Liam melenguh, kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali. Tangan kurus anak itu menyentuh keningnya yang di tutupi dengan kain basah yang sudah menghangat akibat perpindahan suhu tubuhnya. Ia sudah merasa lebih baik sekarang, meskipun masih merasakan sedikit pusing.
"Good morning."
Liam menoleh dengan cepat kala suara berat yang sangat ia kenali itu menelesik masuk kedalam indra pendengarannya. Ada Sam dengan secangkir teh hangat di tangannya, tengah berdiri di ambang pintu sembari tersenyum hangat ke arah Liam.
Liam kembali mengerjapkan matanya merasa tidak percaya dengan apa yang berada di hadapannya saat ini. Sejak kapan Sam tahu rumahnya? Bukan! sejak kapan Sam berada di rumahnya? Seperti orang kebingungan, Liam mengarahkan pandangannya ke seluruh sudut kamarnya, apakah ruangan itu terlihat rapi? Dia merasa malu jika Sam datang dan melihat kamarnya yang berantakan.
"Minumlah dulu, kau harus menenangkan pikiranmu. Apa kau masih merasa sakit?" Tanya Sam dengan tangan yang ikut terulur menuju kening Liam. Sejenak setelah tangannya berhasil ia tempelkan ke kening Liam, Sam tampak mengubah mimik wajahnya yang semula ramah tampak menjadi lebih serius, sejurus kemudian, ia mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Yep! Demammu sudah sembuh, kau sudah boleh masuk sekolah besok. Kau sudah izin selama 2 hari." Ucap Sam.
Liam membuka mulutnya, kemudian menutupnya kembali, tampak menimbang-nimbang apakah dia harus berbicara atau tidak. Lalu Liam hanya memberi anggukan saja.
Sam memamerkan senyumnya sekilas, wajahnya kembali tampak ke mode serius. "Liam." Sam memanggil. Liam kembali menatap pria dewasa itu tanpa bersuara.
"Maaf...tapi kau harus ikut denganku." Ucap Sam.
Liam mengerutkan keningnya, "ikut?"
Sam mengangguk, "betul, aku akan membawamu ke kediaman ku."
Berhasil Liam dibuat menganga dengan ucapan Sam itu. Membawanya ke kediamannya? Untuk apa? Liam bertanya-tanya dalam hati. Namun raut wajah penuh kebingungan pemuda manis itu tampak menyiratkan semuanya tanpa harus mengeluarkan kata-kata.
"Ibumu..." Sam memberi jeda pada ucapannya. "Menitipkan mu pada ku."
Kembali Liam mengerjap, "menitipkan? Kenapa? Ibuku kemana?" Tanya Liam, raut wajah bingungnya berubah menjadi panik. Dia beranjak dari atas kasurnya, melangkah dengan gontai keluar dari kamarnya.
Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari sosok wanita yang selama ini sangat dicintainya. Tidak ada seorangpun kecuali dirinya di lantai atas rumah itu, membuatnya melangkahkan kakinya menuruni satu persatu anak tangga dengan langkah tidak beraturan, bahkan sesekali ia hampir terjatuh. Di ruang tv, dapur, toilet, dirinya masih belum menemukan Briana.
Rasa sakit yang masih ia rasakan di kepalanya tadi seketika menghilang, tergantikan dengan rasa khawatir dan takut akan kehilangan ibunya. Mata Liam berkaca-kaca, tidak bisa terpungkiri, dadanya terasa sesak, bagai di hunus ribuan pedang. Sedetik kemudian, pada akhirnya bulir bening itu meluncur dari pelupuk matanya, membasahi pipi pucat pemuda itu.
Sam melangkah menuruni satu-persatu anak tangga itu secara perlahan. Dapat ia lihat dengan jelas wajah penuh ketakutan Liam.
"Liam.." Sam memanggil.
"Where is my mom Sir?" Tanya Liam dengan suara bergetar, pemuda itu tampak tidak berusaha untuk menahan tangisnya.
"Please.." kembali Liam bersuara, yang kini semakin menyayat hati Sam.
Tidak ada yang bisa tega sebenarnya melihat wajah penuh sendu itu, Liam masih sangat muda untuk berhadapan dengan situasi seperti ini. Rasa trauma pastilah akan menghantam anak itu sampai kapanpun. Sam melangkah maju, mendekati Liam. Sam sangat mengerti dengan perasaan Liam saat ini. Dulunya dia juga pernah menjadi seorang remaja, di tinggalkan keluarga, serta mendapatkan perlakuan tidak pantas dari orang-orang sekelilingnya. Melihat Liam saat ini, seperti dia melihat dirinya di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
For, Teacher Sam
Romance[21+] [Warning!!] [#Cerita ini mengandung adegan sex!! #tidak cocok dibaca oleh anak-anak berumur 17 tahun kebawah #kalau masih nekat, konsekuensinya ditanggung sendiri #BOY♡BOY/Homo/LGBT #tidak menerima pembaca homopobic] Masa lalu Liam yang kela...