For, Teacher Sam|05

1.5K 115 5
                                    

Tolong tekan tombol vote sebanyak-banyaknya dan jangan lupa juga untuk memfollow author🥺
.

.

.

.

.

Pasta buatan Liam sudah tersaji di atas meja. Senyum penuh bangga terlukis di wajah manis pria itu. Pasta adalah makanan kesukaan ibunya, dan dia harap dengan pasta yang dia buat itu, ibunya bersedia makan di satu meja dengannya kali ini. Ini bukan kali pertama dia mencoba, tapi tak pernah usahanya itu berhasil. Dan yah...itu sama sekali tidak memuaskan.

Liam hendak melangkah menuju kamar ibunya, namun wanita itu sudah keluar dari kamar lebih dahulu dan tengah melangkah menuruni satu-persatu anak tangga. Liam menunjukkan senyumnya ketika iris cokelat kedua orang itu saling bertemu, namun tidak dibalas oleh wanita itu.

"Bu.."

"Masuk ke kamar mu, pacar ku akan datang." Ucap Briana bernada dingin.

Liam tertunduk menyembunyikan semburat kekecewaannya. Lagi-lagi dia gagal untuk melakukan pendekatan dengan ibu kandungnya sendiri. Hanya makan bersama saja, sangat sulit untuk dilakukan.

Liam berjalan ke dapur, mengambil sepiring pasta miliknya untuk dibawa ke kamar. Meskipun nafsu makannya menghilang, tapi bunyi di perutnya tidak bisa diabaikan begitu saja.

"Aku...memasak pasta. Ku harap ibu suka." Ucap Liam sebelum pergi ke kamarnya, namun tidak ada jawaban dari wanita itu. Briana hanya duduk di atas sofa kemudian menyalakan televisi, seakan Liam tidak ada di hadapannya.

Liam kembali menunjukkan wajah murung. Dengan langkah yang berat, pemuda itu berjalan lambat menaiki satu-persatu anak tangga. Ia menyenderkan punggungnya di permukaan pintu sesaat dia memasuki kamar tidurnya.

Suara klakson mobil mengalihkan perhatian Liam. Dengan penuh kehati-hatian, ia mengintip dari sela jendela kamarnya. Lagi-lagi pria yang berbeda, setiap hari, rumah mereka selalu di kunjungi oleh pria-pria yang berbeda tiap harinya.

Liam menghembuskan napasnya berat. Dari sekian banyaknya pacar ibunya, tidak ada satu diantara mereka yang dikenalkan pada Liam sebagai anak Briana secara langsung. Sejak kejadian 10 tahun silam, Briana selalu melarang keras Liam untuk menunjukkan diri di depan pacar-pacarnya.

Baru beberapa sendok menyantap pasta buatannya, Liam menghentikan kegiatannya. Ia membuka jendela kamarnya, kemudian turun melalui tangga kayu yang ia buat sendiri untuk keluar dari rumah itu ketika pacar ibunya datang berkunjung. Ah! Jangan lupakan hal penting, ia tidak boleh meninggalkan ponsel dan earphone barunya.

Liam memasukkan kedua benda itu kedalam saku jaketnya. Ia berjalan menembus sepinya area perumahan itu. Berjalan lurus menuju hutan yang biasa ia kunjungi yang terletak tak jauh dari kawasan rumahnya. Tempat itu adalah tempat favorit Liam dikala pacar-pacar ibunya datang menganggu.

Liam duduk di atas pohon yang tumbang, kemudian ia menyandarkan punggungnya di permukaan dahan besar pohon itu. Alunan musik piano yang sering ia dengar mengalun lembut memasuki indra pendengarannya. Cukup seperti ini saja, Liam sudah merasa puas.

******

Hari-hari membosankannya berjalan seperti biasa. Pagi hari bertemu dengan ibunya yang tengah tertidur di ruang tengah, Harry yang masih belum menyerah untuk mendapatkan perhatian Liam, dan si brengsek Gideon yang semakin membuat harinya semakin buruk. Mengingat tingkah laku anak itu, membuat Liam sama sekali tidak menyangka bahwa pria itu adalah anak Harry.

Punggung Liam dibenturkan dengan keras ke permukaan pintu loker yang berjejer di belakangnya. Saat ini di hadapan pria manis itu tengah berdiri tegak sosok Gideon yang tengah tersenyum jahat padanya. Mereka bagaikan predator dan mangsa. Sangat kecil kemungkinan untuk lolos kali ini.

For, Teacher SamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang