Liam melirik ke sebelahnya ketika ia merasakan kehadiran seseorang disana. Lantas saja hal itu menghentikan tangannya yang bergerak memasukkan buku-buku yang berada di atas mejanya ke dalam tas. Ia menatap tidak suka pada orang itu, kemudian kembali memasukkan buku-bukunya, sampai satu suara kembali menghentikan kegiatannya. Dia benar-benar tidak ingin terkena masalah sekarang.
"Hey..."
Tidak ada jawaban dari Liam, pemuda itu hanya menatap Gideon yang masih terdiam di sebelahnya, menantikan sahutan Liam mungkin?
Mengetahui Liam tidak akan mengeluarkan suara, akhirnya Gideon kembali membuka mulutnya, "Aku mau meminta maaf untuk perkataan ku di koridor loker tadi." Ucap Gideon berhasil membuat otak Liam seakan berhenti bekerja.
Minta maaf? Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya mendengar ucapan maaf keluar dari mulut Gideon ketika membuat banyak masalah pada Liam. Tidak aneh jika Liam sangat terkejut sekarang. Dia menatap Gideon dengan hati-hati, mencari celah jika orang yang di hadapannya itu bukanlah Gideon. Tetapi mau disangkal bagaimanapun, orang itu adalah Gideon yang asli.
Liam mengangguk canggung, mulutnya terlalu sulit digerakkan saking terkejutnya dengan apa yang Gideon ucapkan.
"Thanks...oh yah, ada satu lagi yang ingin ku katakan.." Gideon menjeda kalimatnya dan menatap teman-teman pria sekelasnya yang sudah berkumpul di sekitaran mejanya sejenak, lalu kembali menatap Liam dan berucap "aku ingin mengajak mu bergabung bermain bola voli saat pelajaran olahraga nanti, satu tim masih kekurangan satu pemain, aku ingin kau bergabung." Tawar Gideon.
"Tapi aku tidak terlalu pandai bermain voli."
"Tidak perlu khawatir, kau hanya diperlukan sebagai tambahan dalam tim, jika kau tidak bisa mempassingkan bolanya kau hanya perlu menghindar, biarkan teman satu tim mu yang menangkapnya."
Liam berpikir sejenak, dia bingung harus menerima atau menolak tawaran Gideon. Melihat sikap pemuda itu yang tiba-tiba berubah membuat Liam sedikit curiga. Batu apa yang menimpa kepala Gideon hingga membuat sikapnya berubah 360 derajat?
"Kau akan mengecewakan mereka jika menolak." Gideon berucap ketika ia sadar akan ekspresi Liam yang tampak masih menimbang-nimbang ajakannya. Liam melirik spontan ke arah teman-teman pria sekelasnya yang lain.
Ini adalah kali pertama dia diajak bergabung dalam sebuah tim, biasanya selama pelajaran olahraga, Liam hanya akan duduk lalu menonton teman-temannya yang lain bermain jika sedang tidak ujian praktek dadakan dari Mr. Jhon, dan jujur saja, itu membosankan.
"Okay.." tandas Liam dengan nada suara yang masih terdengar ragu. Dia tidak tahu jika pilihannya ini benar atau tidak. Tapi jika ini adalah kesempatan yang diberikan untuk membuka dirinya pada orang lain, maka akan dia pergunakan.
Gideon tersenyum tipis "oke cool." Lalu kembali berjalan menuju tempat teman-temannya berkumpul.
Liam menyandang tas ranselnya di pundak seiring ia mengangkat bokongnya dari permukaan bangku yang ia duduki. Kali ini dia sedang Liam tidak pernah absen membawa bekal makan siangnya, ia tidak pernah merasa nyaman berada di tempat ramai dan gudang sekolah adalah satu-satunya tempat ternyaman untuknya di sekolah itu, meskipun gudang itu sedikit berdebu dengan bau menyengat dari kayu meja dan bangku-bangku yang sudah tidak terpakai lagi.
Seperti biasa yang Liam lakukan setelah memasuki ruangan gudang itu, ia selalu merapikan meja-meja yang sedikit berantakan untuk kemudian di gunakan di dalam ruangan itu. Ia meletakkan tasnya di atas meja, membukanya, lalu mengeluarkan earphone dan kotak bekalnya dari dalam sana. Ia menggigit ujung sandwich dagingnya sambil mendengarkan alunan musik piano yang selalu ia dengarkan. Tanpa sadar jika pintu ruangan yang ia tempati itu kini terbuka dan membawa masuk seseorang ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
For, Teacher Sam
Romantiek[21+] [Warning!!] [#Cerita ini mengandung adegan sex!! #tidak cocok dibaca oleh anak-anak berumur 17 tahun kebawah #kalau masih nekat, konsekuensinya ditanggung sendiri #BOY♡BOY/Homo/LGBT #tidak menerima pembaca homopobic] Masa lalu Liam yang kela...