BAGIAN CERITA INI MENGANDUNG ADEGAN DEWASA!!
.
.
.
.
.
Liam menatap langit-langit kamar tidur barunya itu. Tempat itu masih terasa asing baginya. Terlihat sepi, namun terasa penuh. Apakah karena poster-poster yang menempel di dinding itu? Haruskah dia mencabutnya? Jika dia mencabutnya, apakah Sam akan marah? Apakah Sam akan merasa kalau dia tidak di hargai? Liam bertanya-tanya dalam hati. Ia mengubah posisinya yang semula tertidur menjadi duduk di pinggiran kasur. Beberapa detik kemudian dia berdiri, berjalan lurus keluar dari kamarnya.
Rumah itu tidak terlalu besar dan hanya memiliki satu lantai, namun jika di bandingkan dengan rumahnya dulu, rumah ini jauh lebih besar. Liam melangkahkan kaki pendeknya ke arah dapur. Membuka kulkas yang berada tidak jauh darinya. Bukannya Liam belum makan, dia sudah makan saat makanan yang di pesan oleh Sam tadi sudah tiba. Dia hanya ingin meneliti rumah itu, mencoba untuk membiasakan diri disana.
Kening Liam mengkerut secara spontan ketika melihat sebuah kotak cereal berada di dalam kulkas. Bukankah cereal seharusnya tidak di simpan di dalam lemari pendingin? Liam segera mengambil kotak Cereal itu dan meletakkannya di atas meja makan. Setidaknya tempat itu adalah tempat yang baik untuk menempatkan Cereal. Untuk masalah kerapihan, rumah itu Liam akui sangat rapi, namun untuk penataan, Liam bisa memberi nilai 1.5 untuk itu.
Setelah puas meneliti dapur, Liam berjalan menuju ruang depan. Ada total 3 kamar di rumah itu. Satu kamar Liam, satu kamar Sam, dan satunya lagi? Ah sudah lah... tidak seharusnya dia sembarangan masuk ke ruang pribadi seseorang. Dia hanyalah tamu di rumah itu. Liam melangkah menjauh, keluar dari area rumah, duduk di sebuah bangku taman di halaman depan rumah itu. Terdapat lampu taman juga di sana sebagai penerang. Daerah perumahan itu sangat sepi.
Liam mengeluarkan ponselnya, kemudian memasang airpods di masing-masing telinganya. Mendengarkan alunan musik yang baru-baru ini masuk kedalam playlistnya, Freya Ridings_You Mean The World To Me. Liam menutup matanya, merasakan semilir angin malam berhembus melewati kulitnya. Meresapi alunan musik santai yang memenuhi telinganya. Liam terbawa suasana, hingga satu tepukan di bahunya membuatnya dengan spontan menoleh.
Seorang gadis tengah tersenyum lebar padanya, menunjukkan sederetan gigi-gigi yang tersusun rapi.
"Mind if i seat there?" Tanya gadis itu ramah tanpa mengurangi tarikan pada masing-masing ujung bibirnya.
"I..i don't mind.." ucap Liam ragu. Hei ingat! Liam adalah anak penyendiri. Ketika seseorang menawarkan diri untuk berada di sebelahnya, dia harus mengalami gejolak terlebih dahulu di dalam pikirannya.
"Kau...masih mengingatku, kan?" Tanya gadis itu penuh kehati-hatian.
"Cynthia..kan?"
Cynthia mengangguk-angguk, senyumnya bahkan semakin lebar sekarang. Ada kepuasan di wajahnya.
"What are you doing here?" Cynthia kembali bertanya.
"Aku akan tinggal untuk sementara waktu bersama Pak Sam."
Cynthia secara spontan tertawa, berhasil membuat Liam mengkerutkan keningnya, "ada apa?" Tanya Liam.
"Sorry...aku hanya tidak terbiasa mendengar seseorang memanggil Sam dengan sebutan Pak." Cynthia menjawab sembari terkekeh.
"Tapi dia guru." Liam bergumam.
"Pfffttt...tapi saat ini kita sedang tidak berada di sekolah. Kau terlalu tegang Liam, cobalah untuk lebih relax sedikit." Cynthia memijit-mijit pundak Liam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
For, Teacher Sam
Romance[21+] [Warning!!] [#Cerita ini mengandung adegan sex!! #tidak cocok dibaca oleh anak-anak berumur 17 tahun kebawah #kalau masih nekat, konsekuensinya ditanggung sendiri #BOY♡BOY/Homo/LGBT #tidak menerima pembaca homopobic] Masa lalu Liam yang kela...