Gideon adalah seorang ketua American football di sekolahnya, tubuhnya sudah terlatih untuk menyerang, sementara Liam tidak ada apa-apanya dibandingkan pria itu. Liam juga sudah melaporkan hal ini pada guru, tapi yang orang-orang dewasa itu lakukan hanya mempertemukan Gideon dan Liam kemudian meminta Gideon untuk meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi tindakan itu lagi. Apakah menurut kalian Gideon akan berhenti? Tentu saja tidak, pemuda itu malah semakin gencar mempermalukan dan mengganggu hidupnya.
Liam kembali menoleh ke arah depan, mengabaikan Gideon adalah tindakan yang sangat tepat untuk saat ini.
Pintu kelas terbuka, seorang pria dewasa yang baru dia temui di koridor tadi pagi berjalan lurus menuju meja guru di ruangan kelas itu. Melihat pria itu, Liam menegakkan bahunya, matanya mengikuti setiap langkah kaki pria itu. Ia tidak bisa melepaskan pandangannya.
Pria itu mengambil kapur, lalu menuliskan sesuatu di permukaan papan tulis. Samuel Bloom. Adalah kata-kata yang tertera di sana. Dia berbalik setelah menuliskan namanya, tak luput wajahnya dipenuhi dengan senyum ramahnya.
"Just call me Sam." Ucapnya kemudian.
"Untuk beberapa bulan kedepan, aku akan menggantikan Mrs. Gabby, guru sastra kalian. Seperti yang kalian ketahui, Mrs. Gabby sedang cuti mengandung." Sam menjelaskan. Wajahnya yang tampan dan penuh keramahan itu berhasil mendapat perhatian dari para siswi di ruangan itu.
"Sir, can i ask you something?" Seorang siswi mengangkat tangannya.
"Hold up." Sam menahan pertanyaan gadis itu. "Sebelum bertanya, aku ingin mengenal kalian semua terlebih dahulu. Jadi, persilahkan aku untuk mengabsen nama kalian satu-persatu dulu." Siswi itu mengangguk menanggapi ucapan Sam. Sam meraih buku absensi yang sudah berada di atas meja sejak dia masuk tadi.
Dengan perlahan dan sambil menghafal semua wajah di sana, Sam memanggil satu-persatu nama yang tertulis di buku itu.
"Liam Cliff."
Sekarang giliran Liam yang dipanggil, ia mengangkat tangannya, lantas langsung mengarahkan arah tatap Sam padanya.
"Hello there." Sapa Sam ramah sambil tersenyum, seperti yang biasa dia lakukan dengan murid-murid lainnya.
Liam hanya menatapnya dengan tatapan dingin, tidak seperti murid lainnya yang menyambut sapaan itu. Mereka saling menatap untuk beberapa detik, kemudian tatapan itu terputus ketika Sam harus membaca nama yang berada di bawah nama Liam.
Liam terus memperhatikan Sam, dia tidak bisa menarik matanya untuk tidak menatap wajah penuh senyum itu. Apa dia sangat mencintai pekerjaannya sehingga dia tidak bisa berhenti terlihat bahagia seperti itu? Liam mulai berpikir dan..mulai merasa cemburu. Kenapa dia tidak bisa seperti yang lainnya? Kalimat itu kembali berputar di dalam kepalanya. Di dunianya yang sempit itu, tak ada hal lain selain kehampaan. Ada banyak ruang kosong di hatinya yang sangat sulit ia buka untuk orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
For, Teacher Sam
Romance[21+] [Warning!!] [#Cerita ini mengandung adegan sex!! #tidak cocok dibaca oleh anak-anak berumur 17 tahun kebawah #kalau masih nekat, konsekuensinya ditanggung sendiri #BOY♡BOY/Homo/LGBT #tidak menerima pembaca homopobic] Masa lalu Liam yang kela...