For, Teacher Sam|06

1.5K 112 0
                                    

Liam membasuh wajahnya dengan air dari wastafel toilet, kemudian menatap dalam-dalam wajahnya yang berada di permukaan cermin besar yang berada tepat di hadapannya. Untuk sejenak ia hanya menatap pantulan dirinya dengan pikiran kosong, setetes demi setetes air jatuh dari dagunya dan membasahi hoodie yang ia kenakan. Namun, satu sapuan dari sapu tangan bermotif bunga di pipinya berhasil membuat Liam sedikit tersentak kaget.

Ia menahan tangan yang masih mengarah di pipinya itu sampai mata sayu nya menangkap sosok Sam di sebelahnya. Liam dengan cepat melepas tangan Sam dan spontan tertunduk, kebiasaan aneh ini selalu ia lakukan setiap berhadapan dengan Sam. Melihat pria dewasa nan kekar itu membuat kepercayaan diri Liam semakin menipis dan membuatnya semakin gentar untuk membanding-bandingkan dirinya.

"Bersihkan wajahmu dengan ini." Sam mengarahkan kembali sapu tangan yang dipegangnya tepat ke wajah Liam.

Liam menatap benda itu sejenak, ingin menolaknya, namun Sam memaksa dengan cara mengusapkan benda itu kembali ke pipi Liam. Liam segera meraih benda itu dan mengusap wajahnya sendiri. Melihat tingkah anak itu, Sam hanya bisa tersenyum tipis.

"Apa yang terjadi antara kau dan Gideon. Kenapa dia membully mu?" Tanya Sam enteng sambil membasuh tangannya di wastafel.

"Nothing." Balas Liam sekenanya. Lantas saja, jawaban yang diberi Liam berhasil membuat Sam mengerutkan keningnya. Ia menatap Liam dengan sorot keheranan, ia sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran pemuda yang ada di hadapannya itu. Yang ingin ia lakukan hanyalah membantu, dengan Liam membungkam mulutnya, maka selamanya ia akan menjadi sasaran pembullyan.

"Nothing? Apa kau pikir aku anak TK? Liam..tolong jangan menutup-nutupi semuanya..pembullyan bukanlah yang seharusnya kau tutupi!" Tekan Sam.

Liam kembali menatap Sam dengan tajam, matanya memerah hendak menangis. "Bukan aku yang ingin menutupinya, tapi pihak sekolah.."

"Mrs. Preminger tahu jika Gideon membully ku..tapi dia tak melakukan apa-apa dan percaya jika Gideon hanya bercanda dengan ku.." suara Liam bergetar, sangat jelas Sam lihat sepasang mata itu tengah berkaca-kaca sekarang, hanya tinggal menunggu waktu sampai cairan bening itu tumpah.

"Siapapun akan mempercayai perkataan Gideon, dia adalah anak yang memiliki prestasi dengan ayah yang seorang polisi.." Liam melanjutkan perkataannya, ia menatap lekat-lekat wajah Sam yang tampak buram karena air mata yang tergenang di pelupuk matanya menghalangi pandangannya. Dan pada akhirnya cairan itu jatuh juga membasahi pipinya.

Sam mendekat, kemudian mengusap cairan itu dari pipi Liam, tangannya meraih pundak kecil itu dan sedikit membungkukkan tubuhnya untuk mensejajarkan wajahnya dengan Liam.

"Aku mempercayai mu dan aku mempercayai apa yang ku lihat." Ucap Sam.

Suara berat itu berhasil memenuhi isi kepala Liam. Sedikit...hanya sedikit saja...ia ingin membagi rasa percaya nya pada Sam. Raut wajah yang penuh kehangatan dan sorot mata yang lembut, tidak ada bagian yang membuat Liam tidak bisa mempercayai orang itu.

"Apa yang anda lihat?" Tanya Liam.

"Luka yang kau sembunyikan di dalam sini.." balas Sam sambil menunjuk dada Liam. "Dan kau memerlukan seseorang untuk mengobati luka ini." Sam menimpali perkataannya.

"Kenapa anda memperdulikan saya?" Kembali satu pertanyaan Liam lontarkan.

"Karena aku adalah seorang guru sekaligus pria dewasa yang melihat seorang bocah tengah membutuhkan pertolongan..mungkin?" Ucap Sam ragu akan reaksi Liam. Ia menatap pemuda pendek di hadapannya itu penuh harap. Berharap jika Liam akan menerima uluran tangannya, dengan begitu...ia akan merasa jauh lebih baik dan tidak kembali menyalahkan dirinya atas masa lalu, mungkin...

For, Teacher SamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang